tag:blogger.com,1999:blog-32904585278803048972024-03-14T06:51:26.769+08:00berlian.cantikBerlian memang cantik, hampir semua orang menyukainya, walau tidak semua orang bisa memilikinya. Hati yang cantik laksana berlian, banyak yang menyukainya, walau tidak semua orang bisa memilikinya.eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.comBlogger88125tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-65063668891320075932012-06-14T08:43:00.001+08:002012-06-14T08:46:26.281+08:00hasrat<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1,"tn":"K"}">
<span class="messageBody" data-ft="{"type":3}" style="font-size: large;">gerakan secara perlahan telah kucobakan<br /> kalimat-kalimat secara perlahan pula kucoba lantunkan<br /> dan bersujudpun menjadi lebih lama dari biasanya<br /> tapi mengapa tak menjadikanku lebih tenang<br /> <br /><span class="text_exposed_show"> duduk bersila dengan telapak tangan menyatu menengadah<br /> mulutku menggumam seraya memejamkan mata<br /> memohon keharibaanMu dengan berbekal sepenuh harap<br /> tapi mengapa tak menjadikanku lebih tenang<br /> <br /> mengapa mata ini tak lagi sembab<br /> mengapa kerongkongan ini tak lagi tercekat<br /> apa aku kurang bersungguh-sungguh mendekatiMu<br /> apa hiasan dunia lebih menguasaiku<br /> <br /> Allah...<br /> aku merindukan anak-anak sungai mengalir hangat dalam pipiku<br /> aku merindukan sesenggukan menghiasi nafasku<br /> aku merindukan ketenangan saat bersamaMu</span></span></h6>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-4966636093151492652011-11-10T07:22:00.000+08:002011-11-10T19:39:32.946+08:00catatan perjalanan umrah Ramadhan kami-24<h2 class="uiHeaderTitle">Perpisahan Ini Terasa Berat</h2><p>Mengingat kesehatan Bapak yang butuh perhatian khusus dan nyaman untuk semuanya maka kami perlu bicarakan kapan sebaiknya waktu yang tepat mengerjakan tawaf wada’. Bagaimanapun mengerjakan tawaf itu butuh tenaga yang tak sedikit meskipun hanya berjalan santai. Yang kami pikirkan jangan sampai setelah tawaf malah dehidrasi dan nggak bisa melanjutkan puasa, sayang kan kalau sampai batal. Untuk itu kami berembug dan mengadakan pertemuan di Grand Zam Zam sekalian buka puasa disana. Dari pembicaraan yang rada-rada alot, hallah..., akhirnya kami sepakat kalau kami semua akan mengerjakan tawaf setelah makan sahur, dengan alasan setelah selesai tawaf masih ada waktu karena belum masuk waktu imsak jadi yang masih ingin minum silahkan minum, mumpung masih ada waktu. Deal kan dengan keputusan ini? Deal!</p><p> </p><p>Usai shalat maghrib kami kembali ke hotel untuk menyempurnakan buka puasa di ruang makan hotel. Waktu yang sangat sedikit ini kami gunakan sebaik-baiknya dan saling mengingatkan kembali rencana yang sudah kami susun sebelum kami berpisah lagi untuk shalat isya’ dan tarawih. Intinya kami akan berangkat bersama-sama setelah makan sahur di hotel.</p><p> </p><p>Tarawih malam ini ternyata lebih lama dari tarawih sebelumnya karena malam ini ternyata malam kataman tarawih. Sebelumnya kami tak tahu kalau malam ini malam terakhir tarawih bahkan menurut kami kataman masih besok tanggal 29 dan kami tak bisa ikut kataman. Wah, ternyata perkiraan kami meleset. Di rakaat kedua setelah imam membaca surat, imam melanjutkan dengan doa yang sangat panjang, kamipun serempak mengaminkannya. Ada kurang lebih satu jam kami berdiri mengaminkan doanya. Kami berusaha tetap berdiri dan berusaha tak bergerak walau kaki sudah pegal dan telapak kaki rasanya sudah menebal dan panas. Untung saja kami tadi telah sepakat kalau kami akan mengerjakan tawaf wada’ usai makan sahur, kalau saja tadi kesepakatannya setelah tarawih... waduh, tak bisa membayangkan bakal seperti apa capeknya malam ini nanti.</p><p> </p><p>Rencananya setelah tarawih kami akan langsung kembali ke hotel, mengemas perbekalan yang sudah tak dipakai lagi dan istirahat. Tapi begitu sampai di jalan dan melihat begitu ramai suasananya kamipun mengurungkan niat. Ini suasana paling padat dari sepanjang malam yang pernah kami lihat dan pemandangan seperti ini tak akan bisa kami nikmati lagi karena besok kami sudah harus meninggalkan Mekah, mungkin malam tarawih akan kami lalui di bandara Jedah atau mungkin kami sudah didalam pesawat. Beberapa saat kami berdiri di pinggir jalan sambil mengamati seluruh penjuru yang mampu kami lihat. Tak ingin melewatkan suasanya maka langsung kuambil camera yang selalu ada di tas lalu kubidikkan beberapa kali. Malam ini akan jadi kenangan yang indah dan akan jadi salah satu ceritaku nanti saat sampai di tanah air.</p><p> </p><p>Rasanya baru saja kami menapakkan kaki ke masjidil haram untuk mengerjakan rukun, wajib dan sunah umrah, duduk berlama-lama di masjid sambil menunggu waktu dhuha seraya jari ini terus membalik lembar demi lembar kalam Ilahi dan sesekali membasahi wajah dengan zam zam agar kantuk lenyap terganti kesegaran. Rasanya baru saja kami mengantri berdesak-desakan di keran yang berjejer di tempat-tempat tertentu di dalam masjid untuk sebotol zam zam dan rasanya juga baru saja mengantarkan bungsuku memegang ka’bah, ke multazam dan ke hajar aswad lalu shalat di hijir ismail dan di belakang makam ibrahim. Ternyata hari yang kami lalui berjalan amatlah cepat, tak terasa beberapa saat lagi kami sudah harus meninggalkan tanah haram. Kami harus segera mengemasi barang-barang perbekalan untuk dipak dan dibawa kembali ke tanah air. Sekarang tinggal menunggu waktu mengerjakan tawaf wada’ sebagai perpisahan dengan ka’bah dan masjidil haram.</p><p> </p><p>Usai makan sahur kami langsung berangkat ke masjidil haram, kali ini tanpa Bapak karena Bapak sudah mengerjakan tawaf wada’nya semalam saat kami sedang tarawih. Itulah Bapakku, yang merasa sehat padahal kami mengkhawatirkan kondisinya. Obatnya juga jarang diminum, kalau kami ingatkan kenapa nggak minum obatnya, dijawabnya besok saja didobel. Kemaki kan? Merasa sehat wal’afiat padahal harus konsumsi obat tiap hari. Ini yang kadang bikin yang lain getem-getem apalagi kalau melihat pola makannya yang nggak ada kata diet. Tapi Alhamdulillah, nyatanya tawaf wada’ bisa dikerjakannya dengan baik dan Bapak masih dalam keadaan sehat. Alhamdulillah.</p><p> </p><p>Kami telah berada di masjidil haram, berjalan menuju pelataran dan berusaha lebih mendekat ke ka’bah. Kupandangi terus dari atas ke bawah seakan tak mau lepas pandangan ini sambil kaki terus melangkah pelan menuju hajar aswad sebagai start tawaf wada’ku. Akhirnya sampai juga saatnya berpisah dengan Baitullah, perasaan sedih, haru dan penuh harap bercampur jadi satu. Betapa nikmatnya berada dekat-dekat denganmu, memandangmu, berjalan mengelilingimu, apalagi kalau saat ini aku mampu menyentuhmu, mendekatkan pipi ini dan bisa menciummu serta dapat berlama-lama memanjatkan do’a disekitarmu. Akankah dapat kunikmati lagi dan sedekat ini lagi denganmu dilain waktu? Disetiap langkahku, aku larut dalam doa dan disetiap satu putaran selesai.. perasaan sedih makin terasa, semakin dekat saja perpisahan ini hingga tak terbendung lagi air mataku. Yah... karena begitu puaran ke tujuh selesai, begitulah aku akan segera meninggalkanmu, berjalan membelakangimu tanpa menengok lagi ke arahmu dan setelah itu aku hanya dapat melihat gambarmu di album fotoku, di televisi, di gambar-gambar yang terpajang didinding sebagai hiasan dan juga di sajadahku. Kapankah sampai waktuku mengunjungimu lagi setelah kepulanganku ke tanah air? Ku berharap secepatnya dapat kembali kesini, berada dekat-dekat denganmu lagi, memandangmu lagi dan berjalan mengelilimu, aku akan berusaha lagi mendekatkan pipiku dan berusaha lagi menciummu serta berlama-lama memanjatkan do’a di sekitarmu. Ya Allah, penuhilah harapanku ini, perjalankanlah aku beserta seluruh keluargaku untuk kembali datang ke rumah-Mu secepatnya baik untuk berhaji maupun umrah. Amin Allahumma Amin.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-43313612458156665402011-11-05T06:41:00.000+08:002011-11-10T19:37:27.393+08:00Tragedi Mina 8 Dzulhijjah 1417 H<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><p>Masih terekam dalam ingatanku, tentang peristiwa terbakarnya tenda-tenda jamaah haji di Mina bertahun-tahun silam, tepatnya tanggal 8 Dzulhijjah 1417 H atau 15 April 1997. Bukan karena aku mengoleksi lembar beritanya di koran atau punya rekaman videonya dari televisi, tapi karena aku turut mengalaminya waktu itu, karena aku turut dalam kepanikan bersama ribuan jamaah, ah... bukan ribuan, mungkin puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu manusia yang berusaha menyelamatkan diri dari amukan si jago merah. Dada ini berdegup kencang, berlomba antara takut dan ingin menyelamatkan ihram kami, antara tangis dan segala harap, entah mana yang lebih dominan kala itu. Apakah semua seirama? Saling melengkapi?</p><p> </p><p>Hari telah menjelang dhuhur waktu itu, kami serombongan dengan bendera jamaah haji dan umrah Hidayatullah dari Bontang dan Balikpapan telah sampai di Mina lebih awal dari jamaah kebanyakan karena kami mengambil napak tilas Rasulullah sebelum berangkat ke Arafah. Kami datang dengan mengendarai bus hingga kami diturunkan tepat disamping blok tenda kami. Kami menempati salah satu tenda yang lumayan besar yang disediakan pemerintah Arab Saudi di salah satu blok untuk Indonesia, cukup untuk seluruh rombongan jamaah kami. Ada papan nama diatas pintu gerbang masuknya menunjukkan peruntukan tenda yang ada, rencananya tenda ini akan kami tempati selama kami berada di Mina. Makanya saat kami sudah diperbolehkan mengatur barang bawaan ke dalam tenda, aku dan suami segera mengambil tempat di sudut dengan maksud supaya tak banyak dilewati orang yang lalu lalang. Kami atur sedemikian rupa tikar dan tas perbekalan selama di Mina sebagai pembatas bahwa inilah wilayah kami untuk tidur malam ini nanti. Semua jamaahpun melakukan hal yang sama. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah hamparan tenda putih berbaris-baris, entah ada berapa banyak jumlahnya dan semuanya berukuran besar tapi keadaannya masih banyak yang kosong karena memang jamaah lebih banyak masih berada di Mekah dan baru akan berangkat esok hari langsung menuju Arafah untuk wukuf. Malah dari sepenglihatan dan sepengetahuanku, dari blok dimana tenda kami berdiri, baru rombongan kamilah yang datang ke Mina.</p><p> </p><p>Walaupun pemerintah Arab Saudi telah menyediakan tenda-tenda yang begitu banyaknya dan tertata rapi untuk setiap negara dan daerah asalnya, ternyata masih ada saja tenda-tenda terpancang di perbukitan, entah siapa penghuninya. Dengar-dengar katanya tenda-tenda yang ada dibukit itu dari jamaah yang datangnya sendiri-sendiri, maksudnya mereka bukan rombongan atau yang terorganisir seperti kami. Wah, tentunya butuh perjuangan yang sangat berat untuk melalui semuanya sendiri apalagi letaknya yang sulit dijangkau, pasti susah sekali mobilisasinya. Mungkin saja mereka penduduk setempat atau penduduk sekitar. Katanya sih keadaan seperti itu biasa saja, setiap tahun haji datang pasti ada saja yang mendirikan tenda di perbukitan.</p><p> </p><p>Waktu semakin mendekati adzan dhuhur, kami segera diminta untuk mengambil wudhu dan akan melakukan shalat dhuhur berjamaah. Aku dan beberapa teman segera mencari air untuk wudhu. Entah kenapa kami waktu itu tak mengambil wudhu di kamar mandi yang disediakan pemerintah Arab Saudi, padahal jumlahnya cukup banyak. Apa karena airnya tidak mengalir ya? Ah... tak tahulah, lupa keadaannya waktu itu, yang jelas kami keluar dari blok tenda kami menuju blok lainnya dan mengambil wudhu. Itupun kami mengambil wudhunya dari seember air yang kami gayungkan. Masih ingat percakapan kami waktu kami wudhu bersama. Saat itu teman kami namanya Yuri mengomentari salah satu dari kami cara berwudhunya karena mengambil wudhu langsung dari ember.</p><p> </p><p>“Nggak begitu caranya wudhu, kalau begitu kan airnya netes lagi ke ember” sambil dia mempraktekkan mengambil air dengan gayung lalu mengucurkannya dan yang lain mulai berwudhu.</p><p> </p><p>Saat kami sedang dalam antrian wudhu, kulihat dari salah satu bukit yang ada di Mina, ada asap hitam mengepul dari arah balik bukit itu. Kalau bukit yang jaraknya begitu jauh dari kami berdiri saat ini, asapnya bisa terlihat dengan jelas, pasti ada apa-apa dibalik sana. Iya, sepertinya ada kebakaran dibalik bukit itu. Spontan terucap dari bibir ini “Kasihannya mereka, bagaimana keadaannya ya? Semoga mereka selamat”. Yah, sebatas itu saja yang kami lakukan, tak mungkin kami menaiki bukit yang jauh dan menolongnya. Lalu kami menyelesaikan wudhu, semua telah mendapatkan wudhunya sekarang. Kami segera kembali ke tenda bersiap-siap shalat dhuhur berjamaah karena adzan baru saja dikumandangkan dari tenda kami. Tapi baru saja kami masuk dan belum juga siap apa-apanya, tiba-tiba kami dikejutkan dengan suara dari luar gerbang blok tenda kami. Kami semua diminta keluar tenda secepatnya karena kebakaran sudah dekat dengan tempat kami. Ya Allah! Apa yang akan terjadi dengan kami semua, baru saja kami masuk tenda, baru saja kami lihat kepulan asapnya masih di balik bukit yang jaraknya sangat jauh dari tenda kami, sekarang sudah dekat dengan tenda kami. Kami akan mengungsi kemana? Disekitar kami hanyalah tenda-tenda kain yang kering, sebentar saja pasti terlalap api semuanya dan kami akan dikelillingi api. Api yang tinggi dan berkobar diiringi kepulan asap hitam yang akan menyesakkan pernafasan kami, bahkan mungkin bisa membakar paru-paru kami. Duh Gusti Allah..., kumohon pertolongamu, lindungilah kami semua dari cobaan ini. Kami semua panik, bingung, keluar-masuk tenda. Lalu kami dengar lagi teriakan “Selamatkan diri, tidak usah membawa apa-apa, apinya sudah dekat, tinggalkan saja barang-barangnya”. Kami semakin panik, sedekat apa sih api yang berkobar saat ini sampai kami tak diijinkan membawa barang-barang kami padahal perbekalan untuk wukuf dan selama di Mina ada disini semua.</p><p> </p><p>Untuk membawanya sendiri jelas aku tak mampu karena tas tentengan ini berat jika membawanya harus sambil berlari, jelas-jelas aku tak kuat membawanya sendiri. Untuk mengurangi beratnya juga tak memungkinkan lagi karena kami memang harus secepatnya meninggalkan tenda. Yah... kalau memang harus ditinggal, ya apa boleh buat, diikhlaskan saja. Tapi tidak, suamiku bersikukuh membawanya, dua tas perbekalan harus dibawanya sedang yang lain boleh ditinggal. Ini bekal kami selama di Mina, harus dibawa yang lainnya bolehlah ditinggal. Satu tas ditentengnya di tangan satunya sedang tas lainnya kami tenteng berdua. Sambil berjalan cepat kami menenteng tas perbekalan keluar tenda.</p><p> </p><p>Kami telah berada dijalur beraspal dimana kami diturunkan pertama kali sampai di perkemahan. Begitu banyak jamaah dalam kepanikan, berjalan ke kanan, kekiri, berlari-lari tak tahu arah yang dituju. Semua panik tak tahu harus kemana, semua bingung tak tahu harus menghubungi siapa. Tak ada alat komunikasi, hand phone waktu itu masih langka. Seingatku, dari kami serombongan hanya satu orang yang mempunyai hand phone saat itu, Pak Harry Sulistyadi yang selalu mengabarkan keadaan kami ke teman-teman di tanah air. Tapi kami tak tahu sekarang ini beliau ada dimana, kami benar-benar tak tahu apa yang harus kami kerjakan. Mengikuti arus kekiri ternyata salah, setelah diikuti ternyata dari arah berlawanan orang-orang berlarian dan berteriak jangan kesini, apinya sedang mengarah kemari, kamipun berbalik arah. Suara dentuman berkali-kali terdengar dari arah yang berbeda-beda. Salah satu sumber menyebutkan itu suara tabung gas yang meledak, api cepat menyebar karena tabung gas yang satu eledak mengakibatkan tabung gas yang lain meledak juga terkena imbasnya, meledak bergantianlah tabung-tabung yang dibawa penduduk untuk keperluan selama di Mina, api cepat sekali menjalar. Apa yang bisa kami lakukan sekarang?</p><p> </p><p>Ya Allah, akan sampai kapan keadaan ini berlangsung dan apakah kami akan selamat dari kobaran api? Ya Allah, kami pasrah padamu, disekeliling kami... tenda-tenda dari berbagai arah telah terbakar, kami tak tahu lagi harus menyelamatkan diri kearah mana, segala penjuru telah terkepung api, kami tak bisa bergerak. Lalu aku dan suami duduk dipinggir jalan, dibatas jalan. Memperhatikan orang-orang yang panik dan lalu lalang, aku juga panik dan ketakutan tapi ikutan berlari-lari dan mondar-mandir tak tentu arah sangat menghabiskan tenaga karena kami tak tahu harus kemana. Baru ingat kalau kami tadi keluar tenda belum shalat dhuhur tapi kami akan shalat dimana. Situasi tak mengijinkan untuk shalat dengan sikap sempurna karena kami harus waspada dengan keadaan sekitar, jangan sampai kami malah tertabrak saat sedang mengerjakan shalat. Maka kami putuskan untuk shalat dengan posisi duduk seperti posisi shalat di kendaraan. Kami kerjakan dengan gerakan isyarat untuk semua gerakan shalatnya. Semoga Allah memaklumi keadaan shalat kami. Akhirnya usai sudah shalat kami walau dalam keadaan tertekan, kepanikan, dan ketakutan. Baru tersadar setelah mengucap salam, ternyata saat kami duduk dan mengerjakan shalat, kami duduk disebelah bangunan yang didalamnya ternyata travo yang sangat besar. Ya Allah, kalau saja tadi saat kami sedang shalat terjadi apa-apa dengan alat disebelah kami ini, entah apa yang terjadi dengan kami. Puji syukur kami panjatkan hanya pada-Mu ya Allah, Engkau masih menyelamatkan kami. Kami lalu beranjak menjauh dari peralatan listrik yang super besar itu.