21 Juli 2010

♥ Nasyid-an uey...

Masuk di komunitas baru, menjalin persahabatan dengan ibu-ibu pecinta nyanyian. Tidak hanya mendengarkan lhoh.., tidak hanya melantunkan pelan-pelan, tidak hanya melantunkan nyanyian dipanggung sebagai pengisi acara, seperti yang sudah-sudah. Tapi kali ini berjuang membagi suara, pecah suara menjadi suara 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10... Haiyah ngarang! mana ada? yang ada mah orangnya lebih dari sepuluh. hehehe...

Menjelang Ramadhan, menurut perhitungan tinggal 3 minggu atau 21 hari kalau Ramadhannya tepat tanggal 11 Agustus 2010. Seperti biasanya ibu-ibu ini sibuk berlatih vocal, hehehe.... bina vocalia. Belajar bersama-sama mendendangkan lagu religi untuk kepentingan rekaman dan siaran di TV. Mengisi acara sore hari selama bulan ramadhan. Musik pengiringnya seperti biasanya solo electone.

Lagu yang dipersiapkan hanya cukup 3 saja dan akan disiarkan berulang-ulang (tayang kembali), hehehe... yang nonton TV sampai hafal gerakan tubuh dan mimik muka saat dishooting, karena ditayangkan sebulan penuh. Lagu yang dipilih adalah..., apa ya judulnya tadi..? hiiiii.... kok nggak nyambung gini? Entar deh, liat catetan dulu ya..., ow iya "Kebesaran Tuhan" dari es tehnya 12 kalo gak salah, kemudian "Ramadhan datang" punyaknya mas Tompi dan "Sesal kemudian tiada berguna" dari albumnya.. katanya sih AA' Gym, tapi pas denger suaranya bukan suara AA' Gym. Tau' dah suara siapa.

Catatan lagu dibagi, saatnya dapet giliran pembagian suara. Yeee... Seumur-umur nih biasa di sopran, kini dapet giliran pindah ke mezo... weleh weleh ! perselingkuhan nada nih! blajar lagi dong! siiir... pong...udele bodong! Yiihaaaa... diikuti sajjaaa...

Dah 4 kali latihan, tapi suaranya belom kompak juga. Ngambil hu hu hu hu nya aja masih kedodoran. Lanjuuuttt! samakan.. samakan..! hehehe.... sampai selesai latihan yang ke empatpun masih belum kena-kena.

"Hari Senin pengambilan gambar"

Haaaa..!!!! secepat itu? lha gimana ngambil gambar, rekaman suaranya aja belom.

"Rekaman hari Kamis malam"

Haaaa...!!! tambah terkejut. Secepat itu? brarti tinggal dua hari lagi dan itu artinya tinggal satu kali latihan. Wuih.. wuih.. wuih..!! kesampaian nggak ya? antara yakin dan nggak yakin.. yha... diturutin saja. Karena aku kan pendatang, tidak tahu seberapa canggihnya ibu-ibu ini memoles suara dalam waktu yang sangat kilat yaitu tinggal satu kali latihan itu, akan seperti apa hasil rekamannya nanti. Mudah-mudahan saja hasilnya memuaskan. "Kejar Tayang" judule, hehehe...


salut buat ibu-ibu semua, tetep smangat ya..!!

20 Juli 2010

♥ gratisan ! yo ayo... melu !

Ini dibilang pagi apa siang ya? kalau pukul 11.45..hehehe maaf, lagi heng! Saat itu seorang bapak menawarkan kursus photografi gratis untuk 3 orang ibu. Wah! lumayan.. batinku. Tapi.. ini bukan bagianku. Jadi aku hanya mengiyakan saja ketika dijelaskan siapa yang ngadakan, kapan pelaksanaan, siapa yang ngajar dan siapa saja pesertanya.

Meski cuma 3 orang jatahnya, tapi untuk memastikan bisa tidaknya mendapatkan peserta adalah hal yang tersulit. Bagaimana tidak.. jika pelatihan ini memerlukan waktu 3 hari berturut-turut, seharian dan jadwal pembukaan serta pelaksanaan pelatihan hari pertama jam 19.30 - 23.00 wita. Bisa tidak ya? Untuk menjaring minat kursus yang diadakan pagi dan siang hari selama 3 hari saja susahnya bukan main, lha ini malam.. duuuh, siapa ya.. kira-kira yang mau ikut.

Pilihan pertama ke TS, wah.. sepertinya gagal nih. Karena pernah denger kalau dulu nggak mau ikutan kursus karena pengennya privat saja.

