14 November 2010

Beruntungnya Aku


Beruntungnya aku,
Bersemayam dalah rahim seorang ibu yang taat agama
Aku yakin..
Saat raga ini mendapat asupan langsung dari rahim selama sembilan bulan
Pasti teriringi dengan banyak doa untukku

Beruntungnya aku,
Terayun dari seorang ayah yang tahu agama
Aku yakin..
Saat pertama kali kuberhadapan dengan dunia
Lantunan adzan dan iqomah pasti mengawali jejak langkahku

Kemudian...
Kau kenalkan aku sejak kecil dengan agama
Kau ciptakan kecintaanku sejak kecil pada agama
Kau tuntun aku dengan akhlak agama
Dan kau selimutkan doa yang tulus setiap saat dengan cinta dan kasih sayangmu
Hingga aku menjadi semakin yakin dengan agama yang kupeluk, yaitu islam
Dan mengamalkannya dalam kehidupanku

Hari ini, 14 November 2010
Genap 45 tahun usia pernikahan Bapak-Ibu
“Selamat ulang tahun”

Doaku teriring selalu untukmu:

Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaani soghiiroo, ya Allah aku mohon dengan setulus hati untuk bapak-ibuku. Berikanlah kekuatan iman dan selalu dalam keadaan iman dan taqwa kepada-Mu sampai akhir hayat, berikanlah kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan dunia-akherat, kesabaran dan ketabahan. Mudahkan dan lancarkan semua urusannya. Jadikan sebagai panutan dalam kebaikan, dihormati dan disayangi keluarga dan handai taulan. Berikanlah rizqi yang agung, yang halal, yang penuh rahmat dan barokah-Mu. Bimbinglah selalu dalam petunjuk-Mu, jauhkan dari sifat iri, dengki, takabur, hindarkanlah dari segala bahaya dan kemungkaran. Dan semoga selalu dalam lindungan dan kasih sayang-Mu. Amin YRA”

Terima kasih Bapak-Ibu

12 November 2010

Puzzle Idul Adha


Di spanduk tertulis hari pelaksanaan “Idul Adha”, ada yang menyebutnya “Idul Qurban”. Dalam percakapan sehari-harinya, ibu-ibu biasa menyebutnya “Lebaran Haji”. Dan ditanah kelahiranku, kampung halamanku, tanah air beta.. masih terngiang jelas menyebutnya “Bakdo Besar”. Aiiih, sama saja maksudnya. Semua bermuara pada contoh sejarah nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Sejarahnya yang telah sering terdengar saat pengajian di masjid maupun di musolla, sejarah yang diajarkan di sekolah umum sebagai pelajaran agama, sejarah yang diceritakan di sekolah mengaji sore anak-anak sebagai dongengnya. Buku-buku cerita juga banyak terjual, dan untuk menarik minat baca, banyak diterbitkan dalam bentuk komik untuk anak-anak. Hayuk kita buktikan, apa anak-anak kita telah tahu sejarahnya...

Mendekati hari raya Idul Adha, bahkan sebulan sebelumnya, di masjid-masjid telah dibentuk panitia pelaksanaan Qurban, mulai dari pengadaan sampai penyaluran daging qurbannya. Untuk memudahkan, para pequrban tinggal setor saja ke panitia uangnya sejumlah yang tertera, berapa rupiah untuk seekor kambing dan 1/7 bagian sapi. Begitu dimudahkannya, saat hari H tiba, tinggal melihat hewan qurban menunggu antrian kapan disembelih, dikumpulkan dengan yang lain, dipotong, ditimbang, dimasukkan dalam tas plastik dan siap dibagikan ke masyarakat sekitar. Tak perlu datang sendiri ke penjual, tak perlu menaksir umur, melihat keutuhan fisik, kesehatan, dan tak perlu tawar menawar. Semua sudah dimudahkan panitia. Qurban yang telah disembelih akan dikirim kerumah sebagian atau sebagai bagian pequrban untuk dinikmati sekeluarga atau mungkin akan dibagikan lagi pada orang-orang yang diinginkannya. Enaknya dimasak apa ya? sate, gule, tengkleng, sup? Waaaahhh lha kalau ini tergantung juru masaknya.. bisanya masak apa...