</p><p> </p><p>Tiba-tiba jamaah berlarian sambil berteriak “Api... api...!” semua berlarian sekencang-kencangnya, kocar-kacir, aku dan suami juga. Kali ini aku dan suami menuju ke arah kanan, menuju tempat yang lebih tinggi kearah bukit, tapi kami harus melewati tenda-tenda, yah... mau gimana lagi , ini jalan satu-satunya menuju bukit. Padahal bila tenda ini satu terkena percikan api sedikit saja, ludeslah semuanya dan kami masih di dalamnya. Kami harus secepatnya menghindari tenda-tenda ini. Kami terus merangsek kedalam dan... ternyata buntu. Kami terjebak di diantara tenda-tenda, ternyata jalan yang kami tempuh bukan jalan umum, ini jalan pembatas antar tenda. Ya Allah..., api semakin dekat, selamatkan kami ya Allah....</p><p> </p><p>Kami semakin panik, api semakin dekat, keringat mengucur semakin deras, jantung berdegup semakin kencang, nafas terengah-engah ketakutan, sambil bibir ini terus berdzikir, berucap pasrah penuh permohonan. Kalaulah sampai waktuku hari ini, matikanlah kami dalam khusnul khotimah ya Allah.... Suara takbir begitu riuh dari segala penjuru penuh kepasrahan. Kami tetap akan berusaha menyelamatkan diri tapi kami juga pasrah atas kehendak-Mu.</p><p> </p><p>Suami terus mendobrak pembatas, yang lain ikutan membantu. Kami berlomba cepat-cepatan dengan api. Hayuk... duluan siapa sampainya. Tak mudah membuka pembatas sengnya, selain hanya menggunakan tangan kosong dan kaki, tentunya takut terluka terkena ujung seng atau paku yang terkuak tak sempurna. Buah dari hasil kerja keras dan pantang menyerahpun terlihat. Kini kami bisa melewatinya satu persatu, harus cepat melewatinya karena antriannya panjang. Semoga saja semua bisa selamat melewati pembatas yang sudah terbuka ini.</p><p> </p><p>Tak sampai disini, kami harus menaiki bukit yang lumayan tinggi dengan berbagai rintangan. Batu besar menghalani perjalanan kami, kami harus menaikinya dengan susah payah dan yang lebih beratnya lagi karena kami masih membawa dua tas perbekalan yang lumayan berat.</p><p> </p><p>“Ditinggal saja Pa tasnya!” kataku pasrah karena melihat suami yang kesulitan antara menyelamatkan diri dan menyelamatkan perbekalan sehingga jalannya kepayahan.</p><p> </p><p>“Enggak, Insya Allah masih kuat” katanya penuh keyakinan.</p><p> </p><p>Kami terus mendaki setinggi-tingginya, menghindari api sampai kami melihat tak ada sesuatu yang bisa memicu kebakaran disekeliling kami. Barulah setelah merasa aman kami berhenti. Tak tahu siapa saja yang ikut dengan kami, apakah akhirnya mereka menghentikan langkah apa malah meneruskan naik lebih tinggi lagi. Yang jelas setelah aku dan suami duduk, kami bertemu mbak Indri dan pak Mursito, teman satu biro perjalanan dan satu perusahaan. Dari atas bukit kami melihat sebegitu banyaknya tenda-tenda telah habis terbakar, termasuk tenda kami. Entah ada berapa orang yang terluka atau menjadi korban kebakaran dan entah nanti kami akan tidur dimana malam ini.</p><p> </p><p>Matahari sudah mulai condong ke barat, apinya sudah padam, kebakaran sudah bisa diatasi. Setelah benar-benar merasa aman, kamipun turun dari bukit. Tak terkira tingginya bukit yang kami panjat, kok bisa-bisanya kami mendaki secepat itu. Yang lebih mengherankan lagi saat kami berpapasan dengan teman kami yang sudah tua dan berbadan sangat gemuk. Untuk jalan saja beliaunya kepayahan, lha ini kok bisa naik bukit yang begitu terjal dan sulit didaki. Tak bisa membayangkan bagaimana caranya naik. Subhanallah, Alhamdulillah... Inilah pertolongan Allah yang diberikan pada kami semua.</p><p> </p><p>Kami telah sampai di bawah, tenda kami sudah tak ada. Dinas kebersihan bekerja keras membersihkan supaya bisa segera dipasang lagi tenda-tenda penggantinya. Tapi ini butuh waktu yang tak sebentar karena area yang terbakar sangat luas. Intinya malam ini kami tak punya tempat untuk tidur. Tak mungkin kami menempati tenda milik jamaah lain karena mereka akan memakainya nanti setelah dari Arafah dan kami juga tak diijinkan menempatinya. Terpaksalah malam ini kami tidur dijalanan. Tetap saja harus bersyukur, ternyata masih ada alas untuk kami tidur walau hanya tikar-tikar tipis. Inilah ujian ihram kami, apakah kami mampu melaluinya dengan sabar dan berjiwa besar karena dalam keadaan seperti ini tingkat emosi biasanya meninggi. Yah, jangan sampai kami bersitegang dengan sesama jamaah. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu jagalah ihram kami. Penuhilah hati kami untuk selalu berdzikir, sabar, pasrah kepada-Mu. Amin ya Rabbal ‘alamin.</p></div></div>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-25760627953420971612011-11-03T19:02:00.000+08:002011-11-10T19:31:07.179+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-23<h2 class="uiHeaderTitle">Begitu nikmatnya malam ini</h2><p>Malam dua tujuh Ramadhannya sudah lewat, doa panjang di malam tahajudnya tak sempat kunikmati karena mata ini terasa lebih berat dan tak juga cepat bisa dibuka yang akibatnya Ibu berangkat sendiri karena aku tak juga segera membuka selimut. Sebenarnya sudah diusahakan niat bangun dari sebelum tidur tapi kok ya nggak mempan juga, sudah diusahakan membuka mata saat Ibu mengajak mau ikutan nggak tahajut... kok susah sekali membukanya, kepala kok berat diangkat dan posisi yang paling nyaman itu kok ya tiduran sambil memejamkan mata, jadi paslah kalau mata ini akhirnya tak juga bisa dibuka. Lagi-lagi menyalahkan obat batuk pilek yang diberi Atik, dia yang jadi kambing hitamnya, dia yang jadi terdakwanya. Eh salah, bukan obatnya yang salah tapi yang memberi obat jadi ini semua gara-gara Atik, dialah yang jadi terdakwanya, obatnya bikin pada nggak bisa bangun. Dan Atik lagi-lagi juga mengelak dan menyalahkan yang ngasih resepnya, katanya dia kan cuma nurut apa kata pak dokternya. Benar... benar... sekarang ayo kita salahkan pak dokternya, dia yang kasih resepnya, gara-gara dia kita-kita nggak ikutan tahajut dan nggak sempat ikut do’a malam terakhirnya. Nanti kalau kita pulang mari kita salahkan pak dokternya. Pokoknya ini semua akibat dia ngasih resep yang bikin ngantuk, apa nggak ada resep obat yang nggak bikin ngantuk. Ah... Rasanya aksi mencari kambing hitam itu enak sekali ya, hehehehe... bukannya berterima kasih sudah dibantu diringankan sakitnya malah protes. Malas bangun saja pakai seribu alasan, berasa nggak bersalah dan nggak menyesal lagi nggak ikutan tahajud tapi benar kok ini semua gara-gara obatnya, hi hi hi hi.... masih berusaha ngeles.</p><p> </p><p>Beberapa kali Ibu bercerita suasana malam dua tujuh, beberapa kali itu pula ada rasa kosong dan ada rasa terlewatkan, yah... waktu tak bisa diulang. Tapi beberapa kali pula Ibu menghibur kami, masih ada kesempatan ikut do’a, nanti pas malam terakhir tarawih ada doa kataman tarawih, cuma kapan tarawih terakhirnya kami-kami belum tahu. Kalau menurut waktu di tanah air, lebaran versi Muhammadiyah tanggal 30 Agustus 2011 sedang pemerintah tanggal 1. Nah lhoh Mekah ikutan yang mana ya? Kalau hitung-hitungan sisa surat qur’an yang belum dibaca masih panjang, jangan-jangan katamannya atau tarawih terakhirnya tanggal 29 Agustus, wah berarti tak ada kesempatan lagi mengikuti doanya karena kami tanggal 29 sudah meninggalkan Mekah menuju Jedah. Yah, apa memang harus diulang lagi perjalan umrahnya tahun depan?</p><p> </p><p>Malam ini tanggal 28 Agustus 2011 kami sudah berada di Grand zam zam untuk sholat tarawaih, suasana disini sudah benar-benar ribut saking banyaknya yang datang. Ini sudah terjadi sejak dua harian yang lalu. Ini sepertinya penduduk setempat yang sudah mulai keluar rumah. Beberapa membawa anggota keluarga, yang remaja, anak-anak bahkan bayi-bayipun dibawanya serta. Diletakkan di stroller sementara ibunya shalat disampingnya. Yang bikin gaduh jika yang kanak-kanak ribut main atau menangis entah apa yang dimauinya. Belum lagi mesin pembersih lantai yang dijalankan saat jamaah sedang melaksanakan shalat, wah benar-benar mengganggu konsentrasi shalat. Bagaimana bisa mendengarkan bacaan surat imam masjid dengan jelas kalau mesin pembersih ada disamping dengan bunyinya yang super bising. Ditambah lagi polisi-polisi yang bicara keras-keras malah bisa dibilang teriak-teriak karena bicaranya dalam jarak berjauhan. Haiyah... ini gimana toh ya... ya..., mbok ya mbersihinnya nanti setelah shalat selesai atau pak polisinya kalau ngomong mbok dipelankan suaranya supaya yang lagi shalat bisa tenang mengerjakannya.</p><p> </p><p>Tarawih masjidil haram mengambil dua puluh rakaat sedang witirnya bisa dikerjakan sendiri atau nanti setelah tahajut berjamaah. Untuk tarawihnya tiap dua rakaat salam, kadang menghitungnya bisa pas kadang suka kacau padahal sudah menandai dengan menggeser atau menekuk jari-jari untuk menghitung ini sudah rakaat yang keberapa ya, hehehhe... Tapi ya namanya lupa, akhirnya nggak tahu dan ngikut saja sama imam. Saat imam sudah membaca juz ‘amma berarti ini sudah tarawih terakhir bersiap-siaplah mendengarkan doa dari imam dan mengaminkannya. Saat dirakaat kedua dibaca surat-surat pendek dilanjutkan dengan doa, Qur’an yang tadi kubaca untuk menyimak bacaan imam kini kudekap lalu kuaminkan doa yang dibaca imam. Menit demi menit berlalu, imam membaca doa dengan lantang dan jamaah dengan riuh serempak mengaminkannya. Isak tangis terdengar dari berbagai penjuru jamaah, semua larut dalam doa yang dibacanya. Beberapa kali imam terhenti membaca karena sesenggukan yang tak bisa dihindarinya. Berlinangan air mata kesedihan meninggalkan ramadhan dan entah apakah akan sampai waktu menjumpainya lagi. Berlinangan air mata karena merasa kurang apa yang kami usahakan dalam mengisi ramadhan. Berlinangan air mata memohonkan kebaikan untuk semua umat. Semua doa yang ada di qur’an keluar dalam doa malam ini. Begitu indah doa yang terpanjat malam ini dan kami mengaminkannya.</p><p> </p><p>Kaki ini begitu pegal, tumit ini sudah panas, lutut rasanya sudah tak bisa digerakkan lagi bahkan untuk menggeser sedikit saja. Tapi kucoba tetap bertahan dalam posisiku, yang teringat hanyalah bagaimana rasanya Rosulullah berdiri dalam shalat hingga kakinya bengkak. Ya Allah aku belum ada apa-apanya, ini baru beberapa menit saja sedang Rosulullah berdiri sepanjang malam. Ya Allah kuatkanlah kakiku menyangga badanku ini hingga ruku’ tiba nanti. Catatlah dalam kebaikan amal ibadahku malam ini. Mungkin ada satu jam kami berdiri dalam doa ditambah lagi bacaan surat waktu rakaat ke dua tadi. Ya Allah, baru sekali-sekalinya ini aku berdiri dalam shalat yang begitu lama hingga tumit terasa panas dan tebal, hingga lutut menjadi kaku tak bisa digerakkan, hingga raga ini seakan terasa melayang tak menyentuh lantai karena telapak kaki terasa tebal dan berat.</p><p> </p><p>Hingga kemudian “Allahu Akbar”, imam memimpin ruku’. Kami mengikuti gerakan ruku’. Apa yang terjadi? Haduuh! Urat-urat lutut bagian belakang ini rasanya mau putus, sakiit... sekali. Harus pelan-pelan mengerakkannya, begitupun gerakan i’didal dan sujud, sekujur tubuh rasanya sakit semua. Sampai kemudian dibacanya salam tanda usai sudah tarawih malam ini. Yah, selesai sudah tarawih sebulan ini, inilah puncak dari semua tarawih yang pernah kualami dengan bacaan surat-suratnya yang panjang dan doa yang juga begitu panjang, betapa nikmatnya melalui semua ini. Kini tinggal puasa sehari lagi yaitu besok kemudian lebaran. Ah... kapan lagi akan kurasakan kenikmatan malam kataman tarawih di masjidil haram seperti malam ini, tahun depankah? Semoga Engkau perkenankan kami menjalani ramadhan disii lagi tahun depan. Amin Allahumma Amin.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-4746549745613917952011-10-29T18:16:00.002+08:002011-10-29T18:20:01.448+08:00Pelajaran Dari Kandang Sapi<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ini obrolanku dengan jagoanku Mirza saat kami sekeluarga berlibur kerumah orang tua suami. Saat itu aku dan dia sedang berada diluar kandang sapi. Karena orang tua suami punya usaha jagal sapi jadi harus punya stok sapi dikandang.</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Mama, kenapa sih kandangnya bau sekali?”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“karena banyak kotoran sapinya”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Kok kotorannya nggak dibersihkan?”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Nanti juga dibersihkan, mungkin pak tukangnya masih menyelesaikan pekerjaan lainnya”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Tapi ini kan sudah banyak kotorannya, itu malah ada yang ditidurin sama sapinya. Ih jorok ya Ma?”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Iya jorok, tapi pak tukangnya kan nggak tahu kapan sapinya mau buang kotoran, pekerjaannya kan nggak hanya bersihkan kotoran. Jadi dia punya jadwal kapan harus bersihkan kandangnya” </span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Sapinya kok mau-maunya tiduran di kotorannya ya Ma?”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Namanya juga hewan, punya otak tapi nggak diberi akal sama Allah jadi nggak tahu itu bersih atau kotor. Makanya jadi manusia itu harus bisa jaga kebersihan karena manusia itu selain diberi otak juga diberi akal oleh Allah supaya bisa berpikir dan bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Nah, kalau seandainya manusia nggak menggunakan akalnya, terus gimana dong kalau seperti sapi itu”</span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Ih, jorok ih... nggak mau ah. Masak mau tiduran sama kotoran”</span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: arial;">Aku tersenyum mendengar jawabannya, ternyata dari obrolan kami yang semula dia cuma menanyakan masalah “Kandang sapinya yang bau” bisa kuselipkan satu pelajaran tentang Allah yang meberikan akal, gunanya akal untuk berpikir supaya bisa membedakan baik dan buruk serta harus hidup bersih.<br /><br /></span><p style="font-family: arial;">Info lomba</p> <p style="font-family: arial;"> </p> <p style="font-family: arial;">Bunda pasti sering mendapatkan pertanyaan dari buah hati baik itu tentang, ibadah, keluarga, sex, tentang alam, tentang tuhan dan tentang apa saja.tulis pertanyaan buah hati yang disertai jawaban dari bunda tentunya.</p> <p style="font-family: arial;"> </p> <p style="font-family: arial;">1.posting cerita di blog <a href="http://seuntaikatahati.blogspot.com/2011/09/lomba-1001-perta" rel="nofollow" target="_blank"></a>http://seuntaikatahati.blogspot.com/2011/09/lomba-1001-pertanyaan-anak.html minimal 150 kata boleh lebih.(sekitar 1 halaman )</p> <p style="font-family: arial;">2. bila gak punya blog, tulis cerita di notes beserta info lomba di fb masing-masing dengan mentag teman-teman sebanyak2nya beserta fb kontributor naskah parenting .</p> <p style="font-family: arial;">3. boleh kirim lebih dari satu cerita. akan dipilih 200 kisah utk dibukukan. jadi kemungkinan gak lolos kecil...</p> <p style="font-family: arial;"> </p> <p style="font-family: arial;">akan diseleksi 6 orang pemenang 3 pemenang utama akan mendapatkan reward uang tunai masing2 @100 ribu3 orang pemenang hiburan masing2 akan mendapatkan paket cantik ditunggu sampe akhir nop 2011 yah.