Pilihan ke dua ke LR, wah.. sepertinya gagal juga. Karena dia sedang kurang sehat dan harus banyak istirahat, sedang dia sekarang ini juga sedang konsentrasi ke lomba vocal grup yang butuh waktu extra untuk latihan bersama teman-teman.

Pilihan ke tiga, TS. Mudah-mudahan bisa. E..., ternyata sedang tak ditempat alias keluar kota. Yah, gagal maneh.

Masak aku? ya mau gimana lagi.. seneng sih seneng tapi tetep saja kurang mencukupi kuota yang 3 orang. Telpon temen yang lain saja supaya mau mengisi kekosongan.

"Bu, ada kursus Photografi bu, butuh orang ini, karena anggotaku sepertinya kurang. Tapi ini cadangan dulu ya bu.. soalnya belum tahu bisa tidaknya anggotaku. Kalau anggotaku bisa, nggak jadi nggak papa ya?"

"Ok, nanti dicarikan"

Akhirnya jari-jari beraksi, menelpon TS dan menjelaskan panjang lebar. Yeee! berhasil..!! TS mau. Lalu jari-jari kembali beraksi menelpon LR dan menjelaskan juga. Yeee! berhasil lagi..!! pas dah kalau sama aku. Tapi kan nggak lucu kalau aku yang ikut karena ini bukan bagianku. Pengen juga sih ikut tapi harus kusampaikan dulu ke yang lebih berhak. Telpon LW dan menjelaskan. Ternyata LW sudah tahu tapi tak bisa ikut, dia bilang tadi sudah menghubungi RM yang katanya mau ikut.

Hiks.. hiks.. hiks.. agak kecewa juga sih karena aku bakalan nggak akan ikut. Kutelpon juga RM dan menjelaskan.. tadinya memang RM mau ikut, tapi setelah dijelaskan tentang pelaksanaan pelatihan, akhirnya RM mundur. Dalam hati nih, YES!! aku yang jadi ikut. Lumayan...!! dapet ilmu dan gratis.

Kembali jari ini menelpon teman, memberitahu kalau dari anggotaku saja sudah mencukupi kuota.

Hari pertama pelatihan, Jum'at 16 Juli 2010 jam 19.30 - 23.00 wita.
Menjelaskan sejarah, aliran dalam photografi, jenis-jenis kamera dan anatomi kamera. Waduh ! kok ruwet gini.. Ketika sesi pertanyaan diluncurkan malah bingung apa yang akan ditanyakan. Bener-bener nol pengetahuan tentang photografi, keliatannya pesertanya ini udah pada canggih-canggih. Lihat saja kamera yang dibawanya dilengkapi tele. Lha aku, 1 kamera untuk tiga orang. Hihihi... bener-bener nekat masuk ke komunitas penghobby photografi.

Hari kedua pelatihan, Sabtu 17 Juli 2010 jam 08.00 - 16.30 wita.
Materi yang diberikan meliputi, Basic photografi (komposisi, pencahayaan), Etika photografi, Corporate photografi dan Studio Lighting. Akhirnya meski belajar dengan sangat terbatas pengetahuan yang dipunya bisa juga mempraktekkan dengan kamera yang untuk bertiga. Bagaimana mengatur Diafragma, ASA, speed secara manual. Wow ! lumayan hasilnya, maksudnya tahu bagaimana cara mendapatkan gambar yang benar dan melihat hasil gambar yang salah pengambilan.

Sebenarnya masih ada sesi malamnya dari jam 19.30 - 23.00, tapi ini sifatnya tidak wajib. Judulnya sarasehan. Jadi ajang tukar pengalaman dan menunjukkan hasil jepretan tadi siang dan membahas apa yang perlu diperbaiki dari pengambilan gambar. Dari bocoran teman yang hadir dikatakan kalau mengambil gambar sedapat mungkin sebaik mungkin. Keperluan edit photo kalau bisa hanya sebatas croping saja. Dan rahasia seorang Photografer adalah jika memberikan photo hasil bidikan, jangan semuanya dikasihkan. Ambil yang bagusnya saja,kalau semua diberikan termasuk yang tidak bagusnya ayau cacat istilahnya... hehehe nanti keliatan katroknya. hahahaha... ada-ada saja! kalau udah canggih ya pastilah bagus hasilnya. Lha kalau lagi belajar gini ini, ya pasti katroknya.