Kini saatnya Idul qurban di kampung halaman. Suasana yang selalu kurindukan. Biasanya hewan qurban yang dikelola masjid telah ada dua sampai tiga hari sebelum hari H, yah.. paling lama seminggu. Itu seingatku. Kalau lebih lama lagi mungkin akan merepotkan mengurusnya. Harus ngasih makan, ngasih minum. Apalagi kalau cuaca tak mendukung seperti hujan. Bisa-bisa hewan qurban sakit dan bisa mati. Maklum, semua nggak ada pengalaman pelihara kambing maupun sapi. Wallah wallah... jadi repot semua, belum lagi.. masjid harus mengganti hewan qurban. Tekor dong masjidnya.

Satu pekarangan yang lumayan luas, milik warga dipakai menampung hewan qurban, tentunya dengan meminta ijin si pemilik. Terpal sebagai pelindung dari cuaca panas dan hujan terpasang. Kambing-kambing dan sapi ditambatkan pada tiang, pada pohon, pada apa saja yang bisa digunakan. Anak-anak senang melihat sekumpulan hewan qurban yang lehernya terpasang tali memanjang ke beberapa tiang. Setiap sore menyambangi, mengelus-elus kepala kambing, memegang tanduknya, berusaha memasukkan daun kemulutnya. Ingin memberi makan.

“Itu kambingku, itu lhoh yang tanduknya melungker. Wuih tadi itu.. masak.. diseruduk sama kambing yang hitam jelek itu. Nakal itu kambing yang hitam itu”

“Iya, aku tadi juga lihat kok. Yok nggak usah dikasih makan yok, nggak usah deket-deket yang hitam. Ngeri aku, nanti kalau aku diseruduk”

Anak-anak, celotehnya selalu lucu-lucu. Mbing... mbing... ada yang nggak suka sama kamu lhoh. Makanya jangan nakal, jangan main seruduk. Tuh, kamu nggak dikasih makan sama mereka..

Tak hanya anak-anak yang datang melihat, bapak-bapakpun asik menaikkan anaknya ke punggung salah satu kambing, padahal anaknya sudah meronta-ronta nggak mau dinaikkan karena takut.

“Nggak papa.. nggak papa.. lhoo nggak papaa.. lihat tooo... nggak papa ini” si bapak... mbok ya sudah, wong anaknya sudak kejer gitu kok dipaksa, nanti malah trouma lhoh. Nyali anak kok disamakan dengan nyali bapaknya...

Ibu-ibu juga nggak kalah serunya, sambil menggendong anaknya mencari hiburan untuk anaknya supaya mau disuapi.

“Dik... dik.. itu lhoh dik kambingnya makan, yuk.. adik makan juga.. hak, hak, hak... haemmmm” slupruuutt... akhirnya satu suapan masuk kemulut.

Ternyata berkah qurban sudah dirasakan beberapa hari menjelang hari H. Semua menikmati kehadiran hewan qurban, mendapat hiburan, mendapat kesenangan, dan saatnya hari H nanti.. semua akan menikmati dagingnya..

***

Sehabis sholat isya’, anak-anak siap diarak oleh beberapa remaja masjid untuk takbir keliling kampung, obor kecil dari bambu dinyalakan dan dibawa oleh yang sudah agak besar. Mereka berbaris di depan masjid. Beberapa orang tua ikut berbaris dibelakang, akan ikut berkeliling kampung. Selain menjaga anaknya yang ikut dalam barisan, ternyata mereka juga senang. Saat barisan benar-benar diberangkatkan, takbir, tahlil dan tahmid berkumandang tiada henti. Remaja memimpin “Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar, Laailaaha illallaahu Allaahu akbar, Allaahu akbar walillaahilhamud” disahut dari barisan dengan penuh semangat dengan lafal yang sama. Ada yang sampai terlihat benar otot lehernya saking semangatnya menyuarakan. Barisanpun berjalan menjauh, makin lama makin tak terdengar suaranya dan akhirnya barisanpun tak kelihatan karena berjalan kearah belokan gang kampung. Syiar islam menggema dari mulut-mulut mungil anak-anak kecil yang dengan senang melakukan perjalanan keliling kampung. Suaramu menjadi saksi di akherat kelak anak-anakku sayang.. Sedang sebagian lain. Remaja yang lain bersama pengurus masjid dan para sesepuh duduk dalam masjid, duduk bersila menghadap kiblat, dengan khusuk juga mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Semua siap menyambut hari raya Idul Adha esok hari.