</p> <p style="font-family: arial;"> </p> <p style="font-family: arial;">pengumuman awal tahun baru 2012 Insya allah semua pertanyaan anak akan ditawarkan ke penerbit mayor. namun tidak ada pembagian royalti bagi cerita yg terpilih</p><span class="default_message"></span>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-72687832423689167142011-10-25T23:23:00.001+08:002011-10-28T21:05:34.737+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-22<h2 class="uiHeaderTitle">Malam Dua Tujuhnya Lewat</h2><br /><p>Setelah beberapa hari mencoba bertahan tak mengkonsumsi obat batuk, pilek dan antibiotik yang ditawarkan Atik, ternyata akhirnya aku harus menyerah juga karena sudah nggak kuat lagi dengan kondisi ingus yang meler tiada henti seperti keran bocor dan kepala yang nyut-nyutan terus-menerus apalagi kalau dipakai rukuk dan sujud, rasanya dari dahi, mata sampai tulang pipi mau copot saja. Kalau orang jawa bilangnya “Cumleng”. Bukan kok menyepelekan sakit atau tak percaya sama obat yang dia berikan, ini karena ada sebab lain. Takut maagku belum kuat kena obat, beberap hari sebelum berangkat umroh sempat sampai limbung gara-gara kebanyakan obat. Yang dirasa adalah mual dan muntah berkepanjangan sampai berhari-hari. Tapi sekarang terpaksa harus mengesampingkan rasa takut itu karena memang aku benar-benar sudah nggak tahan lagi dengan flu yang menyerangku. Tadinya mencoba tetap bertahan dengan hanya mengkonsumsi vitaminnya saja sambil makan dan minum yang banyak dengan harapan bisa mengurangi flu dan berangsur-angsur sembuh sendiri tanpa obat, ternyata yang kulakukan tak membuahkan hasil malah semakin parah. Ya bagaimana lagi dalam kondisi puasa tentunya makan dan minumnya terbatas saat sahur dan buka puasa saja serta waktu untuk istirahatnya juga tak cukup karena harus bolak-balik ke masjid untuk sholat lima waktu dan berjuang mendapatkan tempat yang menguras tenaga. Walau dalam keadaan tak enak badan, rasanya kok ya sayang melewati hari-hari untuk istirahat saja dikamar apalagi mengingat begitu istimewanya Ramadhan di sepuluh hari terakhir, juga niatan dari awal untuk mengkatamkan qur’an yang tak habis-habis halamannya. Ini juga yang membuatku betah berlama-lama di dalam masjid seusai sholat subuh dan baru balik ke hotel setelah dhuha.</p><p> </p><p>Malam lailatul qadar adanya di sepuluh hari terakhir Ramadhan, aku tahu itu dari beberapa ceramah agama yang pernah kudengar. Adanya di salah satu malam di malam ganjil dan nilainya sama dengan seribu bulan, itu juga yang kudengar. Siapa yang tak menginginkan mendapatkannya? Tentunya semua berharap mendapatkannya ya, tapi untuk mendapatkan lailatul qadar tentunya harus didahului dengan persiapan sejak awal Ramadhan dan selalu ada peningkatan ibadahnya, iya kan? Kalau dari awal sudah malas-malasan, ngaji juga ogah, tarawihnya kadang-kadang saja, sholat malamnya apalagi, bagaimana bisa berharap akan mendapatkan lailatul qadar ya? Ah, semua berhak berharap, makanya setiap datangnya 10 malam terakhir Ramadhan, masjid-masjid banyak yang mengadakan kegiatan i’tikaf bersama-sama di sepertiga terakhir malam. Qiyamul lail, tadarus, dzikir, dan ceramah biasanya menghiasi akhir malamnya.</p><p> </p><p>Masih ingat yang dikatakan Pak Helmy waktu menjemput kami untuk ziarah Mekah, katanya nanti kalau malam dua tujuh, diperkirakan jamaah akan sampai jembatan Mizfalah padahal jaraknya sekitar satu kilo dari masjidil haram. Lalu saat usai tarawih Ibu bilang kalau nanti malam akan ada kataman tahajut. Kenapa aku jadi tulalit ya... yang dikatakan Pak Helmy itu malam dua tujuh sedang ibu bilang nanti malam kataman sedang sekarang ini masih hari Jum’at, tanggalnya 26 Agustus 2011. Yang benar gimana sih menghitungnya? Pas tanggal 26nya apa tanggal 27nya? Ini sepertinya akibat obat yang kuminum ini, kok jadi error gini. Heheheheh...</p><p> </p><p>Jam dua dini hari ibu sudah siap-siap akan berangkat ke masjid untuk sholat lail, aku tahu itu karena aku juga terbangun cuma mataku ini susah melek. Terdengar juga Ibu menanyakan apa mau ikut sholat lail? Mulutku bilang “Nggih” tapi aku malah memperbaiki selimut dan mata tetap saja terpejam. Mungkin karena aku nggak bangun-bangun malah menutupkan selimut sampai ke kepala, Ibu berangkat sendiri dan datang-datang sudah waktunya mau berangkat ke ruang makan untuk sahur. Aku bangun tapi masih tetap mengantuk sekali, ini memang akibat obat batuk, pilek dan antibiotik yang kuminum sebelum tidur. Begini ini akibatnya... mata susah sekali dimelekkan. Terus Ibu bercerita diantara kantukku dan siap-siapku. “Wah, rugi kamu nggak ikut tahajut tadi. Semua yang datang ini mengharapkan doa dari imam masjid, doanya panjang sekali, imamnya sampai nangis, jamaahnya juga nangis. Wes pokoknya senang banget kalau tadi ikut” Ada rasa sesal juga, kenapa bela-belain ngantuk sedang yang lainnya rela berjalan jauh dari penginapan, rela berdiri dalam udara yang dingin, benar-benar kalah tekat dan semangat sama Ibu. Tapi kemudian Ibu bilang “Nanti tarawih terakhir masih ada kesempatan ikut kataman di masjid” Ya Allah, semoga masih bisa menjumpai kataman tarawihnya. Namanya juga perempuan yah, takut ada halangan sehingga tak bisa ikut tarawih terakhirnya.</p><p> </p><p>Kami sudah berada di ruang makan hotel untuk makan sahur bersama keluarga dan jamaah travel. Ada keceriaan menghiasi wajah Ibu dan beberapa orang yang sedang makan sahur bersama. Ah, wajah-wajah ceria ini pasti tadi baru saja selesai mengikuti sholat lail berjamaah dan mendapat kesempatan ikut doa kataman seperti Ibu dan suamiku, pikirku. Ah... aku ngiri sama mereka semua, tapi mau apalagi... waktu tak bisa diulang. Dan sekarang baru sadar kalau di sepertiga terakhir malam tadi, dimana dibacakan doa yang panjang oleh imam masjidil haram, hingga iman dan jamaah yang mengikutinya sesenggukan itu... ternyata sudah masuk tanggal 27. Aih....! Berharap saja kedepannya akan mendapat kesempatan lagi menjumpai Ramadhan dan berkesempatan berada di tanah haram lagi. Ya Allah, penuhilah harapanku berkunjung kembali di rumah-Mu yang agung ini di Ramadhan berikutnya. Amin Allahumma Amin.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-81031703605312162782011-10-23T11:20:00.000+08:002011-10-23T16:06:10.921+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-21<h2 class="uiHeaderTitle">“Masjidil Haram... Full”</h2><br /><p>“Umrah di bulan Ramadhan memang beda rasanya dengan umrah dibulan lainnya”, ini kesan dari beberapa jamaah yang pernah melakukan umrah di luar Ramadhan saat aku berbincang dengan mereka. Ya jelas saja beda, karena siang harinya puasa jadi kegiatan jalan-jalannya akan lebih sedikit, lebih baik waktunya dipakai istirahat dan ibadah. Katanya lagi, kalau ada rizki pengen datang lagi ke kesini saat Ramadhan. Iya, aku juga pengen berangkat lagi kalau ada rizki dan ada kesempatan. Tiap kali berdoa, yang terluncur juga salah satunya semoga diberi kesempatan secepatnya bisa datang kesini bersama keluargaku. Kalau bisa sesering mungkin, tak hanya dibulan Ramadhan. Sampai terbayang-bayang betapa nikmatnya menjalani kebersamaan beribadah bersama, berangkat dari penginapan menuju masjid bersama, tawaf bersama, sa’i bersama, i’tikaf bersama, tadarus bersama, ziarah bersama dan tentunya masih banyak lagi yang bisa kami lakukan bersama-sama. Ya Allah, meski saat ini kami masih berada di dalam masjid-Mu, tapi kerinduan untuk bisa beribadah bersama keluargaku disini sungguh sangat jelas terpatri di benakku. Semoga Engkau berkenan memperjalankan kami secepatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.</p><p> </p><p>Semua kegiatan begitu nikmat kami kerjakan walau sebenarnya yang kami kerjakan dari hari ke harinya itu-itu saja, hampir sama. Bangun pagi-pagi sekali untuk sahur bersama keluarga dan jamaah travel di ruang makan hotel dilanjutkan berangkat ke masjid untuk sholat subuh sampai waktu dhuha. Biasanya menunggu waktu dhuha ini kugunakan untuk mengkatamkan qur’an yang sebenarnya halamannya masih banyak sekali yang belum kubaca, pesimis juga sih apakah bisa menyelesaikannya sampai akhir Ramadhan nanti tapi tetap saja kuusahakan membaca ayat demi ayatnya, makanya aku suka berlama-lama di dalam masjid usai subuh. Bila rasa kantuk menyerang akan kubasuh mukaku dengan air zam zam yang selalu siap dibotol dan kusimpan didalam tas, kalau memang benar-benar tak tertahankan kantuknya atau kecapekan sekali aku akan istirahat dan tiduran sebentar diatas sajadahku, mengantri mengambil zam-zam dari keran-keran yang ada di dalam masjid untuk bekal buka puasa. Setelah sholat dhuha kira-kira jam sembilan kami kembali ke hotel dan istirahat. Mandi pagi biasanya nanti saja waktu mau ke masjid untuk sholat dhuhur. Jadi berangkatnya masih segar apalagi kalau diguyur dari kepala, akan mengurangi panasnya matahari saat berangkat. Untuk menghemat tenaga sengaja habis dhuhur kami tak balik hotel tapi nanti saja setelah ashar dan berangkat lagi menjelang buka puasa dan sholat magrib, biasanya ini ke Grand zam zam. Usai maghrib kembali ke hotel untuk menyempurnakan buka puasa dengan nasi, rasanya kalau hanya makan kurma, roti, air zam zam dan kopi arab kok ya nggak afdol. Setelah kenyang kami akan kembali lagi untuk sholat isya berjamaah serta sholat tarawih, ini juga biasanya ke Grand zam zam juga. Begitulah yang kami kerjakan setiap harinya, tapi kok ya nikmat-nikmat saja menjalaninya.</p><p> </p><p>Nah kali ini kami mau berangkat ke masjid, niatnya sih mau sholat jum’at berjamaah di masjid. Ini hari ke enam kami di Mekah, Jum’at 26 Agustus 2011. Kami hanya akan menjumpai sholat Jum’at di Mekah sekali saja karena untuk minggu depan kami sudah balik ke tanah air, makanya kami niat banget berangkat ke masjid. Suami, Bapak dan Uul sudah berangkat lebih dulu mungkin sebelum jam sepuluh. Kupikir karena waktunya masih panjang dan penginapan kami kan dekat saja dengan masjidil haram, kami memutuskan untuk berangkat ya setengah jam lagi, paling lama ya sejam lagi dari mereka berangkat. Lagian aku dan bungsuku juga baru saja masuk kamar, baru saja balik dari masjid. Namanya juga perempuan, mau berangkat ke masjid saja ribet, tapi ini memang penting mengingat diluar panas sekali. Pakai sunblock itu pasti, masker juga, kacamata hitam ndak boleh ketinggalan, sebotol air untuk mengusap muka kalau kepanasan dan untuk jaga-jaga kalau batal wudhu, handuk kecil supaya kalau wudhu tidak mengotori masjid, qur’an, sajadah, juga dompet dengan isinya tentunya. Setelah kami berempat siap kami langsung turun ke lobby hotel dan menyerahkan kunci kamar ke penjaga resepsionis hotel.</p><p> </p><p>Lobby hotel ini tidak luas, di depan pintu masuknya terdapat sofa panjang yang berhadapan yang ditengah-tengahnya ada sela untuk lalu lalang orang keluar masuk hotel, lebarnya kurang lebih 1,5 meter langsung menuju meja resepsionis. Disamping resepsionis ada dua lift dan di depan lift ada ruang seluas kurang lebih tiga meter persegi. Beberapa ibu dan bapak kami lihat masih duduk di sofa mungkin sedang menunggu teman atau familinya untuk berangkat ke masjid bareng-bareng. Kami lalui saja mereka. Beberapa orang duduk di tandakan pas di depan pintu keluar hotel sehingga untuk melewatinya rada-rada susah. Setelah kami berhasil keluar dan berada di jalan gang depan hotel, ternyata sepanjang lorong gang ini telah banyak orang duduk mepet ke dinding padahal kalau diamati sih tempatnya tak layak untuk duduk-duduk. Kenapa juga mereka nggak berangkat-berangkat ke masjid, kan laki-laki itu wajib sholat Jum’at tapi kok malah nggak cepat-cepat mencari tempat di masjid. Kami lalui saja mereka dan terus menuju jalan raya. Wah lalu lintasnya padat banget, semua berjalan menuju masjidil haram. Begitu keluar gang kami langsung berbaur dengan mereka. Jangan dikira gampang melewati jamaah didepan kami, lha untuk melangkah normal saja susahnya bukan main. Kalau orang jawa bilangnya mlaku thimik-thimik, saking melangkahnya kecil-kecil. Kapan sampainya kalau jalannya pelan banget. Ada beberapa meter kami berjalan, makin lama semakin susah malah macet. Sepertinya untuk sampai ke masjid tak bisa lagi karena memang sepertinya kami tak banyak bergerak. Apalagi kemudian kami lihat orang-orang yang badannya besar-besar pada balik arah sambil ngomong entah apa, sepertinya mereka tak bisa maju lagi makanya balik. Kami pikir lha yang orang yang gede-gede saja nggak sanggup nerusin ke masjid apalagi kami yang imut-imut semua. Bisa nggak sampai-sampai dan ketabrak-tabrak mereka yang pada balik arah. Maka kami putuskan kembali ke hotel saja toh sholat di hotel juga masih nyambung shafnya dengan asjidil haram. Kalau melihat ke jam, sebenarnya masih lama masuk waktu sholat Jum’atnya.</p><p> </p><p>Kami masuk lagi ke hotel, ternyata sudah bertambah lagi yang duduk di lobby. Wah buru-buru ngambil tempat duduk sebelum kehabisan tempat. Tak berapa lama beberapa bapak-bapak entah dari negara mana mereka keluar dari lift, dengan pedenya langsung keluar hotel. Aku yakin mereka akan ke masjid, semoga saja mereka bisa berjuang mendapatkan tempat. Amin. Tambah lama tambah banyak juga yang ada di lobby. Daripada nggak kebagian tempat, kami lalu menyusun sajadah membentuk shaf di lobby. Baru saja kami menggelar sajadah, bapak-bapak yang dari negara mana tadi yang barusan keluar hotel dengan pedenya kembali masuk. Tanpa ba bi bu, tanpa permisi, tanpa ngomong apa-apa langsung saja menerobos shaf yang sudah terbentuk dan menginjak sajadah yang baru saja kami gelar. Weit! Nggak sopan. Kemudian entah ngomong apa mereka, intinya kami yang perempuan disuruh mundur, mereka lebih berhak menggunakan shafnya karena bagi laki-laki sholat jum’at itu wajib. “Hajjah! Hajjah!” sambil tangannya menyuruh kami berdiri dan meninggalkan tempat. Terpaksa kami mundur mengambil tempat di belakang padahal lobby ini ukurannya juga tak luas. Kami nyempil-nyempillah menggelar sajadah.</p><p> </p><p>Banyak jamaah yang bukan penghuni hotel ini berusaha masuk mau ikutan sholat disini, tapi karena ruangan sempit dan tak muat lagi petugas hotel segera menyuruh mereka keluar. Ada televisi yang terpajang di dinding lobby, menyiarkan live dari masjidil haram. Kami bisa mengetahui seperti apa kondisi masjidil haram saat ini. Memang benar-benar penuh, baik di dalam sampai di halaman luar. Full! Pantas saja kalau banyak yang tak kebagian tempat dan sholat di aspal padahal matahari pas terik-teriknya. Adzan berkumandang dilanjutkan kotbah sholat jum’at. Kami mendengarkan dari televisi, walau tak mengerti artinya tapi kami tetap mendengarkan, begitu iqomah kami segera berdiri dan mengikuti sholat dengan imam masjidil haram. Yah, sholat jum’at kami di lobby hotel Baity Bakkah. Masjidil haramnya full ! sampai sepanjang jalan beraspal di dekat hotelpun full.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-41505918750046415742011-10-19T19:04:00.003+08:002011-10-30T06:59:50.104+08:00Kalau Remaja Bertanya<!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Lain cara bertanyanya lain pula cara menjawabnya. Itu bedanya balita, kanak-kanak dan remaja. Balita atau kanak-kanak biasanya bertanya to the pint dari apa yang dilihat atau didengarnya. Biasanya “Apa atau kenapa” jadi pembuka pertanyaannya. Kalau tak bisa menjawab saat itu juga, kita akan cari cara menunda menjawab sambil mencari jawaban yang sesuai. Kali ini aku dibuat pusing oleh massage yang ditinggalkan putriku yang sekolah di SMU boarding school di Jawa. Begini isinya,</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >“<i style="mso-bidi-font-style:normal">Ah, Abin lebay Mah, kadang Sofi kesel gara-gara Sofi terlalu over protect. Posesif banget... Tadi kan Sofi minta tambahan bimbel, baru selesai jam 06.20 terus ambil duit di ATM, ngantri kan lama banget. Baru selesai dari ATM jam setengah tujuh lebih. Kalo pulang ke asrama kan pasti gak sempet ikut makan malam, jadinya aku makan di luar baru selesai jam setengah delapan karena rame banget. Sampai asrama kan jam delapan. Aku rame-rame sama temen-temen. Abin marah-marah katanya aku bohong soalnya tadi pagi aku bilang ke dia kalo habis bimbel langsung pulang. Tapi aku kan ada kepentingan ambil duit, terus dia bilang kalo aku udah gak mau dinasehatin lagi. Gak tau ih lebay Abin mah... Gimana dong?Emang fatal banget ya mah?Kesel ih dimarah-marahin gini.... huuuuuuuuh</i>”</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Wah dia lagi jutek berat sama pacarnya, harus hati-hati menjawabnya. Bagaimana membuatnya tenang dan mengerti posisinya. Lalu kubalas massagenya, </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >“Sofi sayang... kalau mama baca tulisan Sofi ini, memang sikap Abin ke Sofi berlebihan, terlalu mengatur, tidak mau mengerti kesulitan, kebutuhan dan hak Sofi. Abin tidak boleh bersikap seperti itu, membatasi gerak dan kebebasan Sofi. Abin tidak punya hak melarang yang menjadi kepentingan Sofi. Sofi kan masih panjang perjalanannya, masih perlu berkembang, masih harus terus maju.</span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Sekarang Sofi berusaha saja supaya Abin bisa mengerti kondisi ini, kalau memang Abin nggak bisa mau mengerti.. ya sudah, itu haknya Abin, tapi itu kurang / tidak bagus. Tapi, usaha Sofi untuk "memengertikan Abin" jangan sampai menjadi beban Sofi.</span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Apa yang terbaik menurut Sofi untuk maju, untuk berkembang, untuk memenuhi kebutuhan Sofi.. lakukan saja. Tidak boleh dibatasi oleh Abin maupun teman-teman Sofi. Tentunya temen-teman Sofi laki maupun perempuan juga memiliki kebebasan seperti Sofi untuk menimba ilmu atau beraktifitas yang positif kemana saja.