Hari ketiga pelatihan, Minggu 18 Juli 2010 jam 07.30 - 16.30 wita.
Hey.. hey.. hey..! saatnya hunting photo (human Interest) di Bontang Kuala. Setelah dijelaskan panjang lebar dari hari pertama pelatihan dan mendapatkan materi yang cukup banya. Giliran mencari obyek untuk dijepret kok ya bingung. Opo sing arep difoto? Bontang kuala, tergambar rumah kayu diatas laut yang tak teratur disiang hari... keliatan sekali semrawutnya dan kurang indahnya. Hehehe... apa yang mau diphoto ya? bingung lagi.. bingung lagi.. judulnya. Akhirnya jepret sekenanya...

"Photo rumput laut yang dijemur, terasi yang dijemur, rumah roboh, kucing, perahu yang sedang jalan, panggung, tempat sampah, anak-anak main perosotan, bunga..." jebreeet..!! jebreeer..!! jebreeet..!! lhoh ! apa aja ini yang dijepret???... hehehe asal jepret saja, ow!... tapi tetep diusahakan semenarik mungkin lhoh. Hahaha..!!! tapi nggak tahu ya kalau penilaian sang guru nanti, apa juga termasuk menarik?

Saatnya preview praktek hunting photografi. Seorang teman menampilkan hasil bidikannya... Bagus! Bagus ! Bagus !... yang bener aja... peralatannya beda! dan mereka lebih berpengalaman. Tapi nggak boleh kecil hati. Dengan peralatan seadanya ayo kita tunjukkan hasil bidikan kita! dan hasilnya? Lumayan untuk pemula!

Hmmm, pengen ikutan nggak temen-temen kalau seandainya ada lagi pelatihan seperti ini, selain mendapakan ilmu gratis, perut kenyak karena dapet makan siang dan dapet sertifikat. Dari bocoran seorang teman juga. Kalau ikut kursus seperti ini diluar katanya biayanya 1 juta per hari. "Yang bener???" Terimakasih.. terimakasih.. terimakasih.. sudah mengikutkanku dalam pelatihan photografi ini. Hihihi... kutunggu pelatihan berikutnya, apa ya kira-kira tawarannya?

** Dengan jam terbang yang banyak, dengan sendirinya akan menambah ketrampilan dan mengasah kepekaan dalam melihat obyek yang akan diphoto.
** Siapa mau diphoto ?????

3 Juli 2010

wealaaahhh !! gak nyambung blass !!

Punya tetangga ayam? Wow, salah! maksudnya tetangga yang miara ayam. Terus piaraannya dibiarkan berkeliaran dari pagi sampai sore. Duh, kelakuan siayam bikin gemes, jengkel, nggonduk, pengen ngamuk, marah dan segala perasaan campur aduk. Mau marah sama ayamnya? weih gimana caranya?

Pernah punya cerita nih tentang tetangga yang miara ayam, nggak tanggung-tanggung miaranya. Ada 15 ekor ayam dewasa (hohoho seperti manusia saja, anak-anak, remaja, dewasa, tua), maksudnya ayam yang siap bertelur. Ke 15 ayam ini dilepas dari pagi sampai sore. Kebayang kan tingkah polah ayam-ayam yang tak belajar bagaimana cara bersopan santun datang ke rumah orang, bagaimana cara pup yang benar, bagaimana cara mencari makan yang benar?

Hampir setiap hari nyiram sekeliling pelataran rumah tuk bersihin pupnya kalau nggak mau tahu-tahu sandal atau kaki “clepreeet” nginjak pupnya, taneman yang baru disemai tak selamat, kebun jadi tak indah lagi karena tanahnya berantakan dikais 15 ayam, cat mobil jadi tergores kena kukunya yang tajam. Nggonduknyaaaa selangit.

Padahal sudah ada peraturan kalau tidak boleh miara binatang, selain mengganggu lingkungan dikhawatirkan juga merangsang datangnya binatang lain dilingkungan ini, seperti ular, biawak. Maklum saja disekitar perumahan sengaja dibuat hutan untuk mengurangi pencemaran udara. Tapi ya tetep saja masih ada yang miara.

Satu siang kulihat satu ayam nangkring dipot anggrekku. Wooo! langsung deh habis kesabaran selama ini, mata melotot, dahi mengkerut dan darah mendidih sampai ke ubun-ubun. Anggrek yang sudah digadang-gadang, butuh bertahun-tahun membesarkannya dan sekarang sedang berbunga kok dinaiki ayam. Jari-jari akhirnya bekerja. Kuputar no telponnya dan setelah bersapa kusampaikan maksudku.

“Ibu, maaf ya. Minta tolong ayam-ayamnya dikandangin karena sangat mengganggu saya, saat ini saja ayamnya di anggrek saya, bunga-bunga saya bisa patah bu.