Rute takbir keliling tak jauh mengingat dalam barisan adalah anak-anak, anak-anak SD, TK, bahkan ada yang belum sekolahpun ikut dalam barisan. Maka sebentar saja barisan sudah sampai ke halaman masjid lagi. Remaja memberi komando untuk masuk ke masjid. Anak-anak melepas sendal, masuk ke dalam dan duduk menunggu pembagian minuman pelepas dahaga, kue yang sudah disediakan ibu-ibu dibagikan, anak-anak menyambut dengan senang. Lihat senyumnya yang tulus menerima pembagian.. tak ada gumam mengeluhkan jenis kue atau jenis minuman. Semua menerima, membuka dan menikmati. Semoga Allah memberi keberkahan dari hidangan yang termakan. Amin. Kemudian anak-anakpun pulang dengan kebanggaan “Aku ikut takbir keliling”

Malam telah semakin larut, masjidpun akhirnya dikosongkan. Bapak-bapak pulang, remaja dan pengurus masjid pun pulang. Menyusun tenaga untuk pekerjaan besar esok hari.

***

Hari besar, hari yang ditunggu-tunggu. Setelah melaksanakan sholat Idul Adha berjamaah di pelataran masjid yang termasuk jalan kampung ini. Hewan-hewan qurban siap disembelih. Beberapa petugas yang akan menyembelih telah siap dengan pisaunya yang tajam, sekali tebas.. putuslah urat leher. Gilirannya penyamak kulit siap dengan keahliannya. Kambing yg telah mati digantung terbalik. Kepala dipisah dari badannya, badan dikuliti, dibelah perutnya, diambil bagian dalamnya. Hati, limpa dipisahkan, usus dan babat dipisahkan siap dibersihkan kotorannya. Kemudian seonggok daging dipindah ke terpal untuk dipotong-potong, ditimbang, dimasukkan ke kresek. Kerja sama yang hebat!

Ibu-ibu siap di dapur buatan, dapur sementara dipelataran masjid. Ada yang memasak nasi, ada yang meracik bumbu, ada yang meracik acar, ada yang menyiapkan piring, sendok dan gelas, ada yang menyayat daging kecil-kecil untuk dibuat sate dan gule. Semua terlihat sibuk membantu menyiapkan masakan dari sebagian daging qurban untuk makan siang panitia dan sebagian warga yang kebetulan lewat. Siapapun boleh menikmatinya.

Waktu berlalu, pekerjaan membagi qurban telah selesai dilaksanakan, terpal sudah kembali bersih, panitia juga sudah dalam keadaan bersih. Setelah sholat dhuhur, piring-piring ditata di dalam masjid, makanan siap disajikan dan semua menikmati hidangan yang dimasak ibu-ibu secara gotong royong. Alhamdulillah.. tugas mulia hari ini telah terlaksana. Semoga Allah meridhoi dan mencatat amal baiknya. Amin.

9 November 2010

Dibawah ancaman Merapi

Para petani dan penambang pasir masih bekerja seperti hari-hari biasa, padahal aktivitas merapi terus menunjukkan peningkatan, dan status siaga ditetapkan sejak Kamis, 21 Oktober 2010. Tampak mereka lalu-lalang menyusuri jalan dan gang-gang. Seorang ibu berjalan menggendong tenggok.. mungkin untuk mengambil hasil kebunnya, ada juga beberapa orang yang berjalan memanggul rumput atau memboncengkan rumput dalam ikatan besar di sepeda maupun motor untuk pakan ternaknya, Tapi yang jelas, sepertinya tak ada rasa khawatir dari raut mereka, seolah keadaan yang biasa saja dihadapinya. Ada yang mengatakan,

“Kalau nuruti rasa takut ya takut mas, tapi ya mau gimana lagi.. namanya juga hidup dilereng merapi, pasrah saja mas sama Gusti Allah”