</span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Mudah-mudahan semua bisa kembali baik lagi, tidak ada yang merasa benar, tidak ada yang merasa disalahkan. Semua hak dan kebutuhan Sofi bisa terpenuhi dan Sofi bisa maju. Jadi apa yang dibilang Abin "Sofi bohong" itu tidak benar.</span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Pesen mama, peristiwa-peristiwa semacam ini jangan sampai menjadi beban Sofi yang bisa mengganggu belajar Sofi. Sofi harus tetep semangat, tetep ceria, rajin belajar, optimis. Mudah2an Allah SWT selalu melindungi dan membimbing Sofi untuk menjadi lebih baik dan sukses. Amin YRA</span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Selamat menjalani mid semester ya... mudah2an diberi kemudahan dan kelancaran mempersiapkan dan mengerjakan, mendapatkan nilai yang memuaskan. Dijauhkan dari kesulitan dan gangguan.</span></i></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="Times New Roman","serif"font-family:";" >Peluk & cium sayang mama”</span></i></p> <p class="MsoNormal"><span style="Times New Roman","serif";font-family:";" >Alhamdulillah, jawaban yang kuberikan bisa menenangkannya dan dia kembali ceria. Jadi ingat kata-kata bijak dari psikolog saat mendengarkan ceramahnya berkaitan dengan tingkat emosi remaja yang belum stabil. <b style=""><i style="">“Masa remaja masa yang paling indah, paling menyedihkan, paling ingin dikenang, dan paling ingin dilupakan”.</i></b></span></p><p class="MsoNormal"><strong></strong><strong><a href="http://www.facebook.com/groups/203116003056431/doc/274237549277609/">LOMBA AUDISI 1001 PERTANYAAN ANAK - DL AKHIR NOVEMBER 2011</a></strong></p><p class="MsoNormal"><span class="text_exposed_show">Info lomba<br /><br />Bunda pasti sering mendapatkan pertanyaan dari buah hati baik itu tentang, ibadah, keluarga, sex, tentang alam, tentang tuhan dan tentang apa saja.tulis pertanyaan buah hati yang disertai jawaban dari bunda tentunya.<br /><br /><span> 1.posting cerita di blog http://seuntaikatahati.blogspo</span><wbr><span class="word_break"></span>t.com/2011/09/lomba-1001-perta<br />nyaan-anak.html minimal 150 kata boleh lebih.(sekitar 1 halaman )<br />2. bila gak punya blog, tulis cerita di notes beserta info lomba di fb masing-masing dengan mentag teman-teman sebanyak2nya beserta fb kontributor naskah parenting .<br />3. boleh kirim lebih dari satu cerita. akan dipilih 200 kisah utk dibukukan. jadi kemungkinan gak lolos kecil...<br /><br />akan diseleksi 6 orang pemenang 3 pemenang utama akan mendapatkan reward uang tunai masing2 @100 ribu3 orang pemenang hiburan masing2 akan mendapatkan paket cantik ditunggu sampe akhir nop 2011 yah.<br /><br />pengumuman awal tahun baru 2012 Insya allah semua pertanyaan anak akan ditawarkan ke penerbit mayor. namun tidak ada pembagian royalti bagi cerita yg terpilih</span><br /><strong></strong></p> <!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]-->eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-73532633140857858832011-10-18T22:35:00.000+08:002011-10-18T23:24:51.399+08:00catatan perjalanan umrah Ramadhan kami-20<h2 class="uiHeaderTitle">Ziarah dan jalan kaki, wah... mantab</h2><br /><p>Setelah ditunggu-tunggu akhirnya ada kabar juga kapan biro akan mengajak kami ziarah ke tempat-tempat bersejaran di Mekah. Walau sebenarnya pernah mengunjunginya tak ada salahnya kalau ikut lagi, apalagi sekarang ada bungsuku yang baru sekalinya kesini. Pasti akan ada cerita dan kenangan buat dia setelah pulang nanti. Semoga saja cerita dan kenangannya akan menjadikannya lebih semangat dan lebih rajin beribadah. Amin.</p><p> </p><p>Hari ini Kamis 25 Agustus 2011, rencananya kami berangkat dari hotel jam 08.00. Paslah waktunya, tidak kepagian dan tidak kesiangan. Tepat jam 08.00 kami sudah berada di lobby. Kali ini kami cuma berempat yaitu aku, suamiku, bungsuku, dan Atik yang ikut ziarah. Ibu tak bisa ikut karena kondisi batuknya agak berat dan sepertinya juga sudah mulai terserang flu. Sebaiknya memang istirahat saja karena perjalanan ibadah kami masih ada lima hari. Sayang kalau sampai ambruk terus nggak bisa ngelaksanain jamaah di masjid. Bapak juga tidak ikut karena memang harus istirahat, kondisi kesehatannya memang mengharuskan tidak boleh kecapekan. Tapi kenapa juga Uul nggak ikutan ya? Ee... ternyata dia juga mulai terserang flu. Aku sebenarnya juga sudah kena dan udah meler-meler, kepala juga sebenarnya nyut-nyutan tapi sayang kalau nggak ikut. Sepertinya fluku ini gara-gara kalap buka puasa beberapa hari lalu, semua masuk mulut, hi hi hi... dasar drembo. Gak tahan sih ngelihat soft drink dingin, ice cream, orane juice dingin dan air putih dingin. Gimana lagi, udara memang benar-benar panas waktu itu. Sebenarnya sudah ada persiapan obatnya cuma untuk meminumnya harus kutunda dulu, takut lambungku terserang lagi. Ketakutan ini ada sebabnya karena beberapa hari sebelum berangkat umroh lambungku bermasalah cukup berat akibat kebanyakan minum obat. Cerita terserangnya lambung nanti aja ya...</p><p> </p><p>Tak berapa lama pak Helmy dari biro datang berpakaian ihrom. Weh, pak Helmy mau umroh sunah hari ini. Setelah memberi salam pak Helmy duduk disalah satu sofa yang beradapan dengan kami. “Nggak ada yang mau umroh sunah?” katanya begitu melihat suami berpakaian biasa. “Nggak ada Pak” terus katanya lagi “ Saya juga cuma siap-siap saja kalau memang ada yang mau umroh nanti saya antarkan, kalau tidak ada ya tidak apa-apa”. Sebenarnya sayang juga kalau waktu yang ada ini tak kami gunakan untuk umroh sunah, mumpung sudah sampai di tanah haram. Kalau sudah sampai tanah air lagi kan harus biaya lagi. Paling juga Cuma beberapa jam saja menyelesaikannya, tapi gimana lagi kondisi kami saat ini memang kurang siap untuk melaksanakan umroh sunah, eh... kurang siap atau kami saja yang kurang semangat ya..., he he he... dengan kata lain malas. Ah, enggak juga kalau dibilang malas. Buktinya setiap datang waktu sholat wajib, kami tetap semangat berangkat untuk berjamaah. Tapi kalau umroh memang butuh tanaga yang besar untuk towafnya dan untuk sa’inya. Kurang vit sih kesehatan kami, jadi kami harus benar-benar jaga kesehatan untuk melampaui hari-hari yang tersisa di tanah haram ini, masih ada lima hari lagi lhoh.</p><p> </p><p>Bus yang kami tunggu tak juga datang padahal sudah lewat dari waktu yang dijanjikan. Pak Helmy lalu menghubungi seseorang lewat hand phonenya, entah siapa yang dihubungi. Yang jelas setelah hand phonenya ditutup dia jelaskan kalau busnya belum bisa masuk, kami diminta menunggu saja di hotel dan akan dihubungi lagi. Sambil menunggu bus jemputan kami ngobrol macam-macam. Tentang jamaah Zidni Silma yang harus pindah apartemen karena saat ada pemeriksaan ternyata tak memiliki alat pemadam kebakarannya, maka secepatnya jamaah harus dipindahkan. Padahal untuk mencari tempat di sepuluh hari terakhir Ramadhan susahnya bukan main apalagi ini butuhnya banyak. Otomatis biro kerja keras mendapatkannya. Meski akhirnya dapat tempat tapi kasihan, tempatnya lebih jauh dan agak naik bukit padahal jamaahnya banyak yang sudah tua. Katanya lagi, Jamaah kalau ditanyain dimana menginapnya. Jamaah akan menjawab “Disana” sambil jarinya menunjuk ke atas membentuk sudut 60o. Sehingga untuk bolak-balik ke masjid benar-benar perjuangan. Kami bincang-bincang juga mengenai menu buka puasa dan sahur, ternyata kami bisa order masakan selama ada bahannya dan sesuai biayanya. “Sebutin aja beberapa menu yang dimaui mbak, nanti catering akan mengusahakan kalau bahan-bahannya ada. Mereka suka kok kalau ada masukan dari jamaah” kata pak Helmy. Terus kata Atik nih, dia pengen dimasakin sayur asem, lodeh sama ikan asin, kalau bisa ikan asinnya tiap hari. Haiyah Tik... Mau jadi pus?. “Nggak apa-apa mbak, nanti bilang saja ke masnya yang di ruang makan, nanti saya juga akan sampaikan mudah-mudahan saja mereka bisa menyediakan” Jawab pak Helmy. Kami juga bincang-bincang tentang kemungkinan jamaah yang akan datang ke masjid besok Jum’at. Kebetulan Jum’at besok itu malam 27 Ramadhan, diperkirakan jamaah akan sampai di jembatan Mizfalah. Wao! Kurang lebih sekiloan itu jaraknya dari masjidil haram. Banyak banget!</p><p> </p><p>Sudah jam sembilan kurang seperempat, belum juga ada kabar kapan kami berangkat, semakin siang berangkat semakin panas dan sempit waktu ziarahnya. Bisa-bisa hanya beberapa tempat saja yang bisa kami kunjungi, nggak asik donk. Pak Helmy lalu telpon lagi. “Busnya sekarang ada dimana, kalau memang nggak bisa masuk biar kami saja yang kesana” lalu telpon ditutup. “Mari Pak, mbak... kita jalan kesana saja, sepertinya busnya nggak akan bisa masuk”</p><p> </p><p>Begitu kami sudah sampai dan masuk ke dalam bus, ternyata sudah banyak penumpangnya. Mereka dari biro yang sama dengan kami juga sih cuma beda tempat menginapnya saja. Kami kembali bertemu pak Khotip yang dulu mengantar kami ziarah di Madinah dan sekarang dia juga yang akan mengantar kami ziarah Mekah. “Kita kemana aja Pak?” “Banyak yang bisa kita kunjungi, ada Jabal tsur yang ada gua tsurnya, Jabal Nur yang ada gua Hironya, Jabal Rahmah, masjid Taneem, dan masih banyak lagi. Kalau waktunya nggak cukup ya nanti kita lewat saja”. Setelah semua oke, buspun melaju, tujuan pertama ke Jabal Tsur.</p><p> </p><p>Kami sudah berada di kaki gunung Jabal Tsur, minibus lalu menepi. Kami dipersilahkan turun dan melihat-lihat. “Sepuluh menit saja ya kita disini, masih banyak tujuan kita” kata pak Khotib. Memandang dari bawah bersama orang-orang yang juga sedang menikmati Jabal Tsur yang tingginya mencapai 1.400 meter ini benar-benar membuat takjub. Bagaimana tidak, ini berkaitan dengan sejarah perjuangan Rosulullah. Dipuncak itu terdapat gua yang tidak besar ukurannya, untuk mendakinya dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Selain berat pendakiannya, untuk masuk kedalam gua tersebut harus dengan posisi tiarap dan setelah masuk hanya dapat duduk saja. Di gua itulah Rosulullah dan Abu Bakar pernah berlindung dan bersembunyi dari kejaran kaum Quraiys. Tapi upaya kaum Quraiys untuk menemukan Rasulullah gagal walau mereka sudah berada di depan gua karena pintu gua telah tertutup jaring laba-laba dan sarang merpati. Tak ingin melewatkan kesempatan mengenang tempat bersejarah ini, kuambil camera dan berfoto sebelum melanjutkan ziarah ketempat lainnya. Ah, ini juga fotonya dari bawah bukan naik ke guanya.</p><p> </p><p>Setelah puas berfoto kami kembali ke minibus, perjalanan dilanjutkan. Kami melewati satu daerah yang sangat luas bernama Muzdalifah. Tempat mabitnya jamaah haji setelah wukuf di Arafah dan mengambil kerikil untuk melempar jumroh di Mina. Ada juga kami melihat proyek monorel yang dibangun dengan tujuan untuk mengangkut jamaah dari Mekah ke Arafah. Kebetulan lagi kok ya pas kereta apinya lewat. Sayangnya sopir bus tak mengurangi kecepatan jadi foto-foto yang kami ambil ya sekenanya saja dan hasilnya kurang bagus, begitu juga saat melewati masjid Namira, mina dengan tenda-tenda tahan apinya dan Jabal Nur yang ada gua Hira. Gua dimana Rosulullah mendapat wahyu pertama kalinya melalui malaikat Jibril. Bus terus melaju sampai akhirnya berhenti di satu tempat di Arafah, di jabal Rahmah. Dibukit inilah Adam dan Hawa bertemu setelah beberapa tahun berpisah. Ada sebuah monumen dibangun dipuncaknya. Sayang kami tak sempat naik keatasnya dikarenakan waktu yang sempit dan kami puasa. Kami hanya mengambil foto dari bawah saja tapi lumayanlah masih kelihatan tugu monumennya dan sempat juga foto onta berhiasnya.</p><p> </p><p>Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30, kami harus segera kembali ke kendaraan karena diantara kami ada yang akan melaksanakan umrah sunah. Kami harus ke Taneem dulu mengantarkan jamaah untuk mengambil miqat. Taneem, tempat miqat terdekat dari Mekah. Setelah dari Taneem kami kembali ke Mekah. Cuma sayangnya saat sampai di Mekah didepan ada polisi yang jaga yang sedang memblokir jalan. Sopir sudah panik dan minta pak Khotib turun, minta supaya kendaraan kami bisa lewat karena membawa jamaah. Pak Khotibpun turun dan bicara dengan polisi sebentar kemudian balik lagi kekendaraan. Katanya “Kita harus memutar”, Kalau memutar berarti jauh lagi perjalanannya. Sopir lalu mengambil jalan lain, sebelum masuk terowongan bus ditepikan kekanan lalu atret. Tapi tak bisa jauh karena kondisi jalan yang ramai. Disinilah kami turun dan kembali ke penginapan dengan jalan kaki dibawah terik matahari yang menyengat walau matahari belum tepat ditengah-tengah. Tapi panasnya luar biasa dan jauhnya itu loh, lebih jauh dari waktu mau berangkat tadi. Mau gimana lagi?</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-44324348521916097572011-10-16T23:02:00.000+08:002011-10-18T23:22:25.228+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-19<h2 class="uiHeaderTitle">Sahur Zam Zam</h2><br /><p>Ini sudah hari ketiga kami di Mekah untuk mengerjakan sholat tarawih, kami sudah lumayan tahulah tempat-tempat mana diseputar masjid yang penuh dan berdesak-desakan saat berlangsungnya sholat tarawih karena kami melewatinya setiap waktu sholat datang. Mulai trotoar dan dipinggir jalan menuju masjid, di Grand Zam Zam baik di selasar lantai bawah, di halaman depannya, dan di dalamnya, lalu di hotel Hilton dan masih banyak lagil. Kalau berangkatnya sendiri-sendiri sih mungkin masih gampang cari tampat, tapi kalau datangnya rombongan ya lain cerita... kecuali kalau mau terpisah-pisah. Kalau untuk di dalam dan di halaman luar masjidil haram ya jangan ditanya lagi, itu pasti fullnya. Apalagi kalau berangkatnya sesudah buka puasa di hotel ya nggak bakal kebagian tempat, kemungkinan dapetnya kecil. Memang ada sebagian yang pulang setelah sholat maghrib seperti kami tapi lebih banyak yang tidak pulang karena sayang meninggalkan tempat yang sudah didapat . Belum lagi jamaah yang membentuk shaf dadakan di lalu lintas jalannya jamaah, pasti akan segera bangkit dan meneruskan menuju masjid dan ini juga tidak sedikit jumlahnya. Di dalam masjid sendiri tempat untuk jamaah perempuan tidak begitu luas ada pembatas pagar besinya, memang ada beberapa lokasi tapi lokasi satu dengan lainnya terpisah jauh. Sholat pasti juga dalam keadaan bertumpuk-tumpuk shafnya, untuk sujud susah untuk duduk susah apalagi duduk tahiyat akhirnya dan ini berlangsungnya hingga jam sebelas malam. Hedeuw! Maka untuk hari ketiga ini kami langsung saja menuju Grand Zam Zam tak coba-coba lagi menuju masjid, inipun kami harus lewat jalan lain karena jalan yang biasa kami lewati sudah ditutup dari kemarin.</p><p> </p><p>Saat kami sudah sampai di dalam gedung Grand Zam Zam ternyata kami harus nyari eskalator lain karena eskalator yang biasa kami pakai tak bisa digunakan, semua terkondisikan gerak menurun sedang kami harus naik. Haiyah! kami lari-lari nyari eskalator terdekat lainnya dan parahnya lagi kami belum tahu eskalator terdekat ada dimana, ada banyak orang yang searah dengan kami. Kalau sampai nggak ketemu ya lewatlah sholat berjamaahnya. Tapi untungnya kami cepat menemukan dan segera bergabung dengan jamaah yang shafnya sudah panjang ke belakang, yeee... saatnya berburu tempat disela-sela jamaah dan ngos-ngosan mengatur nafas setelah berlari-lari. Yaah.... idep-idep olahraga malam. Heheheh...</p><p> </p><p>Walau kami sholat di Grand zam zam tetap ada kenikmatannya kok, karena shafnya masih terhubung langsung dengan jamaah di masjidil haram, suara imam syeikh Sudais dan imam penggantinya ketika membaca surat terdengar sangat jelas. Sound systemnya oke punya deh. Kenikmatan lain kenapa kami sholat tarawih di Grand zam zam, selain terhubung langsung dengan masjidil haram, tempatnya juga bersih, luas, dingin karena ada ACnya, serta tak berdesak-desakan jadi gerakan rukuk dan sujudnya bisa sempurna, ada satu lagi... bebas bawa makanan dan mudah cari pengganjal mata. Apa itu pengganjal matanya? Sesuatu yang bikin nggak ngantuk tentunya. Banyak yang menjual makanan dan minuman disini. Memang saat sholat isya’ mereka tak melayani pembeli tapi untuk tarawih mereka tetap buka, padahal mereka jualannya disamping jamaah yang sedang sholat. Yang mengantri juga banyak. Jadi hanya untuk mendapatkan segelas capucino atau espreso bisa sampai terlewat satu salam sholat tarawihnya. Hehehhe...</p><p> </p><p>Tentunya tidak hanya ini saja pengganjal matanya. Ada yang bisa dilakukan selain minum kopi atau yang lainnya. Tapi sebenarnya memang wajar saja kok kalau ngantuk saat mengikuti sholat tarawih di masjidil haram, selain surat yang dibaca panjang-panjang, kitanya juga tidak tahu yang dibacanya sehingga nggak bisa ngikuti membaca dan lebih-lebih artinya. Target sampai akhir tarawih adalah khatam qur’an, jadi paling tidak tiap kali tarawih menyelesaikan satu juz. Bisa dibayangkan berapa lamanya kan, selain ngantuk kaki juga pegal. Biasa sholat tarawih dengan bacaan surat pendek saja kadang juga ngantuk, lha ini ya kudu berusaha keras supaya bisa mengikuti sampai selesai. “kalau nggak nyimak ya ngantuk, makanya bawa qur’an supaya bisa ngikuti yang dibaca imam” kata Ibu. Sejak itu setiap tarawih pasti bawa qur’an untuk menyimak bacaan imam. Dengan begitu jadi bisa menikmati ayat-ayat Allah yang dilantunkan dengan indah sampai akhir tarawih, rasa kantukpun lewat.