“waduh bu, maaf ya. Tapi nggak bisa sekarang, paling nanti sore ayam-ayam ngumpul baru bisa saya kandangin”

Syukur deh kalau mau dikasih tahu. Dan mudah-mudahan besok akan baik-baik saja.

Akhirnya sehari berjalan dengan ketenangan, tak ada gangguan dari ke 15 ayam. Pelataran tak ada lagi hiasan "pup" berceceran, kebun tak berantakan lagi, mobil tak bertambah goresan dan anggrekku tak patah terinjak ayam-ayam. Amaaann!!

Paginya lagi, ternyat a cukup sehari saja rasa nyaman itu. Ayam-ayam kembali dikeluarkan dari kandangnya. Mau telpon lagi? nggak mungkinlah, bisa berantem nanti. Jadi ya memendam rasa saja, kusabar-sabarkan.

Satu siang lagi, ketika membuka pintu dan kumasuk diruang seterika. Dipojok ruang duduk manis seekor ayam dalam kardus. Yah, ayam mulai berani masuk rumah. Kuusir ayam tapi tetap saja tak mau bergerak dari duduknya yang akhirnya ketahuan sang ayam ternyata sedang mengerami telornya didalam rumahku. Hik hik hik... jari ini kembali memutar telepon ke tetangga.

“Ibu, tolong ayamnya ada di dalam rumah saya dan sekarang sedang bertelor. Bisa diambil ya?”

“Bu, kalau mau ambil saja telornya, nggak apa-apa kok”

Gubrak ! ini gimana sih? aku yang salah apa dia yang nggak ngeh dengan bahasaku? Ibu.... kalau cuma telor aja ya bisalah beli sepiring, nggak perlu ngambil dari ayam. Yang kumaksud itu “cepetan bu ambil ayamnya dan dikandangkaaaan!!!!!”**buat Vini yang lagi sumpek dengan ayam tetangga (hehehe sabar ya non !)

2 Juli 2010

Hueekkk....!! Hueekkk...!!

Jalan-jalan ke Samarinda? Mabok’an nggak? kalau nggak ya amanlah selama perjalanan, kalau mabok’an musti disiapkan dengan serius perjalanannya. Bantal, minyak kayu putih atau balsem untuk bloyoan, obat anti mabuk dan uang receh untuk kerokan. Jaga-jaga aja kalau sampai ditujuan “ambruk”.

Berhubung diriku mabok’an, otomatis siap dong dengan segala sesuatunya (mabok aja sombong!) saat ada janji sama orang imigrasi jam 9-10 pagi (siap-siap aja kalau diajak jalan-jalan keluar negeri, ngarep). Perjalanan ditempuh 3 jam (kelamaan ya?), tapi ya emang 3 jam, kalau kurang dari 3 jam berarti ngebut, buntut-buntutnya mabuk darat tak bisa dihindari dan perlengkapan yang dibawa kepakai semua, ya obat gosoknya, ya uang recehnya, ya bantalnya. Lemes, pucet dan dingin sekujur badan.

Rencana berangkat jam 6 pagi supaya perjalanan bisa agak santai. Tapi karena bawa anak-anak yang persiapannya lamaaaa akhirnya tertunda sampai jam 7 lebih, baru berangkat. Minum obat sebelum berangkat menjadi kewajiban kalau nggak mau ditengah jalan KO. Dan bener saja selama perjalanan aman saja malah bisa disambi ngerajut, lumayan dapet 4 bulatan (sombong karena nggak mabok). Mampir ngisi bensin dulu seratus ribu biar berangkat & pulang aman.

Sampai di kantor imigrasi, mbak Mega yang ngurusin paspor sudah mengantrikan untuk foto. Dapet no 32,33,34,35 dan yang barusan dipanggil no 26, lumayan tidak perlu menunggu lama lagi. Saat menunggu antrian suami mencandai bungsuku tapi dengan nada serius.

“Nanti kan dipanggil satu-satu nggak boleh ditemeni, nah nanti kalau ditanyain harus dijawab yang bener. Gini contohnya, namanya siapa? nama bapaknya siapa? tanggal lahirnya kapan? nggak boleh salah jawabnya, nggak boleh nangis”

“Iya dik, nanti juga ditanyain kenapa bikin paspor? trus NEMnya berapa?” kataku juga dengan serius.

“Ah, masak sih sampai ditanyain NEMnya?”

Akhirnya giliran kami dipanggil. Udah canggih lho sekarang ngurusnya. Fotonya sudah langsung jadi, diprint di berkas-berkas yang kudu ditanda tangani dan cap jarinya sudah nggak butuh tinta lagi. Katanya sih sudah sejak 2006. Wah ketinggalan jaman.