Aktivitas merapi terus meningkat, hingga status waspada ditetapkan sejak Mingggu, 24 Oktober 2010. Tim evakuasipun terus membujuk mereka untuk segera turun, menjauh dari puncak merapi, menyelamatkan diri dari debu yang panasnya sampai ratusan derajat, yang setiap saat bisa saja membumi hanguskan. Kemudian..., status kembali berubah, dari waspada menjadi siaga kemudian ke awas. Tapi tetap saja ada beberapa yang tak mau beranjak dan beranggapan bahwa merapi tak akan meletus seperti yang sudah-sudah. Gemes rasanya, ini harus dipaksa. Selain membahayakan diri sendiri, ini juga bisa mempengaruhi orang lain untuk tidak mau turun. Aparat keamanan harus bertindak, bagaimanapun caranya. Jangan sampai menyesal kemudian. Hanya bisa getem-getem menyaksikan pemandangan di televisi.

***

Telephon berdering saat langit mulai gelap, hari ini Selasa, 26 Oktober 2010

“Ma, merapi meletus, coba lihat di tivi!”

Secara aku melompat dari kursi yang menghadap komputer, langsung lari menyalakan televisi. Ada apa dengan merapiku kali ini? Sedasyat apa letusannya? Lebih dasyat dari letusan beberapa tahun sebelumnyakah? Semoga tidak. Tersiar banyaknya korban akibat awan panas yang bergerak cepat.

Ya Allah, inikah wajah orang-orang yang tak mau turun itu, orang-orang yang tak mau dievakuasi? Orang-orang yang tak sempat menyelamatkan diri ketika debu panas benar-benar menerjang. Tubuhnya utuh, tapi sudah tak bernyawa lagi, kaku tertelungkup, tersapu debu merapi, ada yang di jalan, ada yang di pekarangan, tak terkecuali yang berada di dalam rumah, mereka tak terselamatkan. Ternak-ternak juga tak selamat, pohon-pohon meranggas, rumah tak utuh lagi. Hanya dalam hitungan menit.. semua hancur. Sampai dimana radius awan panas ini?

No HP pamong (guru) segera kuhubungi, tapi tak ada sahutan. Kemudian SMS kulayangkan. Semoga saja nanti akan ada jawaban walau mungkin agak larut malam.

Layar televisi akhirnya menyala dari waktu-ke waktu, tak akan dimatikan dan tak akan diganti siarannya. Tak cukup rasanya menunggu berita televisi, informasipun akhirnya didapat dari situs “detik” yang setiap saat menampilkan berita terkininya dan facebookpun juga diaktifkan menungu kabar dari putri cantikku kapan saja. Semoga saja akan ada berita menggembirakan darinya.

***

“Sofi, gimana kabar Sofi dan teman-teman soal kondisi merapi saat ini? Mudah-mudahan semua baik-baik saja. Sholat dan berdoa untuk keselamatan semuanya ya”

Inilah bunyi pesan yang kukirim di Fbnya sekitar jam 9 malam, karena berita dari pamong (guru) nya tak kunjung terbalas.

“Alhamdulillah, karena tadi sore sempet hujan deras. TN masih bagus, hanya ada hujan debu. Tapi di Muntilan dan Mertoyudan udah hujan pasir dan kerikil, semoga saja tidak sampai sini. Disini sudah ada pembagian masker dan belum boleh keluar graha. Insya Allah semua baik-baik, Iya nggak akan lupa mah, kabar Bontang gimana?”

Seperti diguyur air disaat kemarau panjang. Betapa melegakannya kabar yang kuterima, mendapati putri cantikku dalam keadaan baik-baik saja.

“Alhamdulillah, semoga semua baik-baik saja. Doa mama-papa untuk keselamatan semuanya”

“Iya Mah, disini semuanya pada siaga. Nanti mungkin mau berdoa bersama, besok juga nggak ada olah-raga pagi. Makasih ya Mah-Pah. Doain aja”

“Iya, semoga tidak membahayakan masyarakat Magelang, khususnya anak-anak TN yang saat ini sedang berjuang menuntut ilmu, jauh dari orag tua dan keluarga. Semoga Allah memberi keselamatan dan perlindungan sebaik-baiknya. Amin YRA”

“Amin, Amin. Makasih ya Mah, semoga semua baik-baik aja”

Ya Allah... betapa aku ingin memeluknya saat ini, menciumnya dan mendekapnya erat-erat. Aku harus menahannya diatas kegelisahanku beberapa waktu lalu. Lihatlah ! Betapa tegarnya putri cantikku, tersirat dari kata yang disusunnya untuk menjawab pesanku. Dan aku tak boleh membuatnya lemah. Lindungi dia ya Allah... lindungi sebaik-baik perlindungan-Mu.