</p><p> </p><p>Selesai sudah tarawih yang kami kerjakan hari ini, kami segera balik ke hotel untuk istirahat karena besok masih harus bangun pagi-pagi untuk makan sahur. Dan seperti biasanya begitu pintu kamar terbuka kami segera melompat ke tempat tidur masing-masing sambil mendesahkan nafas kelegaan “huuh...” dan beberapa saat kemudian kami sudah terlelap, entah siapa yang duluan terbang ke alam mimpi.</p><p> </p><p>“jam piro?”, jam berapa tanya Ibu saat melihatku membuka selimut yang menutupi kepalaku. Kulihat jam tangan yang selalu kupakai walau sedang tidur.</p><p> </p><p>“Empat kurang seperempat”</p><p> </p><p>“Lhoh kok Hpku wes setengah limo punjul...”, Hpku kok sudah setengah lima lebih kata Ibu mengoreksiku. Aku kembali melihat jam tanganku, meyakinkan apa yang kulihat tadi.</p><p> </p><p>“Enggak Bu, Jam empat kurang seperempat kok”</p><p> </p><p>Entah apa yang dikerjakan Ibu selanjutnya, yang jelas aku kembali memperbaiki posisi tidur. Baru saja selesai memperbaiki posisi tidur, pintu kamar diketuk. Ah, ini pasti salah satu dari penghuni kamar sebelah. Kalau nggak suamiku ya Bapak atau Uul. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. Kulihat suamiku sudah membawa tas seperti siap mau ke masjid.</p><p> </p><p>“Berangkat ke masjid dulu ya” katanya kemudian</p><p> </p><p>“Lhoh sudah sahur?”</p><p> </p><p>“Sudah, semua sudah mau ke masjid, sudah mau subuh ini”</p><p> </p><p>“Ha! Waduh!”</p><p> </p><p>Aku langsung gedandapan (panik), segera kubangunkan semua untuk cepat-cepat sahur sebelum adzan subuh berkumandang dari masjidil haram. Semua panik mencari-cari apa yang bisa dikonsumsi. Kucari di kulkas apa yang bisa dimakan bungsuku. Lumayan ada biskuit isi selai strowberry dan air zam-zam lalu kuberikan padanya supaya cepat dimakan, walau ngantuk-ngantuk akhirnya makan juga dia. Lalu kucari obat penunda haidku, ini harus diminum setiap hari, tak boleh terlewatkan sekali saja. Alhamdulillah dapat obatnya, segera kuminum dengan zam zam. Tiba-tiba adzan subuh berkumandang, kami harus menghentikan aktivitas memasukkan apapun ke mulut. Kami saling berpandangan, geli. Jadi sahurnya apa?</p><p> </p><p>“zam zam plus obat batuk, antibiotik dan vitamin” untuk Ibu</p><p>“zam zam plus biskuit” untuk bungsuku</p><p>“zam zam plus obat penunda haid dan vitamin” untukku</p><p>“zam zam” untuk Atik</p><p> </p><p>Ini artinya semua sahur zam zam, semoga Allah memberi kekuatan puasa kami sehari ini walau hanya zam zam yang kami konsumsi. Eh, tapi benar lhoh zam zam itu tergantung niat atau maksud peminumnya. Akan mengenyangkan untuk yang meniatkannya sebagai makanan, akan menyembuhkan untuk yang meniatkannya sebagai obat.</p><p> </p><p>Seperti yang diriwayatkan Bukhari-Muslim, disebutkan bahwa setelah Rasulullah SAW meminum air dari sumur zam-zam, beliau bersabda :<em>"Ia (air zam-zam) penuh berkah, ia (air zam-zam) adalah makanan yang mengenyangkan dan obat bagi penyakit"</em>.</p><p> </p><p>Jadi nggak perlu takut menghadapi sepanjang hari kedepan hanya dengan mengkonsumsi zam zam, walau cuaca di tanah haram ini luar biasa panasnya. Enjoy aja lagi.</p><p> </p><p>Posisi jarum pendek yang seperti ini nih yang suka bikin bingung antara jam empat kuraang seperempat dengan jam lima kurang seperempat, ini jam berapa hayo? Ah... untung masih inget tanggalnya walau tak tercantum di jamnya, 24 Agustus 2011</p><p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_KW7BZgwiQFdOjQwoowATmrg3J9a-5rYqdy9Oppku2J5qkolYAvdDi_B0hZCDXTnd0UerSXXRLdKHEZVRsJjmlWb1gLXM-uNo1LBwbBccJ5XQlGZ32Cxd3vSW5QqSA1qsOG85wFRtEq8/s1600/DSC07121.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_KW7BZgwiQFdOjQwoowATmrg3J9a-5rYqdy9Oppku2J5qkolYAvdDi_B0hZCDXTnd0UerSXXRLdKHEZVRsJjmlWb1gLXM-uNo1LBwbBccJ5XQlGZ32Cxd3vSW5QqSA1qsOG85wFRtEq8/s320/DSC07121.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5664852215987878002" border="0" /></a></p><p><br /></p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-57580991996619861722011-10-14T11:33:00.000+08:002011-10-18T23:16:26.542+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-18<h2 class="uiHeaderTitle">Ada yang kurang, tapi apa ya?</h2><br /><p>Kukemasi barang-barang bawaan setelah sholat sunah ba’diyah maghrib sambil melihat-lihat keadaan sekelilingku. Dalam benakku, aku ingin sekali masih berlama-lama berada disini, duduk menghadap ka’bah dengan jari-jariku yang tak berhenti bergerak menghitung ruas-ruasnya sambil berucap tasbih, tahmid dan tahlil, menikmati perilaku orang-orang kebanyakan, mendengarkan sesama jamaah bercakap-cakap walau sebenarnya aku tak mengerti apa yang diperbincangkannya, hanya melihat ekspresi wajahnya dan tangan yang senantiasa bergerak saat bicara. Apalagi masih banyak jamaah yang duduk dengan khusuk berdzikir, berdoa dengan tangan menengadah serta mata terpejam, bahkan ada yang berlinangan air mata saking sungguh-sungguhnya bermunajat pada sang Khalik, serta masih banyak juga yang menikmati kembali bekal puasanya. Ada sih, tak sedikit yang berdiri lalu meninggalkan tempat dan menghilang ditelan kerumunan jamaah yang lalu lalang, tapi kulihat jamaah yang baru datang dan mengalir masuk ke tempat ini juga banyak. Pasti susana tempat ini akan tetap semarak. Apa boleh dikata, keadaan tak memberiku pilihan lain, aku harus kembali ke hotel selepas maghrib untuk buka puasa bersama keluarga. Lalu kulihat seseorang berbaju hitam dari ujung kepala sampai lantai tapi kulitnya nggak hitam, berdiri mengawasiku dari jarak dua meteran, lalu bicara dengan bahasa isyarat seolah menanyakan “apa kamu akan meninggalkan tempat sholatmu, kalau iya aku kesitu ya gantiin tempatmu....” Mungkin ini karena dia melihat aku mengemasi barang-barang dan memasukkannya ke tas. Aku mengiyakan tentunya juga dengan bahasa isyaratku, ya iyalah... masak mau ngomong pake bahasa tanah air. Kulihat dia tersenyum lalu buru-buru melompati orang-orang yang duduk menuju kearahku. Belum selesai kukemasi barang-barangku dia sudah berdiri persis didepanku hingga membuat gerakku sedikit terganggu “sukron! Sukron!” katanya, badannya yang lumayan besar, lebih besar dati akulah membuat lahan ini semakin sempit, ah... mungkin takut kedahuluan yang lain menempati tempatku ini. Kumaklumi saja karena semua sedang mencari tempat yang lebih longgar dari saat sholat maghrib tadi apalagi jamaah terus saja mengalir, jadi semakin cepat berebut tempat. Setelah semua beres kucangklongkan tas bordir warna pink pemberian bulek Yah ini ke bahu, aku berpamitan pada ibu yang sedari tadi ada disebelahku, kalau ini orang Indonesia asalnya dari Kalimantan Barat. Katanya mbak yang tadi memberi aku tempat (teman si ibu dari Kalimantan Barat) ini akan menemaninya sebelum maghrib, tapi sampai usai maghrib ternyata tak jua datang. Mungkin kejebak macet dan nggak bisa masuk masjid lagi. Maaf ibu, terpaksa harus kutinggalkan disini bersama jamaah dari berbagai negara, semoga saja teman ibu ini segera datang menemani. Lalu aku melangkah menjauhinya, kutinggalkan juga tempat yang sedari dhuhur hingga maghrib menjadi lahan ibadahku, semoga tempat dan seluruh yang ada disini menjadi saksi di akherat nanti dan memperberat amal ibadahku. Amin Allahumma Amin. Seorang wanita berbaju hitam dari kepala sampai lantai tapi kulitnya tidak hitam kini yang menggantikan tempatku.</p><p> </p><p>Aku berjalan diantara jamaah yang begitu banyak, laki-laki dan perempuan berbaur jadi satu. Ini yang membuat langkah suka tak bebas. Ada yang berjalan searah denganku tapi banyak pula yang berlawanan arah hingga jalan menjadi semrawut, tersendat-sendat melangkah. Tapi aku berjalan lebih cepat dari biasanya (kok bisa?) iya, karena jarak yang ditempuh kali ini lebih jauh dari biasanya selepas sholat maghrib dan kini aku berjalan sendiri, jadi untuk cepat sampai ketujuan aku harus mempercepat langkah. Barangkali saja saat aku masih dijalan ini, yang lain sudah sampai di ruang makan.</p><p> </p><p>Aku sudah sampai diluar masjid, sandal yang kusimpan di dalam tas segera kukeluarkan dan kupakai. Baru terasa “kok sepertinya ada yang kurang ya?” Tas yang kubawa ini kok ringan sekali, pasti ada yang kurang dan aku yakin ada yang kurang, tapi apa ya. Ada sesuatu yang sepertinya tertinggal di tempat shaf jamaah perempuan yang letaknya dekat sa’i tadi, iya sepertinya aku meninggalkan salah satu dari yang kubawa. Lalu mulai kuamati diri. Masih ada jam tangan di pergelangan tanganku, ada masker yang menutup hidung dan mulutku. Aku terus berjalan sambil mencari-cari kekurangan. Lalu kubuka tas bordir warna pink pemberian bulek Yah yang selalu menemani perjalanan ibadahku. Dompet masih ada, kaca mata baca, qur’an, handuk kecil, buku tulis, pensil, kaos kaki juga ada, bahkan botol air mineral yang isinya tinggal sedikit ada di tas juga, tak ketinggalan. Tapi kok tetap saja ada yang kurang ya. Karena tak juga tahu apa kekurangan aku lanjut saja berjalan menuju hotel.</p><p> </p><p>Sampai juga aku di ruang makan hotel, begitu membuka pintu ruang makan bisa kulihat semua sudah berkumpul disana duduk di depan meja dengan sepiring nasi beserta lauk-pauk dan segelas minuman didepannya. Riuh suasananya, semua menikmati menu buka puasa yang dihidangkan dari biro, bahkan sudah ada yang selesai. Sendok beradu dengan piring dan gemuruh percakapan dari sekian banyak jamaah melengkapi ramainya suasana, entah apa yang dibicarakan tapi semua bicara bersahut-sahutan. Aku baru sampai dan kulihat masih ada kursi kosong. Tak mau kalah sama yang lain dong, segera kutaruh perlengkapan yang kubawa dikursi yang tadi kosong, ini tandanya kalau kursi ini sekarang ada yang menempati biar nggak dipake yang lain saat aku mengambil makan. Lalu aku beranjak ke buffe mengambil piring, nasi sambil memilih-milih lauk yang disajikan. Akan sempurna juga nih akhirnya buka puasaku hari ini. Aku kembali ke meja makan bergabung dengan keluarga. Disinilah kami bertemu semuanya, sambil makan sambil bercerita apa saja. Diruang makan inilah memang saatnya kami berbagi cerita, informasi dan rencana. Bercerita apa saja yang kami lalui seharian ini, atau bercerita omong kosong saja. Dan yang pasti diruang makan inilah juga saatnya atau jadwalnya minum obat dan vitamin yang tak boleh dilupakan. Hayo! Siapa yang harus minum obat?</p><p> </p><p>Dari ngomong-ngomong di ruang makan inilah, kami tahu kalau setiap makanan yang disajikan baik untuk buka puasa maupun untuk sahur pasti baru. Jadi tak ada makanan sisa yang disajikan lagi. Padahal dari hari pertama makan diruang makan selalu berlebih masaknya dan sisanya banyak sekali, ya nasinya, ya lauk-pauknya. Cukuplah kalau untuk dimakan beberapa keluarga. Terus diapakan makanan sisa ini? Apa ada yang ngambil atau disumbangkan? Tidak, sisanya ya dibuang aja. Duh sayangnya... Jadi ingat masyarakat di tanah air yang tak bisa makan.. kalau saja dekat yah, bisa dibungkus dan dibagi ke mereka.</p><p> </p><p>Hidangan buka puasa sudah kami nikmati, kami sudah punya tenaga lagi untuk mengikuti sholat isya’ dan tarawih di masjid. Kami segera berkemas meningalkan ruang makan dan kembali ke kamar sebentar untuk mempersiapkan diri. Ya kekamar mandi dululah kalau memang diperlukan atau untuk memperbaharui wudhu. Kuambil tas bordir warna pink yang ada disandaran kursi lalu kucari alas sholatku yang biasanya kuselempangkan di alas kursi jika sedang makan. Lhoh kok nggak ada, kucari dibawah kursi barangkali tak sengaja jatuh saat kubersandar waktu makan tadi. Tapi tetap tak ada. Yah... ternyata ketinggalan di masjid tempat shaf perempuan dekat sa’i. Ini mungkin karena orang yang mau memakai tempatku tiba-tiba sudah ada didepanku persis sehingga membuat gerakku terganggu saat beres-beres barang bawaanku. Makanya kok tadi seperti ada yang kurang. Ini toh yang ketinggalan. Mau diambil sekarang ya nggak mungkin lagi, jamaah di dalam masjid pasti sudah penuh sekali saat ini, lagian tempatnya jauh. Ya sudahlah diikhlaskan saja.</p><p> </p><p><strong>Ini lhoh Phasmina yang jadi alas sholatku yang ketinggalan</strong></p><p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8u8mu_CgglbZ-NwvF8iVFUWMqRI1k4MTaymxMz3bOnH2sBUizphtKAMYXSvj-DDj5gXaUByezP1XVl5XsRE8UfaPem0gUFRall9_hIunILPi-qVouzEEDcn4LGZXeeIbp2c-61aAlwo/s1600/DSC05054cc.jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 226px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8u8mu_CgglbZ-NwvF8iVFUWMqRI1k4MTaymxMz3bOnH2sBUizphtKAMYXSvj-DDj5gXaUByezP1XVl5XsRE8UfaPem0gUFRall9_hIunILPi-qVouzEEDcn4LGZXeeIbp2c-61aAlwo/s320/DSC05054cc.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5664850652362788658" border="0" /></a></p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-19493443668171989352011-10-13T08:11:00.000+08:002011-10-13T08:56:04.107+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-17<h2 class="uiHeaderTitle">Kembali ke Masjid, Nikmatnya...</h2><br /><p>Tunai sudah yang kami rencanakan, malah lebih dari rencana semula. Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji kami panjatkan atas karunia yang tak terkira ini. Kami bisa pegang ka’bah, bisa pegang multazam, bisa lebih dekat ke hajar aswad dan memegangnya walau hanya bingkainya saja, lalu kami bisa sholat di hijir ismail dan ke makam ibrahim. Perjuangan yang berat dan menguras tenaga terbayar sudah. Keletihan, cucuran keringat dan kehausan menjadi satu kepuasan telah mengalami semuanya. Kalau nurutin kata hati, sebenarnya masih ingin berlama-lama di masjidil haram. Duduk ditangga bersama orang-orang kebanyakan sambil memandangi ka’bah, memandangi orang-orang yang tawaf dan segala aktifitas di pelataran ka’bah sambil sekali-sekali mengguyur air zam zam ke wajah. Ada kenikmatan tersendiri mengalami ini semua dan ingin terus saja menikmatinya. Tapi jika memandangi bungsuku yang kelihatannya capek sekali dan tadi sempat kesakitan saat menuju hajar aswad. Katanya kerudungnya sempat ketarik hingga agak tercekek, lalu waktu aku terbalik karena orang yang keluar dari mencium hajar aswad berbalik kearahku, bungsuku juga ikutan terbalik parahnya lagi dia sampai terjatuh, kepalanya membentur ka’bah. Untung saja bisa segera ditarik hingga segera bisa diselamatkan... kasihan kalau maksain diri tetap berlama-lama disini. Kami pandangi lagi ka’bah sebelum kami melangkah meninggalkannya untuk kembali ke hotel.</p><p> </p><p>Sepanjang perjalanan ke hotel tak henti-hentinya kami bercerita kejadian di multazam dan di hajar aswad. Bagaimana sesaknya nafas saat berdesak-desakan, bagaimana sakitnya tangan untuk bertahan, bagaimana beratnya menggeser badan untuk lebih maju lagi, bagaimana membentengi diri dan membentengi bungsuku yang ada ditengah kami. Lalu kami mencoba mengoreksi kenapa perjuangan ke hajar aswad berat sekali. Ah... seharusnya tadi cukup mengantar satu orang saja, mengantar aku saja atau mengantar bungsuku saja pasti akan lebih mudah dan lebih fokus membentenginya. Kami bercerita juga saat di hijir ismail dari mulai masuk mencari tempat sholat sampai keluarnya. Hehehhe... padahal kami mengalami ini semua bersama-sama, tapi tetep saja kami bercerita, mengurai kenikmatan yang masih membekas. hahahhaa.... aneh!</p><p> </p><p>Kami sudah sampai di hotel, ada Ibu dan Atik di kamar. Ingin bercerita banyak pada mereka tapi tempat tidur sudah mengiming-imingi dengan busanya yang empuk. Seakan melambai untuk minta segera dinikmati. Kenapa ketika kaki ini melangkah ke kamar, badan langsung terasa loyo sekali dan nafas kelegaan langsung terhembus “heeh...”, pasti akan terasa enak sekali bila diluruskan di tempat tidur. Ah dasar tempat tidur yang menggoda, apalagi ruangan yang dingin melengkapi suasananya. Benar-benar langsung pengen rebahan dan menarik selimut. Selamat tidur semua...</p><p> </p><p>Entah berapa lama kami tidur hingga kemudian salah satu diantara kami sudah bangun duluan, membuat yang lain juga ikut bangun. Sudah saatnya berangkat ke masjid lagi rupanya. Kami mulai siap-siap sambil menunggu bergantian kamar mandi. Usai mandi kami langsung berangkat. Ada keinginan menikmati kembali indahnya berada didalam masjid. Bagaimana ini, siapa yang mau ikutan masuk masjid? Ternyata tak ada yang mau. Ya sudahlah kami berpisah arah, aku terus masuk masjid sedang bungsuku dan Ibu kearah lain.