Selesailah mengurus dan tanda tangan di paspor, tinggal menunggu jadinya yang katanya dua hari lagi akan dikirim ke kantor suami. Giliran sekarang bayar ke agen yang ngurus paspor.

“Karena bapak yang bisnis nanti akan dibayar kantor, untuk ibu dan anak-anak per orangnya enam ratus lima puluh ribu”

Weit, mahal ya? meski sehari sebelumnya udah dikasih tahu suami masih saja berat membayar dua juta kurang lima puluh ribu. Apa ini memang udah harga patoknya ya?

Sulungku juga sedang mengurus paspor di Bandung dengan menggunakan agen travel, anehnya untuk setiap pelayanan beda harga, kalau yang sehari tujuh ratus ribu, yang tiga hari lima ratus ribu yang seminggu tiga ratus ribu. Karena nggak buru-buru dipakai, ya udah ngambil yang seminggu aja, ngirit. Perbedaan harga ini, uang apa ya? Uang percepatan ya?

Masih ada waktu tuk jalan-jalan sampai jam 3 sore, supaya sampai rumah tidak kemaleman. Seperti rencana sebelum berangkat. Anak-anak minta dibelikan sandal dan sepatu. Ya hayuk ke mall aja sekalian makan. Sebelum makan mampir dulu nyari film, belilah beberapa film dan habis tujuh puluh ribu. Hmm, pengeluaran tak terencana.

“Bakso komplit” pintaku karena liat gambarnya yang isi mangkuknya komplit

“Mie ayam jamur” kata bungsuku

“Kwe tiow goreng” kata anakku no 2

“Ifo mie” kata suami

Bagus.. bagus..! kalau pesennya beda, bisa saling comot. Minumnya ?

“Juice mangga” kataku

Mama ini, dimana-mana kok pesennya juice mangga. Hampir semua serempak mengomentari pesananku.

“Ya biar aja to, kesukaannya kan sendiri-sendiri. Nggak boleh ada yang minta lho ya..”

Akhirnya dimeja tersaji minuman juice mangga, juice melon, es capucino, teh anget, wedang kopi. Dalam sekejap selesailah acara makan dan giliran bayar. Didepan kasir aku merogoh dompet sambil menghitung-hitung berapa kira-kira habisnya?

“Seratus dua belas ribu bu” kata mbak kasirnya

Weitt, makan siang berempat kok ya lebih dari seratus ribu. Kami berjalan ke toko sepatu mencari sepatu sekolah dan kaos kakinya. Kumpulin nota dan giliranku lagi berdiri di depan kasir.

“tujuh ratus dua puluh lima bu”

Weitt, lembaran uang seratus ribuan terpaksa dikeluarkan dari dompet. Hik hik hik, kok banyak ya... Belum beli sandal lagi, habis berapa lagi ya? Suami menunggu di depan toko. Anak-anak memilih sandal, aku hanya mengamati. tidak ikut-ikut memilihkan, nanti kalau dipilihkan malah sampai rumah nggak kepakai karena nggak sesuai keinginan. Agak lama juga memilih sandal.

“Ayo, kalau memang nggak ada kita pindah ke toko yang lain” kataku saking lamanya menguplek-uplek deretan sandal yang nggak kepilih-pilih.

“Udah kok, lagi diambilin sebelahnya”

Udah cocok semua, giliranku lagi berdiri di kasir membayar tiga ratus enam belas sedang anak-anak menunggu sandalnya dibungkus.

“Mual perutku” kataku ke anak-anak

“Kenapa ma?”

“Mau muntah”

“Lhoh kok tiba-tiba mau muntah?”

“Iya, mau muntah karena ngeluarin duit yang segitu banyaknya seharian ini”

“Yeee, mama. Siapa yang nawarin beli sepatu”

“Iya, nggak apa-apa kalau memang diperlukan dan juga nggak setiap saat beli. Cuma ya hueekkk...! aja ngeluarin segitu banyaknya dalam sekejap”

Semua yang direncanakan untuk dibeli sudah didapat. Saatnya pulang, tapi mampir dulu ke masjid untuk sholat dhuhur dan ashar dijamak. Pilihan jatuh ke masjid pojok depan mall lembuswana karena searah mau pulang. Keadaan agak berantakan sih karena sedang renovasi salah satu gedungnya. Tapi untuk tempat wudlu masih aman.

Setelah selesai sholat, kembali semua naik ke mobil. Mesin mobil dihidupkan dan kata suami tiba-tiba,

“Sudah ini, mampir ke Lembuswana nggak?”

“Tidaaaakkk” kataku secepatnya sebelum didahului anak-anak dan sebelum aku bener-bener hueekk...!