***

Masih tetap memantau televisi, masih tetap mengaktifkan FB, masih tetap di jalur detik.com. Dan kali ini menambah pantauan dengan google map. Melihat jarak aman merapi seperti yang ditetapkan. Setiap berita muncul selalu kulihat peta digooglenya. Arah mana angin akan berhembus membawa awan panas merapi? Daerah mana yang saat ini sedang terkena musibahnya? Ngargo Mulyo, Hargo Binangun, Umbul Harjo, Pakem, Cangkringan, Argo Mulyo? disebelah mana ya?

Pemandangan yang sangat memilukan, rumah-rumah terbakar, pohon-pohon yang menghijau tak ada lagi, situasi perkampungan benar-benar sepi bak kampung mati, tak ada kehidupan, sapi-sapi terpanggang utuh, mayat-mayat tergeletak telungkup, ada yang disamping motornya di jalan, ada yang di dalam rumah, juga di pekarangan.

Tim SAR dan para relawan melakukan pencarian korban, barangkali dan semoga saja masih ada yang terselamatkan. Mereka berkejaran dengan awan panas yang siap diluncurkan dari merapi yang tak berhenti sejak meletus 26 Oktober lalu. Menahan panasnya debu yang masih mengepul saat kaki menginjakkan tanah ke bumi yang telah diratakan. Mencari orang-orang yang masih selamat maupun yang telah meninggal, padahal mereka tak mengenalnya, padahal bukan kerabatnya. Jempol empat rasanya tak cukup untuk memberikan acungan buat Tim SAR dan relawan.

Merapi terus aktif, masih memuntahkan kandungan isinya, dan awan panasnya terus membumbung tinggi.

***

Masih seperti hari-hari sebelumnya, televisi menyala di channel khusus, laptop juga terus menyala dengan situs-situs seperti sebelumnya, mencari berita terkini, tercepat dan mancocokkan lokasi sesuai berita yang dimaksud. Saat ini jarak aman dari merapi telah berubah, dari 10 km menjadi 15 km dan menjadi 20km. Semoga saja putri cantikku masih dalam jarak yang aman. Semoga Allah memberikan keselamatan dan perlindungan untuknya dan semoga tak diperluas lagi jarak amannya dan semua kembali normal lagi.

Ada satu pesan di Fbku hari Rabu, 3 Nopember 2010,

“Assalaamu’alaikum mah... disini lagi hujan abu, Cuma lebih parah dari yang kemarin. Debunya keliatan banget dan bau belerang. Semua udah pake masker.. tadi habis makan malam Sofi minta tolong temen untuk SMS mamah, takutnya malem ini Sofi nggak bisa nelpon”

“Wa’alaikum salam..., iya, sudah mama terima smsnya. Semoga saja keadaan membaik lagi ya. Semoga semua diberi kesehatan, keselamatan, perlindungan terbaik oleh Allah SWT, Amin YRA. Kalau memang nggak memungkinkan untuk telpon ya nggak usah telpon dulu, untuk jaga kesehatan mungkin lebih baik di asrama saja ya... Sofi bisa massage saja di FB mama. Sengaja FB mama dinyalakan terus dari tadi pagi dan di OL kan. Masker yang dibagikan cukup?”

Selanjutnya pembicaraan melalui chating dengannya, Alhamdulillah, puji syukur pada-Mu ya Allah telah Engkau berikan keselamatan, kesehatan, ketegaran dan perlindungan terbaikmu untuk putri cantikku. Semoga dihari-hari berikutnyapun akan Engkau anugerahkan kebaikan-kebaikan yang sama. Amin, YRA.