</p><p> </p><p>Entah magnet mana yang membuat langkah ini terus menyusuri petak-petak lantai masjid dan daya tarik apa yang membuat hati ini ingin sekali berada ditempat shaf jamaah perempuan yang letaknya dekat sa’i padahal ini berseberangan dengan arah hotel. Tidak tahu, yang jelas hati ini ingin sekali berada disana. Kaki terus melangkah dan akhirnya sampai juga ke tempat yang jadi tujuan. Wow! Padat sekali. Kerkali-kali melangkahi jamaah yang sedang sholat maupun yang hanya duduk saja. Keadaan tak seperti waktu bersama bungsuku kemaren. Memang tak bisa diprediksi setiap waktu sholat datang. Hinggak kemudian langkah ini terhenti saat mendengar ada yang memanggil “mbak, cari tempat ya” aku mengiyakan, terus dia menggeser duduknya, aku mendekatinya. “mbak, pake tempatku ini ya, tapi aku titip Ibu ini” kulihat seorang ibu yang sedang tidur, kupikir pasti ibunya. Kemudian katanya lagi “Minta tolong temani Ibu ya, nanti saya balik lagi ke sini habis maghrib, tolong jagain tempat ibu kalau nanti ibu ambil wudhu”, aku mau membantu tapi aku tak bisa janji menjaga tempatnya karena jamaah yang begitu banyajnya tapi aku akan usahakan. Habis maghrib aku harus balik hotel untuk buka puasa bareng keluarga jadi juga tak bisa menemaninya lebih dari itu. Kalau mau ya sebelum maghrib sudah ada disini lagi. Dia setuju, katanya lagi dia harus mengantar adiknya ke rumah sakit dulu.</p><p> </p><p>Segera kugelar alas sholat selebar yang kubutuhkan. Alhamdulillah, aku sudah dapat tempat untuk sholat dhuhur dan rencanaku memang ingin lama-lama berada disini sampai maghrib jadi paslah kalau mbak yang tadi memberi tempat duduk minta tolong untuk menemani ibunya, pucuk dicinta ulam tiba.</p><p> </p><p>Masih belum sadar kenapa rasanya ingin sekali berada disini, tolah-toleh ke sekeliling kok rasanya sama saja dengan tempat lainnya, padat dan desak-desakan. Bedanya disini lebih dekat kalau mau ngambil air zam-zam dan mudah kalau mau wudhu lagi bila batal. Tapi... saat mau sholat tahiyatul masjid, saat pandangan ini menatap kedepan, ternyata aku bisa langsung menatap ka’bah. Owh, ini ternyata daya magnetnya, bahkan saat dudukpun ternyata masih bisa melihat walau tak utuh. Semakin ingin duduk lebih lama disini sambil mandangi ka’bah, sesuai sudah dengan harapan, bisa memandangi ka’bah sepuasnya sambil mengerjakan yang lain-lainnya. Jadi menemani ibu yang sedang tidur yang sewaktu-waktu bangun kemudian meninggalkan sajadahnya untuk mengambil wudhu tak masalah. Kuusahakan jagain sajadahnya bu supaya tempatnya nggak diambil orang. Heheheh....</p><p> </p><p>Dhuhur dan ashar sudah berlalu, alas sholat masih tergelar disini dan aku masih duduk diatasnya menunggu bedug magrib tiba. Puas-puasin doa, puas-puasin dzikir dan baca qur’an mumpung ada kesempatan. Jamaah yang ada disekelilingku juga tak ada yang beranjak dari tempatnya sejak dhuhur tadi. Apa ini kebetulan mereka juga punya rencana yang sama denganku ya?. Ini baru sekali-sekalinya aku di dalam masjid dalam waktu yang lama, dari dhuhur sampai maghrib walau yang kubawa cuma sebotol air zam zam tuk buka puasa nanti, tak apalah. Tapi waktu kutanyakan ke ibu yang kutemani, dia bilang biasanya kesini dari dhuhur sampai tarawih setelah itu pulang nanti malam jam dua berangkat lagi ke masjid untuk tahajud. Wuih! Hebat bener. Mungkin orang-orang yang berada di masjid ini juga begitu ya. Aku saja yang tidak tahu. Memang ada beberapa yang datang pergi silih berganti, tapi bisa dihitung jari saja. Yang kuperhatikan dari sesiang tadi banyak yang tiduran, mungkin menghimpun tenaga untuk tarawih dan tahajut nanti malam dan istirahat dari kegiatan malam sebelumnya.</p><p> </p><p>Semakin mendekati maghrib semakin banyak saja yang datang. Sudah tahu tak ada tempat untuk duduk, tetap saja tak peduli berseliweran, kadang berhenti tepat didepan dan berharap ada tempat untuknya sambil senyum-senyum dan ngomong entah apa, mungkin bilang “sedikit.... saja”. Lhoh sedikit saja itu kalau badannya kecil, langsing, imut... lha ini gedenya nggak ukuran. Yang dimintai tempat badannya separonya... ya bisa dimakan semua ini tempatnya. Hehehehe... ada-ada saja. Si ibu yang ada disebelah ini suka marah-marah yang sebenarnya nggak perlu, hanya gara-gara sajadahnya tersibak atau qur’an yang ditaruh didepannya dilangkahin orang yang lewat. Yah ibu... kalau nggak mau dilangkahin orang ya qur’annya dipangku saja terus sajadahnya digulung dari pada marah-marah terus tiap ada yang lewat. Namanya juga orang-orang ini mencari jalan ditempat yang sempit.</p><p> </p><p>Mungkin karena perut dalam keadaan kosong inilah yang menjadikan emosi cepat meninggi. Tersenggol sedikit saja meluap apalagi terinjak, pasti ingin membalasnya padahal yang menginjak juga tak sengaja. Saling bersitegang berebut tempat, marah-marah karena tempat sujudnya diduduki. Sebenarnya kalau memang tempat tak memungkinkan untuk sholat dengan gerakan sempurna kan bisa saja dikerjakan dengan isyarat, bisa dengan duduk saja, menggerakkan kepala dan badan sedikit untuk isyarat ruku’ sujudnya seperti sholat di kendaraan atau bisa juga dikerjakan dengan berdiri. Allah pasti akan memaklumi keadaan ini. Kadang ini tak terpikir untuk mengerjakan sholat dengan keadaan duduk atau berdiri.</p><p> </p><p>Waktu semakin sempit dengan bedug maghrib tapi jamaah terus saja mengalir tanpa henti. Semua mencari tempat sedang keadaan tak memungkinkan, jamaah lebih banyak dari ruang yang disediakan hingga duduk bertumpuk-tumpuk. Ini yang jadi sebab berantem, bersitegang, marah-marah. Tak sadar kalau sekarang mereka sedang berpuasa. Si ibu ini juga bolak-balik tak membolehkan orang duduk disebelahnya padahal kalau mau dipaksakan juga masih bisa sebenarnya, cuma si ibu ini nggak mau desek-desekan saat sholat nanti. Jadi tiap ada orang yang mau duduk disebelahnya dia suka ngerenggangin kakinya. Tapi tak berkutik juga saat ada orang besar tahu-tahu duduk didepannya, menghalangi tempat sujudnya dan nggak mau pergi walau sudah diomeli. Owalah bu... bu... ngomel sedang yang diomeli nggak ngerti bahasanya.</p><p> </p><p>Adzan magrib berkumandang, saatnya kami semua membuka bekal seadanya lalu sholat maghrib berjamaah. Seperti rencanaku sebelumnya, usai sholat magrib aku balik ke hotel. Segera kuberdiri dan mengemasi barang bawaanku. Seseorang tahu kalau aku mau meninggalkan tempat langsung berdiri didepanku mau menggantikan tempatku. Kupikir karena mbak yang tadi ngasih tempat nggak datang-datang ya kuberikan tempatku ini pada yang ada saja. Monggo silahkan dipake, saya pulang dulu ya....</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-64477767088981656112011-10-10T22:20:00.000+08:002011-10-13T08:53:36.166+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami -16<h2 class="uiHeaderTitle">Ke Ka’bah yuk...</h2><br /><p>Hari ini Selasa 23 Agustus 2011. Kami makan sahur bersama di ruang makan hotel yang letaknya satu lantai dibawah lobby hotel. Kalau mau cepat sampai ke lantai M biasanya kami turun dulu ke lobby baru melanjutkan turun lewat tangga. Mungkin karena jarang yang menggunakan jasa lift ke lantai M jadi lift ini suka ngadat kalau kita pencet M, hehehhe... gak lah!. Nggak masalah sih turun satu lantai lewat tangga, toh cuma lima belas sampai dua puluh anak tangga. Paling keringatan.</p><p> </p><p>Kami harus makan kalau mau punya tenaga, jangan sampai asupan kurang dari yang dibutuhkan. Hehehe... teorinya memang oke, tapi kadang mulut ini nggak mau diajak kompromi. Begitu melihat menu yang disajikan tak sesuai harapan langsung deh menurunkan selera makan, alhasil makan jadi ogah-ogahan. Wah, ini nggak boleh dituruti, apapun yang disajikan sebaiknya tetap dimakan. Jangan sampai nanti siang lemes gara-gara nggak mood makan. Doping vitamin itu pasti, untungnya ya kalau punya adik yang punya apotik, obat-obatan dia yang nyiapin.</p><p> </p><p>Diruang makan inilah saatnya ketemu dengan semuanya, baik saat buka puasa maupun pas makan sahur. Kesempatan yang baik untuk berbagi cerita, berbagi informasi dan membuat rencana. Disinilah lalu pembicaraan mengenai rencana pegang ka’bah sesi ke dua terluncur setelah rencana pertama gagal. “Habis subuh persis langsung ketemu di lampu hijau ya”, “oke”</p><p> </p><p>Usai sahur kami langsung menuju masjid. Masih seperti hari kemarin suasananya, malah rasanya semakin hari semakin padat saja. Alhamdulillah kami sampai juga di halaman masjid. Tapi karena aku dan bungsuku punya rencana mau pegang ka’bah selepas subuh, sedang Ibu dan Atik tidak, maka kami berpisah di halaman masjid.</p><p> </p><p>Selepas subuh aku dan bungsuku segera meranjak dan menuju ke lampu hijau. Singkat cerita, kami sudah sampai di lampu hijau. Mencari satu orang ganteng yang tadi jajian mau ketemu di lampu hijau ini. Woih! Kok ya susah ya mencari diantara begitu banyaknya orang yang lalu lalang. Tempatnya sudah benar, tapi ya bagaimana lagi, wong tempatnya juga luas. Lagian hampir semua mengenakan pakaian berwarna putih. Tapi untungnya kami berdua (aku dan bungsuku) memakai mukena dengan bordir bunga besar-besar, jadi mudah dikenali.</p><p> </p><p>Kami segera turun kelokasi, ke pelataran halaman ka’bah yang saat ini sudah lumayan banyak yang tawaf. Kalau hanya turun terus pegang ka’bah saja ya nggak lucu, jadi kami pagi ini berniat selain pegang ka’bah juga akan towaf sunah. Untuk itu kami meyakinkan kalau diantara kami masih punya wudhu karena syarat melaksanakan towaf adalah suci dari hadast. Lalu kami niatkan untuk tawaf sunah, kami berjalan mengikuti arus orang-orang yang seang towaf sambil berusaha lebih masuk mendekat ke ka’bah. Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran kami menunaikan niat suci ini.</p><p> </p><p>Terbentur pada banyaknya jamaah yang sedang bertowaf hingga kami harus berkali-kali terdorong keluar. Tapi kami tetap berusaha dan terus berusaha. Barulah pada putaran ke tiga kami bisa mendekat dan memegang ka’bah. Alhamdulillahirobbil’alamin. Bertiga kami terus berjalan merapat ke ka’bah sambil terus berusaha tetap menempelkan tangan ke kiswah dan melantunkan doa. Keadaan ini tak berlanjut karena sampai di rukun yamani kami harus merelakan melepas tangan dan agak menjauh dari ka’bah karena disini macet. Disini jalurnya orang-orang yang mulai mengantri dan berdesak-desakan ke arah hajar aswad, disinilah orang berusaha dengan sekuat daya untuk bisa sampai di hajar aswad dan menciumnya. Sementara kami masih diputaran ke tiga, masih empat putaran lagi. Setelah melewati hajar aswad dan multazam kami baru bisa merapat lagi. Dari Hijir Ismail kami terus merapat hingga bisa memegang ka’bah lagi, ini berulang hingga putaran ketujuh.</p><p> </p><p>Selesailah sudah towaf sunah kami dan kesampaian pegang ka’bah juga. Tapi keinginan lain terbersit, bagaimana kalau kami bisa ke multazam dan memegangnya syukur-syukur bisa ke hajar aswad dan menciumnya. Kami bertiga terus berusaha mendekati multazam diantara himpitan badan-badan yang besar dan tangan-tangan yang kekar. Terdesak dari depan, kanan dan kiri, tapi tidak dari belakang karena posisiku sekarang ada didepan kemudian bungsuku baru suamiku yang berusaha melindungi kami berdua dari belakang. Bagaimanapun ini usaha yang sangat keras. Kami terus berusaha dan berdoa. Terpental setelah sampai didepan adalah biasa karena semua orang berusaha mendekat dari berbagai arah.</p><p> </p><p>Alhamdulillah, akhirnya tangan ini sampai juga menyentuh multazam sembari kaki naik ke tanjakan. Kalau nggak naik mana nyampai nyentuh multazamnya. Multazamnya terlalu tinggi untuk digapai. Segala doa dan harap kami panjatkan kehadirat ilahi. Bungsuku menyusul menyentuhnya “Ayo berdoa dik, berdoa yang banyak” dilanjutkan suamiku. Alhamdulillah kami bisa menyentuh semua. Kini giliran kami ke hajar aswad. Semoga Allah memberi kemudahan pada kami.</p><p> </p><p>Kami terus berusaha maju dan bertahan dari dorongan dan himpitan berbagai arah, depan dan samping kanan kiri. Kali ini juga dari arah belakang. Berat sekali perjuangan yang kami butuhkan, besar sekali tenaga yang harus kami kerahkan. Himpitan dan dorongan membuat kami susah bergerak, suhu disekitar jadi begitu panas dan menyesakkan hingga keringat bercucuran deras sekali. Mengambil nafas saja susah sekali, hingga ingin rasanya muntah. Tangan ini sudah menyentuh bingkai hajar aswad, tinggal selangkah lagi. Kalau Allah berkehendak dan memberi kemudahan setelah orang yang satu itu selesai mencium hajar aswad, aku bisa menggantikan tempatnya. Tapi rupanya skenario perjalanan ke hajar aswad berkata lain. Tiba-tiba orang yang keluar dari hajar aswad ini mundur membalik kearahku, hingga aku ikut terbalik dan bungsuku yang ada dibelakangku persis langsung menjerit. “Ada apa?” Ternyata dia ikut terbalik. Kulihat air matanya disela isak tangisnya. “Pa, sudah! Cukup sampai sini saja”, “Kenapa?”, “Alma tidak kuat, mundur saja, aku juga mau muntah”. Kami lalu berusaha mundur, mundurpun juga butuh perjuangan.</p><p> </p><p>Kini kami ditempat yang sudah lebih longgar, ditepi tembok Hijir Ismail, kami terus berjalan hingga kami akhirnya masuk ke dalamnya. Keadaan juga berdesak-desakan disini tapi tak separah di hajar aswad. Kami mencari tempat agar bisa melaksanakan sholat, kami masuk lebih dalam dan akhirnya nemu juga tempatnya. Saat kami sedang sholat ada yang berteriak-teriak entah apa yang diteriakinya. Yang terasa kemudian suasana di dalam Hijir Ismail sepi. Aku tetap melanjutkan sholat, sekarang keadaan begitu lengang disekitarku. Aku bisa mengerjakan sholat dengan tenang dan berdoa di sujut terakhir lebih lama. Saat salam dan pandangan mengarah ke kanan lalu kekiri, baru terlihat hanya tinggal aku dan beberapa orang yang baru saja menyelesaikan sholatnya. Ternyata semua disuruh keluar karena Hijir Ismailnya mau dibersihkan. Oooo....</p><p> </p><p>Masih ada satu lagi yang harus kami kerjakan, sholat di belakang Makam Ibrahim. Segera kami keluar dari Hijir Ismail dan menuju ke Makam Ibrahim. Tunai sudah apa yang kami kerjakan hari ini. Walau menguras tenaga, tapi kami bisa tersenyum setelah melaluinya. Walau tak bisa mencium hajar Aswad, setidaknya kami sudah berusaha sekuat tenaga.</p><p> </p><p>Kini saatnya istirahat sebelum balik ke hotel. Foto-fotoan dulu ah...</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-52845636952275280202011-10-09T22:27:00.000+08:002011-10-09T23:24:18.825+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-15<h2 class="uiHeaderTitle">Hmmm, segarnya...</h2><br /><p>Matahari sekali lagi menunjukkan keperkasaannya, sinarnya menyengat tanpa ampun siang hari ini. Sementara itu kami masih berdiri di pelataran masjid di daerah sa’i dalam keputusan akan kembali ke hotel antara lewat dalam masjid apa memaksakan diri berjalan dibawah kekuatan sinar matahari yang panasnya pasti membakar kulit kami, duer! Sebaiknya masuk masjid lagi saja. Lalu kami melangkah menuju salah satu pintu terdekat. Sudah terbayang hawa dingin AC akan memberikan kesejukannya. Kami tolah-toleh harus lewat mana kok didepan kami buntu “lhoh!” ternyata kami salah jalan, ini jalan mau ke lantai dua. Waiyah! Terpaksa balik keluar lagi. Kami lalu mencari pintu masuk yang lain yang terdekat. Alhamdulillah... akhirnya nemu juga. Kami masuk, oh kami masuk di jalur sa’i arah Sofa ke Marwa. Terpaksa kami memotong arah dan berjalan berlawanan dengan jamaah yang saat ini sedang sa’i, harus bagaimana lagi, masak keluar lagi :(</p><p> </p><p>Kami berjalan lagi di dalam masjid, melintasi jamaah yang ada, melintasi petak-petak lantai masjid, menikmati pemandangan yang indah. Beberapa orang terlihat sedang khusuk mengerjakan sholat sunah, beberapa lagi terlihat sedang berdoa, ada juga yang sedang mengaji tapi banyak juga yang sedang baring-baring. Ingin rasanya bergabung dengan mereka, menikmati ketenangan hati di dalam masjid agung ini. Apalagi masih banyak tempat kosong yang bisa kami duduki. Tapi aku nggak boleh egois, bungsuku ingin balik ke hotel, tepaksa kupendam keinginan ini dan berharap lain waktu bisa masuk masjid lagi. Amin.</p><p> </p><p>Akhirnya kami sampai di Bayti Bakkah, hotel tempat kami menginap. Kami langsung menuju kamar yang ternyata tak dikunci. Weh, kok kaya dirumah sendiri aja nggak dikunci. Kubuka pintunya lalu masuk, Ada Ibu dan Atik yang sudah duluan datang. Katanya tadi pagi aku ditunggu suami di lampu hijau lama sekali. “Iya, tadi ketemu Uul di bawah, katanya juga begitu, habisnya Alma tidur usai sholat Subuh. Dibangun-bangunin nggak juga bangun, jadi ya nungguin sampai dianya bangun baru ke lampu hijau”. Aku lalu menempati tempat tidurku begitu juga bungsuku. Sambil bercerita apa yang kami kerjakan seharian ini... kupijat-pijat kakiku yang ternyata pegal juga setelah berjalan mengitari masjid. Ibu, maafkan aku tak menemanimu berangkat sholat dhuhur... eh, tapi ada Atik kok yah? Lalu selimut kutarik sampai menutupi kepala biar cepet tidur. Bener saja... dalam sekejab aku sudah klipuk. Hayo... siapa yang klipuk selanjutnya?