***

Dari pantauan di layar kaca, asap putih merapi terus membumbung tinggi, hingga mencapai 4000 meter. Kemana arah mana awan panas ini akan bergerak? Belum ada kepastian karena asap putih masih berdiri tegak. Hingga... Kamis, 4 Nopember 2010 menjelang pukul 6 pagi, merapi kembali meletus. Awan panas yang menjulang, diperkirakan sampai ketinggian 4000 meter... kini diperkirakan mencapai 6000 meter, awan panas berwarna agak kehitaman, dari informasi... ini berarti bercampur material dari dalam bumi. Seberapa banyak akan menghujani masyarakat sekitar merapi setelah awan bergerak?

Di Fbku kembali menampilkan satu pesan dari putri cantikku, Kamis, 4 Nopember 2010,

“Mah, hari ini hujan abunya lebih deras, nanti SMS temenku yah” begitu bunyi pesan yang terkirim pukul 2 siang.

“Iya, merapinya masih meletus sampai ketinggian 6000 meter. Banyak-banyak istighfar dan berdoa ya semoga diberi keselamatan, kesehatan, perlindungan oleh Allah SWT, Amin YRA. Semoga bencananya segera berakhir dan berganti kegembiraan. Amin”

“Tadi pagi habis kerja bakti bersihin sekolah, tapi karena hujan abunya turun lagi, jadinya dihentikan”

Ya Allah..., Kembali lidah ini berkeluh kesah kepada-Mu. Lindungilah putri cantikku.

Apakah kamu tahu sedasyat apa letusan merapi saat ini? Apakah kamu merasakan segelisah apa dan seberapa gemuruhnya dadaku menyaksikan tayangan berita di televisi dimana orang-orang panik, terluka, bahkan kehilangan nyawa dengan debu panas yang pekat.

Ada informasi, tempatmu masih berada diluar jarak aman dengan merapi, hati ini sedikit lega, namun keresahan tetap saja menjadikan selimut hatiku. Bibir ini tak berhenti bergetar berdzikir dan berdoa untuk keselamatanmu.

***

Kabut tebal masih menyelimuti merapi sejak kedasyatan meletusnya 4 Nopember pagi hari, sedang material berat terus dimuntahkan dari mulut merapi melalui sungai dan menuju ke kali Gendol. Kembali jari meluncurkan ke situs google map, dimanakah kali Gendol itu? Semoga masih jauh dari putriku. Tapi awan panasnya.. kemana bergeraknya? Ya Allah, berilah perlindungan terbaik-Mu.

Ada dua SMS menjelang magrib, Jum’at, 5 Nopember 2010 yang belum sempat terbaca, dari teman puri cantikku. Semoga kabar baik yang kuterima. Dijelaskan kalau siswa siaga, siap dilakukan evakuasi ke Semarang, bagaimana rencananya Sofi tante?

Kalau memang harus evakuasi demi keselamatan..., ya harus diikuti. Lalu kutulis balasan SMSnya, namun saat balasan belum selesai... ada keinginan membaca SMS satunya. Ternyata isinya mengabarkan lagi, “Karena kondisi dan jarak asrama masih termasuk dalam kondisi aman, maka evakuasi tidak jadi dilakukan. Tapi siswa tetap diminta untuk tetap siaga jika sewaktu-waktu evakuasi harus dilakukan siswa siap diberangkatkan”

Kembali jari ini menuliskan kalimat untuk membalasnya, namun belum sempat terselesaikan dering panggilan berbunyi. Segera kuangkat dan suara putri cantikku menyambut salamku.

Suaranya begitu tenang menjawab pertanyaanku. Padahal dadakku ini terasa sesak, namun suaraku tetap kupertahankan tenang, setenang mungkin, tak ingin membuatnya resah, walau air mataku sempat menggenang di ujung mataku. Cepat-cepat kukeringkan dan kutarik nafas dalam-dalam. Ingin kutatap wajahnya saat ini..., ingin kudekap dan menciumnya saat ini..., tapi tak kuasa.. tak bisa kulakukan.

Ya Allah... berikanlah kesabaran, kekuatan, kesehatan, ketegaran, ketabahan, keselamatan dan perlindungan terbaik untuk putri cantikku dan juga masyarakat sekitarnya. Cukuplah bencana ini sampai disini saja dan hentikanlah bencana ini, gantilah dengan kegembiraan ya Allah... Amin, YRA.

1 November 2010

kuselipkan doa dinamamu sayang

Ada saja yang salah dalam menuliskan namaku, ada yang menulisnya eni nurahyuni, eni nur rahayu, eni nur rahwuni, enny nur rahyuni. Memang apa sih arti sebuah nama? Ow.. penting, yang jelas nggak akan ribet urusan di Bank kalau cara penulisan namanya benar, hehehe... dan lagi bapak-ibu pasti punya maksud memberiku nama eni nur rahyuni, seingatku nih...

"eni" hanya sebuah nama, tak ada artinya, kucoba browsing di internetpun tak ada,

"nur" artinya cahaya, suka ilmu pengetahuan.

"rahyuni" diambil dari "rahayu" artinya selamat. Jadi maksud bapak-ibu memberi nama eni nur rahyuni kalau tidak salah adalah sebuah doa "semoga eni selalu haus ilmu dan mendapatkan cahaya keselamatan dari Allah SWT" Semoga saja pendapatku ini benar.

Lalu nama apa yang pantas kuhadiahkan untuk putra putriku? tentunya nama yang baik, nama yang menyiratkan doa dan harapan, panggilannya pun harus baik, terdengarnya juga baik sehingga mereka akan senang dan bangga memakainya, menyebutnya, menuliskannya dan tak akan menggantinya.

Persiapan memberi nama menjadi bahan diskusiku dengan suami saat test kehamilanku dinyatakan positif. Kamipun berburu nama, dan mengoleksi beberapa nama laki-laki dan perempuan dari majalah, koran (kebeneran masih menyimpan koran pengumuman UMPTN), nama teman-teman, dan akhirnya... nama "andi mirza zakaria" tercatat dalam akte kelahiran putra sulungku. Ada harapan besar dengan nama ini,

"andi" sebagai gelar bangsawan, semoga lahiriahnya tercukupkan, baik harta maupun ilmunya, bentuk lain dari andi adalah "andy" yang artinya : kuat, jantan,

"mirza" artinya : anak yang baik,

"zakaria" adalah nama nabi yang siang-malam.. bibir dan hatinya selalu bergetar memanjatkan doa.

4,5 tahun kemudian putri cantikkupun terlahir, berharap akupun bisa memberikan nama dan panggilan yang baik untuknya, dan nama "sofia zachra faiza" pun resmi disandangnya, doa-doapun terluncur dari namanya.

"sofia" memiliki banyak arti : jernih, terampil, bijaksana, mandiri, penyayang, rela berkorban, seorang yang karismatik, menciptakan keharmonisan kelompok, intuitif dan kreatif, selalu diberkati, pemimpin yang berambisi, penuh visi, sangat menarik, memiliki jiwa pembimbing dan penyembuh, kritis terhadap diri dan orang lain.

"zachra" dari "zahra" artinya : yang bersinar atau yang memancarkan cahaya, bunga, bunga yang mekar,tegas.

"faiza" artinya pemenang, jaya

Dan 5 tahun berikutnya, aku dan suami harus berjuang mendapatkan satu nama lagi untuk bungsuku, kalau nama yang kuberikan sebelumnya penuh doa dan harapan yang besar, panggilannyapun indah, nama yang akan kuberikan kali inipun harus seimbang dengan nama kakak-kakaknya, harus ada doa yang baik, ada harapan yang besar dan panggilannyapun juga indah dan menyenangkan. Dan... "salma nur aziza" adalah nama yang tepat untuk mengukirnya.

"salma" artinya : kedamaian, selamat, sehat, kekasih hati, melindungi, memiliki kemampuan berbicara yang baik, senang dirumah, pekerja keras, memiliki kemampuan sebagai pemimpin, pendengar yang baik.

"nur" artinya : cahaya, suka ilmu pengetahuan.

"aziza" artinya : menghargai, cantik (somalia)

Inilah sebuah doa dan harapan yang besar dariku dan suami, semoga apa nama yang diberikan sebagai hadiah untuk putra-putriku mendapatkan ridho Allah SWT. Amin YRA.