</p><p> </p><p>Mungkin karena kami terlalu kelelahan, sampai waktu ashar kami belum siap berangkat ke masjid. Alhasil waktu keluar kamar dengan buru-buru kami bawa perlengkapan sholat sekenanya, semoga saja yang kami butuhkan sudah kami bawa. Nah kan... nggak bawa kaca mata kan, nggak bawa sebotol air yang sengaja disimpan di kulkas untuk menyegarkan muka. Dari pengalaman sebelumnya, meskipun sudah sore tapi udara masih panas dan masih silau. Air di kulkas pasti akan menyegarkan untuk dibasuhkan ke muka sekali-sekali. Tapi nggak mungkin kembali ke kamar lagi, waktunya sudah mepet, adzan asharnya sudah berkumandang. Hallah... kami masih harus nunggu liftnya terbuka. Duh.. kalau sudah begini rasanya mau lewat tangga saja, tapi kok ya kami di lantai lima... Haiyah!</p><p> </p><p>Alhamdulillah... akhirnya kami sampai juga di jalan menuju masjid. Kami beru-buru melangkah diantara orang-orang yang juga buru-buru melangkah. Semua mau cepat sampai ke masjid. Ya iya wong bentar lagi iqomad. Nah... bener kan, belum juga nyampai separo jalan ke masjid tiba-tiba suara iqomah membahana dengan lantangnya. Spontan orang-orang yang berada di depan kami berhenti membentuk shaf. Ha! Sholat dijalan? Apa boleh buat, mau tak mau kami juga ikutan membentuk shaf. Sejurus mata memandang kedepan sudah tak ada sela untuk melangkah lagi. Kalaupun bisa kedepan juga mau kemana... takbirotul ihromnya sudah terdengar. Apes lagi waktu buka tas, ternyata aku nggak bawa alas sholat. Terpaksa alas sholat Ibu digelar selebar-lebarnya. Untung saja Ibu bawa alas sholatnya phasmina, jadi bisa dipakai kami bertiga. Eh.. berempat apa bertiga yah? Atik kemana ya?</p><p> </p><p>Setelah salam kami langsung berdiri, begitupun orang-orang yang ada disini. Lalu kami mau kemana? Balik ke hotel apa melanjutkan perjalanan menuju masjid? Wah, masak balik lagi ke hotel, nggak lucu ah. Hayuk jalan-jalan aja yuk sambil cari-cari bekal tuk buka puasa nanti. Secara waktu buka puasanya masih lama, ya hayuuukkk.... Kami terus menyusuri jalan, kali ini jalan pelan-pelan saja sambil melihat-lihat kanan kiri jalan, milih-milih menu apa yang mau kami beli. Akhirnya kami berhenti di sebuah kios yang menjual nasi. Ada macam-macam nasi dan lauknya ayam goreng. Tapi karena kami sudah dijamin makan oleh Biro, kami hanya beli satu bungkus saja, inipun karena nurutin keinginan. Kami juga beli soft drink, orange juice dan air mineral, semuanya dingin. Hmmm... pasti seger banget nih buka puasanya. Eh iya karena kami bawa makanan kami nggak boleh masuk masjid. Kami nyari tempat dimana ya? Kalau mau ya di halaman luar masjid. Tapi jam segini masih panas kalau mau di halaman masjid. Jadinya kami masuk ke Grand zam zam.</p><p> </p><p>Berhubung jam buka puasa masih lama, pasti akan diusir kalau duduk di dalam gedung Grand zam zam. Jadinya kami memilih duduk diluar. Sementara kami masih mencari-cari tempat, bungsuku bilang katanya nggak mau makan yang barusan kami beli. Ha! Emang mau makan apa? “ya apalah, ayo muter-muter dulu, nyari apa gitu”, Haiyah dik... kok nggak tadi-tadi, lha sekarang lak keluar lagi. Nggak mungkin ngajak Ibu muter-muter lagi, kasihan Ibu donk. Akhirnya kami putuskan Ibu tetap menunggu di Grand zam zam sedang aku dan bungsuku nyari yang dia mau. Apa sih yang dicari?</p><p> </p><p>Ternyata setelah muter-muter nggak juga ada yang sesuai selera. Jadi mau beli apa nih? Lalu langkah kami terhenti di satu stand yang menjual aneka roti. Yah beli roti saja. Kami lalu balik ke Grand zam zam menemui Ibu. Ternyata sudah banyak yang duduk di dalam gedung. Ternyata Ibu juga sudah duduk diantara mereka di dalam Grand zam zam. Kami lalu bergabung menunggu bedug maghrib.</p><p> </p><p>Satu- satu bekal kami keluarkan, wow ternyata banyak juga yang kami bawa. Ada soft drink, orange juice, air mineral, roti dan nasi ayam, weh belum lagi kurma dari pembagian orang-orang yang berderma. Tak kan habis nih perbekalan,bagi-bagi juga ah sama jamaah disekitar. Lalu adzan maghrib berkumandang, doa buka puasa kami segera lantunkan dan seteguk soft drink dingin mengawali buka puasa membasahi kerongkongan. Segarnya! Lanjut kurma beberapa butir lalu beberapa suap nasi yang kami beli. Tak berapa lama terdengar iqomah untuk memulai sholat Maghrib, Kami harus menyudahi menikmati buka puasa, segera membentuk shaf dan menunaikan sholat berjamaah.</p><p> </p><p>Sholat maghrib telah kami tunaikan. Masih ada waktu sebelum disuruh meninggalkan tempat ini. Maka setelah dzikir dan berdoa, kami berdiri untuk mengerjakan dua rakaat sunah ba’diyah lalu mengikuti imam sholat jenazah. Barulah sekarang kami berdiri dan meninggalkan Grand zam zam menuju hotel. Disana telah menunggu menu buka puasa yang telah disediakan biro.</p><p> </p><p>Jalanan yang kami lalui telah padat oleh jamaah yang sepertinya juga punya keinginan pulang ke penginapan masing-masing. Maksud hati melangkah secepat-cepatnya agar segera sampai, namun tetap saja langkah harus terhenti karena terhalang yang ada didepan. Kini kami ada di dekat kios yang jual ice cream dan minuman. Enak ya kalau mampir dan beli barang satu cup saja. Iya. Lalu kami mengantri. Ice cream ada ditangan, “satu lagi, Ibu mau” Ibu mengiyakan. Ice chrem berpindah tangan “satu lagi” kini kami satu-satu memegang ice cream tiga rasa, coklat, strawberry, vanila” Hmmm... segarnya! Nikmatnya buka puasa hari ini.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-85633633158643729232011-10-07T23:34:00.000+08:002011-10-09T23:22:02.534+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-14<h2 class="uiHeaderTitle">Balik lagi ke seberang</h2><br /><p>Setengah hari lebih kami (aku dan bungsuku) menghabiskan waktu di dalam masjid. Dari menjelang subuh hingga lewat dhuhur. Ngapain aja di masjid? Banyak yang bisa dikerjakan. Selain banyak-banyak dzikir, kami bisa mengerjakan sholat sunah, ngaji, merenung, nulis cerita sampai mengawasi berbagai polah jamaah yang ada. Eh ada lagi ding... bisa tiduran juga. Tadinya sih punya rencana mau pegang Ka’bah bertiga sama suami tapi gagal gara-gara tak ketemu saat di lampu hijau. Mau berusaha pegang Ka’bah sendiri kok takut dan sepertinya nggak mungkin karena melihat jamaah yang sedang towaf banyak sekali. Mau duduk-duduk saja di dalam masjid pasti bungsuku bosan, sebentar saja pasti sudah minta balik ke hotel. Bagaimana kalau putar-putar, melihat-lihat seluruh penjuru dalamnya masjid sambil foto-fotoan, pasti dia mau dia kan suka narsis di depan kamera. Benar saja, akhirnya kami tetap di dalam masjid hingga tak terasa ternyata matahari sudah tinggi. Mau balik ke hotel tanggung, sebentar lagi masuk dhuhur. Bolak balik hotel masjid capek di jalan, belum lagi desak-desakannya dan susah lagi cari tempat sholatnya. Makanya mumpung bungsuku masih mau berlama-lama di dalam masjid dan mumpung masih banyak tempat kosong, cepat-cepat kami cari tempat. Nah sekarang mau duduk selonjoran bisa, mau rebahan juga masih bisa. Tapi tunggu lebih lama lagi yah, apa masih bisa selonjoran?</p><p> </p><p>Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan sholat dhuhur di dalam masjid walau agak berhimpit dengan sesama jamaah, tapi masih agak lumayanlah dibanding sholat subuh tadi. Terus ngapain ya enaknya? Tetap berdiam di masjid? Iya tapi sebentar saja, cukup berdzikir dan berdoa. Kalau lebih lama lagi bungsuku bisa cemberut dan nggak mau diajak lagi besok, padahal inginnya setiap subuh bisa sholat di masjid dan berlanjut sampai dhuha. Oke dik kita balik ke hotel sekarang.</p><p> </p><p>Posisi kami sekarang berseberangan dengan letak hotel. Kami tahun persis dimana letak hotel dan dimana harus mengambil pintu yang harus dilewati. Sebenarnya kalau mau cepat bisa saja menyeberang masjid lewat pelataran Ka’bah, tapi mau ke pelataran Ka’bah juga kudu nyari jalannya lagian suasana pelataran Ka’bah juga padat, susah dilewati, bisa nggak keluar-keluar. Ya sudah, kami akhirnya lewat dalam masjid saja menyusuri tiang-tiang penyangga dan melewati jamaah yang ada. Suasana yang penuh di area lantai satu ini membuat langkah kami kadang terhenti dan membelokkan arah, kadang juga harus memutar arah karena terjebak ternyata didepan menghadang shaf jamaah laki-laki. Ini terjadi berkali-kali sehingga kami merasa sudah berjalan jauh dan perkiraan sudah mendekati pintu yang ingin kami tuju, pintu yang biasa kami lalui yang paling dekat dengan hotel kami. Makanya begitu terlihat daerah lalu lintas keluar masuknya jamaah, kami langsung membelokkan arah menuju pintu. Sebenarnya nggak yakin-yakin amat sih dengan langkah kami ke arah pintu yang sedang kami tuju ini, tapi paling tidak sudah mendekati pintu yang kami maksudkan. Maka kami lanjutkan mendekat ke pintu. Dan memang iya, ternyata masih jauh dari yang kami kira. Tapi mau bagaimana lagi sudah kadung ada didepan pintu, mau masuk lagi berarti nambah langkah lagi, kapan sampai hotelnya? Memang butuh kecermatan mencari pintu keluar masjidil haram, salah mengambil pintu bisa jadi malah semakin jauh menuju penginapan.</p><p> </p><p>Menyesali karena salah ngambil pintu keluar? Enggaklah, terus saja kami berjalan di halaman luar masjid. Sampai akhirnya hampir mendekati batas halaman masjid dengan jalan. Tiba-tiba seorang jamaah perempuan sudah renta mendekati kami. Berbicara dengan bahasa yang tak kami mengerti. Duh... ini orang mana ya? Tapi dari caranya bicara, walau tak mengerti maksudnya sepertinya dia minta bantuan untuk diantarkan ke satu tempat. Dipegangnya tanganku kuat-kuat, tak mau dilepaskan. Waduh! Gimana ini?</p><p> </p><p>“Mina... Mina...”, Apa dia mau ke Mina? “Sofa... Marwa... Mina” Weh! Apa lagi ini? Dia mau sa’i apa mau ke Mina? Duh... puyeng! Tangannya tetap tak mau lepas dan sekarang aku ditarik-tariknya menuju ke masjid sambil terus berucap “Mina... Sofa... Marwa...”. Bungsuku bolak-balik menanyakan “Apa ma... mau apa dia?”, ya aku nggak mudeng maksudnya. Cuma waktu dihalaman luar daerah sa’i ada terowongan tulisannya Mina, apa mungkin dia mau ke penginapannya dan penginapannya didaerah patokannya Mina? Kuturuti saja apa yang dibilang tadi. Setelah sampai di daerah pintu masuk arah bukit Sofa, kubilang sambil tanganku menunjuk “Sofa... Marwa... Mina” dia mengulang “Sofa... Marwa... Mina...” berkali-kali. Kasihan melihatnya, mungkin dia terlepas dari rombongan dan tak tahu jalan pulang, ah... entahlah. Didepan pintu bukit Sofa ada tiga Askar sedang bertugas. Sebaiknya kuserahkan pada mereka, mungkin mereka tahu bahasanya. Semoga saja mereka mengerti apa yang dimaksud jamaah perempuan renta itu dan segera memberi pertolongan.</p><p> </p><p>Sekarang tinggal aku dan bungsuku di halaman luar masjidil haram, arahnya di daerah sa’i. Kemana kaki ini akan melangkah? Masuk masjid untuk mempersingkat jalan ke hotel tapi harus melewati jamaah yang mungkin menghalangi langkah kami atau lewat luar masjid saja. Secara posisi kami sekarang sama dengan waktu kami mau keluar masjid tadi, berseberangan dengan hotel.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-8951062245606908612011-10-05T00:27:00.000+08:002011-10-05T00:47:44.714+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-13<h2 class="uiHeaderTitle">Rencana besar kami</h2><p>Kami sudah di atas tempat tidur masing-masing, bersiap-siap tidur dan berharap Allah masih memberikan kesempatan pada kami bertemu pagi, untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan, juga untuk menikmati santap sahur bersama di ruang makan hotel dan melaksanakan rencana besar. Lalu alarm HP sengaja kami setel untuk membantu kami agar tak kesiangan bangun, tentunya juga tak lupa menyalakan AC supaya nyaman, agar kegerahan segera terganti dengan kesegaran dan kami bisa segera terlelap dalam buaian mimpi. Benar saja, baru beberapa menit berlalu... kami sudah tak ingat apa-apa, sudah berlabuh dipulau kapuk. Entah siapa yang duluan terlelap diantara kami berempat.</p><p> </p><p>Rasanya baru saja terlelap, mata masih terasa berat dibuka. Alarm HP sepertinya juga belum bunyi soalnya tak kedengaran. Kalau memang benar belum bunyi, itu artinya kami masih bisa berlama-lama ditempat tidur menikmati empuknya bantal dan bisa memperbaiki letak selimut. Tapi kenapa masih terasa dingin ya walau selimutnya sudah menutupi sampai di kepala? Wah, hawa dingin kamar kok jadi menyiksa gini, padahal selimutnya juga sudah tebal. Awalnya sih memang biasa-biasa saja saat AC disetel sekenceng-kencengnya waktu baru beranjak ketempat tidur, malah terasa seger karena langsung menghilangkan kegerahan selepas pulang tarawih. Kami juga bisa langsung tertidur. Tapi setelah gerahnya hilang, yang ada jadi ngewel kedinginan meskipun sudah di dalam selimut. Akibatnya jadi ingin buang air kecil, duh... gak bisa ditahan lagi nih. Terpaksa harus disudahi berlama-lama ditempat tidur, harus buka selimut, cepet-cepet turun dari tempat tidur, mematikan AC dan buru-buru ke kamar mandi. Waktu masuk lagi ke kamar, jadilah kedinginan yang berlipat-lipat. Sudah kedinginan dari awalnya trus kena air, kini ditambah hawa dingin kamar lagi. Kalau sudah begini, susah buat bisa tidur lagi. Dari pada tiduran saja di tempat tidur dan tak melakukan apa-apa, lebih baik nyiapin barang-barang yang mau dibawa ke ruang makan dan ke masjid saja sambil menunggu yang lain bangun.</p><p> </p><p>Kini kami sudah di ruang makan hotel menikmati santap sahur dengan menu nasi putih, opor ayam, peyek udang, sambel dan lalap timun, serta krupuk. Yang tidak mau nasi dengan opor ayam dan teman-temannya bisa mengambil roti tawar dengan selai coklat atau selai strowberry, atau mau dicelupin ke kopi susu juga bisa. Yang mau dua-duanya juga boleh. Silahkan dipilih-pilih saja menunya.</p><p> </p><p>Inilah hari kedua kami di Mekah, 22 Agustus 2011. Harus ada target, harus lebih meningkat dibanding hari pertama, lalu apa ya... Kutawarkan pada bungsuku bagaimana kalau hari ini kita pegang ka’bah, syukur-syukur bisa ke hajar aswad. Alhamdulillah... bungsuku mengiyakan, lalu kuberitahu suami kalau kami punya keinginan mau pegang ka’bah hari ini. Suami menyetujui dan kami sepakat sehabis sholat Subuh kami bertemu di lampu hijau. Baiklah... lalu kusampaikan keinginan ini ke Ibu.</p><p> </p><p>Selesai sahur kami langsung berangkat ke masjid. Keadaan jalanan masih seperti kemaren, padat. Dan keinginan kami juga masih sama, ingin sekali bisa masuk masjid dan bisa sholat didalamnya. Kami terus melangkah dengan keyakinan dan terus berdoa semoga kali ini kami bisa masuk. Ya Allah, bantulah kami, berikan kemudahan memasukinya dan mendapatkan tempat untuk sholat. Alhamdulillah, usaha kami tak sia-sia. Akhirnya kami berempat bisa masuk walau tak bisa satu tempat. Kami duduk berlainan shaf, tapi tak apa-apa kami masih bisa melihat satu sama lain. Jadi selesai sholat nanti kami masih bisa secepatnya bersama lagi. Lalu bagaimana sholat kami... Dimana-mana padat, sepertinya tak ada sela untuk duduk. Hingga banyak diantara kami duduk bertumpuk-tumpuk tak memikirkan shaf lagi. Berharap nanti setelah iqomah dan saat jamaah berdiri... mereka akan mendapat tempat dengan sendirinya. Ini yang mengakibatkan saat kami berdiri membentuk shaf, kami jadi berhimpit-himpitan. Lengan tertekan kanan dan kiri saat takbirotul ihrom. Jelas keadaan ini tak nyaman tapi ya beginilah keadaannya. Rukuk, sujud dan duduk jadi tak sempurna sampai salam.</p><p> </p><p>Usai sudah sholat Subuh berjamaah, jamaah yang duduk berhimpit-himpitan segera berdiri. Ada yang pulang ada yang tetap di dalam masjid mencari posisi duduk yang lebih nyaman, ada yang langsung membaringkan badan, “tidur” judulnya. Masih teringat dengan rencana yang kami bicarakan di ruang makan hotel saat sahur tadi. Selepas sholat Subuh aku dan bungsuku akan bertemu suami di lampu hijau, maka kuputuskan untuk tetap berada di dalam masjid bersama bungsuku sedang Ibu dan Atik kembali ke hotel. Kami lalu berpisah disini. Nah sekarang saatnya beranjak dari tempat duduk dan segera menuju ke lampu hijau karena pasti suamiku sudah menunggu disana. Namun keadaan berkata lain, bungsuku minta agak nanti saja karena masih ngantuk. Wah, tak sesuai rencana ini. Bungsuku masih mau tidur. Ya sudahlah... dituruti saja dari pada bete. Tak butuh hitungan menit, dalam beberapa detik bungsuku sudah terlelap, pulas sekali. Sementara menunggui dia tidur, apa yang bisa kukerjakan... banyak! Aku bisa meneruskan bacaan Qur’anku yang masih hanya beberapa lembar, kalau mau Qatam ya harus ngebut mbacanya. Aku juga bisa dzikir sebanyak-banyaknya, sholat sunah atau menulis kisah perjalan umrohku ini sebelum lupa kejadiannya. Jadi ceritanya... kemana-mana aku bawa buku tulis dan pensil. Rasanya sayang tuk melewatkan semua peristiwa, ini bisa jadi kenanganku saat pulang ke tanah air nanti.</p><p> </p><p>Cukup sudah tidur bungsuku, kini saatnya membangunkan. Untuk mengusir rasa kantuk yang masih melekat, maka kuulurkan sebotol air untuk membasuh mukanya. Memang sebotol air ini selalu ada dalam tas tentenganku. Bukan untuk diminum, ini untuk jaga-jaga kalau sewaktu-waktu kami batal wudhu. Kami bisa berwudhu minimalis dengan air ini. Setelah membasuh dan segar lagi, kami segera menuju ke lampu hijau. Setelah melewati jamaah yang begitu banyak dan menyusuri diantara tiang-tiang masjid yang tak terhitung jumlahnya, akhirnya kami sampai di tempat yang kami sepakati “lampu hijau”.</p><p> </p><p>Mata kami mencari-cari diantara kerumunan orang yang lalu lalang. Tak ketemu, memang tak mudah mencari di tempat ini karena ini lalu lintas jamaah setelah mengerjakan towaf dan akan mengerjakan sa’i. Jelas penuh sekali jamaah disini. Baru berhenti sebentar sambil melihat-lihat apa ada suamiku diantara orang yang segini banyaknya, kami sudah disuruh menyingkir. Kami tak diijinkan berdiri lama-lama disini karena akan mengganggu kelancaran gerak jamaah lainnya. Kami terus mencari, tapi tak ketemu. Lalu kubilang ke bungsuku “mungkin Papa sudah pulang karena kelamaan nunggu kita, mungkin dikira kita nggak jadi kesini”. Yah, mungkin saja... itu perkiraan kami. Lalu mau apa sekarang? Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja di dalam masjid, melihat-lihat keadaan sekitar, ke lantai dua terus ke lantai paling atas? Eh dia mengiyakan. “Hayuk dik, berangkat!”</p><p> </p><p>Kami mengayun langkah melihat-lihat keadaan, kalau bisa dan kalau mampu... rasanya ingin sampai keseluruhan penjuru masjid. Itu kalau kami mampu melangkah. Kini kami sampai di lantai teratas dengan menggunakan eskalator. Inginnya menikmati pemandangan dibawah langit langsung, melihat ka’bah dari atas. Kalau kami bisa mengabadikan pasti menyenangkan sekali. Tapi saat kami sampai dilantai teratas, baru saja kami melangkah keluar, langkah kami terhenti oleh teriakan Askar yang sedang berjaga. Kami tak boleh berada disini, kami disuruh turun lagi. Kami berbalik tapi tak juga segera turun. Kulihat sekeliling, memang hanya jamaah laki-laki yang ada disini. Ah, kalau kami ada yang mengantar kesini mungkin dibolehkan. Lalu kulihat ada sepasang suami istri naik eskalator, aku tambah tak segera turun. Ingin kulihat apakah pasangan ini dibolehkan masuk. Kalau sampai diijinkan, nanti kami juga akan minta bapak-bapak mengantar kami. Oh, ternyata mereka tak dibolehkan. Berarti kalau kami diantar juga pasti tak akan diijinkan. Lalu kami turun, keliling-keliling di dalam masjid lagi sambil sesekali berfoto, untuk kenangan. Disalah satu tempat yang kami lihat, ini masih didalam masjid. Ada beberapa sejenis kendaraan terparkir, ada juga yang dikendarai oleh jamaah, yang kulihat saat ini anak-anak dan jamaah perempuan. Sepertinya kendaraan ini disewakan. Mungkin disewakan ke jamaah untuk bisa melihat-lihat seputaran masjid, mungkin saja ya... Kami tak sempat menanyakan ke petugas-petugasnya, walau dengan bahasa isyarat atau bahasa yang kami mampu. Kami melanjutkan melangkah menyusuri masjid.</p><p> </p><p>Lalu kami sampai di tempat khusus jamaah perempuan, tempat yang dibatasi dengan pagar besi krawang. Keadaannya sangat lengang, tak seperti saat sholat subuh tadi. Enak nih kalau masuk sini, kami bisa menggelar dua sajadah dan sholat dengan leluasa gerak. Lokasinya apalagi, dekat pengambilan air zam zam dan ditempat pengambilan air zam zam ini kami bisa wudhu. Wah, pas banget. Lalu kuminta pendapat bungsuku bagaimana kalau kita tak usah kembali ke hotel tapi menunggu saja disini sampai dhuhur mumpung ada tempat kosong. Kalau capek bisa tiduran disini, toh kalau sampai hotel juga ujung-ujungnya tidur. Eh, ternyata bungsuku mau. Ya sudah, kami menggelar sajadah disini, kami bisa dhuha dan tadarus sepuas hati. Sekarang tinggal nunggu saatnya dhuhur, apamasih selengang ini, apa nanti kami masih bisa sholat dengan sujud dan duduk sempurna seperti sekarang?</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-31159418227321036562011-10-03T13:02:00.000+08:002011-10-04T08:57:37.505+08:00Catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-12<h2 class="uiHeaderTitle">Apa tak cukup usaha kami ya?</h2><br /><p>Beberapa kali tak berhasil masuk masjid, tak menyurutkan langkah kami untuk terus berusaha walau dihadang beberapa kendala, kendalanya adalah.... karena kami berangkat mepet waktunya. Hadoh, itu sih bukan kendala yah. Hehehhe.... maklum sih kalau berangkatnya selalu bawa pasukan, ya jadinya selalu tunggu-tungguan. Eh enggak juga ding, kami sudah berusaha berangkat lebih awal kok. Dan kali ini kami juga berangkat lebih awal, persis setelah buka puasa di ruang makan hotel. Masih banyak waktu, karena adzan Isya’nya masih lama. Kami masih cukup waktu untuk mencapai masjid. Lagian kami harus mengisi perut supaya ada tenaga untuk mengikuti sholat tarawih. Kata orang biro juga begitu, kami harus ada tenaga kalau mau ikut sholat tarawih masjidil haram, kalau nggak makan nanti nggak kuat. Sengaja kami pulang selepas sholat maghrib ke hotel karena orang biro sudah menyiapkan menu buka puasa untuk jamaah, sayang kalau tak dinikmati apalagi kami berangkat kan juga sudah termasuk konsumsi sahur dan buka puasa. Namanya pemborosan kalau kami masih cari-cari lagi diluar. Masalah buka puasa selesai, saatnya bercerita bagaimana kami berangkat ke masjid, berjuang mencari tempat untuk sholat Isya’ dan tarawih.</p><p> </p><p>Ceritanya... Usai buka puasa kami langsung berangkat, kami susuri jalan disamping hotel lurus ke arah masjid. Kondisi masih saja seperti waktu kami berangkat di siang dan sore hari tadi. Tetap padat manusia, eh.. lebih padat dari sore tadi. Wah, alamat tak akan bisa masuk lagi. Tapi tetep semangat empat lima dong untuk bisa masuk.</p><p> </p><p>Petugas keamanan masjid yang biasa dipanggil Askar sudah berjaga-jaga didepan halaman masjid, di depan halaman masjid lho... bukan di depan pintu masjid. Mereka memantau situasi, siap dengan tiang-tiang pembatas, siap membentangkan rantai agar tak ada yang bisa masuk lagi. Kalau rantai sudah terbentang berarti jamaah yang sudah berdiri didepan halaman masjid harus membelokkan langkah kekanan atau kekiri atau ya berhenti di jalan dan membentuk shaf disitu karena masjid maupun halaman sudah tak bisa menampung lagi.</p><p> </p><p>Alhamdulillah, saat kami sampai di depan halaman kami masih bisa masuk, masih ada kemungkinan kami mendapatkan tempat di dalam masjid. Kini langkah kami sudah berbaur di jalur menuju masjid bersama ratusan.. ribuan.. jutaan.. jamaah yang juga sedang berusaha masuk masjid. Tadinya lancar-lancar saja kami melangkah, tapi semakin lebih kedalam semakin susah bergerak. Terdorong..., terhimpit..., terjebak macet langkah manusia..., itulah kondisinya. Belum lagi kami harus menyelamatkan tas yang kami cangklongkan di bahu. Isi tasnya? Gak banyak tapi cukup penting, ada Alas sholat, Qur’an, kaca mata, dompet, bekal minum, dan tas untuk menyimpan sandal. Saat kami masih dalam barisan yang berdesak-desakan, adzan Isya’ berkumandang. Waduh, gimana ini, lanjutkah? Kami terus berusaha maju diantara himpitan manusia yang besar-besar badannya. Orang mana toh ini kok besar-besar banget badannya, kuat-kuat lagi. Hayuk maju terus... maju terus... Sementara itu udara disekitar semakin panas oleh sesaknya manusia yang semakin ingin cepat sampai ke dalam masjid tapi tak juga sampai. Terdorong dari belakang, tapi tak bisa maju. Benar-benar terjebak di barisan. Maju selangkah susahnya minta ampun, mundur apalagi. Ingin rasanya keluar barisan ke samping terus ikutan duduk bergabung dengan jamaah yang sudah duduk... Ah, boro-boro, shafnya sudah padat, mereka juga sudah berhimpit-himpitan. Tak ada celah keluar barisan, bener-bener terjebak deh.</p><p> </p><p>Keringat kami semakin deras bercucuran. Lalu... Iqomah terdengar, seketika barisan yang padatnya tak ukuran langsung membentuk shaf. Wah, kami juga dong, buru-buru menggelar sajadah. Alhamdulillah, kok ya bisa juga ya walau saat sujud kami harus mencari tempat disela-sela kaki. Ajaib!</p><p> </p><p>Selepas salam kami harus langsung berdiri kalau nggak mau ketabrak sebegitu banyaknya manusia. Secara ini jalan menuju pintu masjid yang dipaksa menjadi shaf sholat. Meneruskan masuk ke masjid sepertinya tak mungkin lagi, kalah otot sama yang besar-besar. Maju selangkah susahnya bukan main apalagi ngelewatin. Di dalam pasti sudah penuh sesak. Meski penasaran ingin tahu suasana tarawih di dalam masjid, tapi ya bagaimana lagi, keadaan tak memungkinkan.</p><p> </p><p>Untung kami bisa keluar dari jalur, tinggal sekarang mencari beberapa tempat kosong untuk menggelar sajadah. Berjalan melompati orang-orang yang duduk, memutar lagi, mencari tempat lagi, tak ada yang kosong. Akhirnya kami sampai di Grand zam zam. Ha! Grand zam zam lagi! Sepertinya hari pertama kami di mekah memang jatahnya di Grand zam zam, paling banter di halaman masjid. Memang untuk masuk ke masjid benar-benar butuh perjuangan ekstra, yang kami lakukan selama ini sepertinya masih jauh dari cukup membantu. Ya... besok berusaha lebih keras lagi dan datang lebih awal lagi. Semoga kami cepat bisa merasakan sholat di dalam masjid, iya semoga.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-22925011010563756482011-10-01T10:41:00.000+08:002011-10-01T16:48:56.383+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhon kami-11<h2 class="uiHeaderTitle">Menjalani hari pertama di Mekah</h2><br /><p>Minggu 21 Agustus 2011. Rasanya baru saja membaringkan dan meluruskan badan sambil menarik selimut sampai menutup kepala karena menahan dinginnya AC kamar yang dinyalakan bungsuku. Brrrr! Apa nggak bisa dikecilin ya ACnya? Rasanya juga baru saja terlelap, karena meski sudah diusahakan tidur secepatnya dengan memejamkan mata tapi tetap saja di kepala dan hati masih terus dipenuhi keinginan. Tapi suara ketuk-ketuk pintu sambil bersuara “Ayo kemasjid, sudah hampir dhuhur” membuyarkan semua kenikmatan sesaat ini. Kami melipat selimut lagi dan mulai bersiap-siap. Kami bergantian mengantri mandi antara aku, Ibu dan bungsuku, secara terakhir mandi kan waktu mau berangkat ke Bir Ali kemarin, waktu mandi wajib umroh. Lagi-lagi Atik belum bisa ikut kami ke masjid, masih dalam kondisi yang sama. Moga saja cepat selesai dan bisa segera bergabung dengan kami, bersama-sama menyusuri jalan menuju masjid, melihat begitu banyaknya jamaah baik di sepanjang jalan, di selasar-selasar hotel sampai di halaman masjid dan didalam masjid sendiri. Bisa segera mengunjungi Ka’bah, towaf, sa’i lalu tahalul, dan terbebaslah dari larangan ihrom.</p><p> </p><p>Kami sampai di lobby hotel, eh iya nama hotel kami Baity Bakkah, letaknya dibelakang Hilton. Ya nggak dibelakangnya persis sih, masih harus melewati jembatan layang yang belum jadi dan dua bangunan besar. Paling tidak kalau dilihat dari halaman masjid kearah Hilton masih keliatanlah bangunan Baity Bakkah dan tulisan besar dipuncak gedungnya. Hotelnya tak menghadap jalan karena sepanjang jalan dipenuhi kios yang buka sepanjang hari. Kios ini hanya tutup saat sholat tiba, itupun juga ditutup sekena-kenanya yang penting orang tahu kalau pemiliknya sedang tidak bisa melayani pembeli.</p><p> </p><p>Kami buka pintu keluar lobby hotel. Wuss! Udara panas langsung menerpa wajah, seperti buka oven saja. Padahal kami belum sampai keluar ruangan. Kalau nggak ingat tujuan, sudah kami tutup lagi pintunya dan balik ke kamar. Memang tak boleh hanya sekedar niat ya. Tapi tekat, semangat, kemauan dan kesehatan harus jalan seimbang. Kami jalan dibawah terik matahari. Kalau teman di face book bilang mataharinya ada tiga, kali ini mungkin mataharinya ada sepuluh saking panasnya. Berkeringat saja tak sempat saking sudah langsung menguap. Jamaah begitu banyak datang dari arah yang lebih jauh dari tempat kami menginap. Kalau mereka kuat berpanas-panas menuju masjid, masak kami harus menyerah. Apalagi melihat jamaah yang sudah tua-tua dan gemuk-gemuk itu. Membawa badan saja mungkin berat, ini ditambah lagi jalan dibawah payung matahari yang sebentar lagi pas ditengah-tengah atas kepala. Inilah tantangan hari pertama di Mekah. Mampu nggak langkah kami sampai ke masjid.</p><p> </p><p>Belum juga sampai halaman masjid, kami putuskan belok arah ke grand zam zam karena melihat begitu banyaknya manusia berjubel memadati halaman masjid. Ada yang sudah duduk dihalaman masjid, duh... mandi matahari mereka, kuat sekali. Ada yang terus berjalan ke pintu-pintu masjid mencoba untuk tetap masuk walau kondisi sangat berdesak-desakan. Wah, langkah kami kalah lebar dari mereka, kalau mereka jalan cepat kami seperti berlari. Ngos-ngosan yang ada. Tempat untuk jamaah perempuan terbatas, sempit untuk ukuran banyaknya jamaah, sekarang pakai pembatas pagar besi. Jamaah tak bisa berbaur seperti dulu. Pasti mereka dapat tempat duluan.</p><p> </p><p>Lobby grand zam zam juga tak kalah padatnya, shaf-shaf sudah terbentuk. Kami menggelar sajadah menyambung shaf yang sudah ada. Meski dalam hati ingin rasanya sajadah kami tergelar di dalam masjid, namun apa daya. Lain kali ditebus dan semoga bisa masuk masjid. Amin.</p><p> </p><p>Usai sholat dhuhur kami segera berkemas, kalau tidak petugas keamanan Grand zam zam akan mengusir jamaah yang masih duduk. Tak boleh ada yang duduk-duduk di area pertokoan ini. Iya juga sih, mengganggu pemandangan. Tapi nggak mau dong diusir-usir, emang kami apaan. Kami segera mengemasi perlengkapan sholat dan balik ke hotel menunggu saat sholat ashar tiba.</p><p> </p><p>Terulang lagi deh kejadian dhuhur tadi. Saat kami baru keluar gang, kami sudah disambut jamaah yang rasanya tiada henti datang. Sepertinya tak akan dapat tempat lagi nih di dalam masjid untuk sholat ashar. Ini resiko kalau berangkat terlalu dekat waktu adzan. Walau jarak hotel dengan masjid dekat, pasti kalah cepat dengan jamaah yang datang duluan. Membawa remaja memang harus banyak toleran, dikencengin dikit takut nanti malah mogok nggak mau berangkat ke masjid. Kami kan mau mengenalkan dan memunculkan rasa cintanya beribadah, ya harus sabar-sabar nunggu dianya siap. Yang penting mau berangkat sholat berjamaah ke masjid, walaupun nanti entah dapat tempatnya dimana. Syukur-syukur bisa masuk masjid.</p><p> </p><p>Benar kan..., kami kembali belok ke Grand zam zam, berbaur dengan jamaah yang sudah mengatur shaf lebih dulu. Kami coba lebih kedepan lagi, Alhamdulillah masih ada tempat. Kami menggelar sajadah dan duduk sampai adzan dikumandangkan, lalu iqomah. Kami berjamaah mengikuti imam masjidil haram. Lumayan, sudah lebih maju shaf kami kan, semoga kami segera bisa masuk ke masjid. Amin.</p><p> </p><p>Usai sholat asharpun kami segera mengemasi perlengkapan sholat kalau tidak mau diusir. Terus mau ngapain ya? Mau jalan-jalan di mallnya? Ah, mending pulang ke hotel saja, istirahat dan mengumpulkan tenaga supaya nanti malam bisa ikut sholat tarawih. Dengar-dengar sholat tarawihnya baca suratnya panjang dan dua puluh rakaat pula.</p><p> </p><p>Dua kali tak mendapat tempat di dalam masjid, dhuhur dan ashar. Masak sih kali ini kami tetep akan berada di Grand zam zam. Kami lalu berangkat satu setengah jam lebih awal. Berjalan lurus ke arah masjid hingga memasuki halaman masjid yang berlantai marmer putih, menembus lautan manusia. Belum juga sampai di depan pintu, ternyata memang susah sekali melewatinya. Kami berdesak-desakan, diantara jamaah perempuan dan pria yang besar-besar. Tenaganya bok... kuat sekali menggeser langkah kami. Apalagi mereka suka datangnya satu rombongan dan susah dipisahkan. Disisi kanan kiri banyak jamaah duduk menunggu bedug magrib tiba. Gak jadi masuk masjid lagi akhirnya. Kami berangsur-angsur bergeser ke tempat yang lebih leluasa bergerak. Akhirnya dapatlah satu tempat. Saat sajadah kugelar dan duduk diatasnya. Wadow... masih panas lantainya sampai menembus sajadah. Aku berdiri lagi, memandang ke Ibu dan bungsuku. Pindah? Kemana?</p><p> </p><p>Yang paling dekat dari kami berdiri ya Grand zam zam. Lalu kami jalan ke Grand zam zam dari arah depan dan mengambil tempat diluar bangunan. Baru beberapa menit duduk sudah tak kuat menahan hawa panas. Padahal kami duduk sudah terlindung dari tingginya gedung, benar-benar panas hari ini. Hebatnya, jamaah yang duduk dibawah langit langsung, masih terkena matahari sore ini tetap bertahan ditempat. Dari negara mana saja sih mereka itu? Tak takut dehidrasi ya? Sekali-sekali terlihat mereka mengguyurkan air ke kepala mengurangi panas. Tak kuat menahan panas, kami masuk ke bangunan grand zam zam yang ber AC, kami duduk dekat pintu masuk. Angin yang berhembus membawa hawa panas, sekali-sekali masih terasa. Wuih, ACnya tak mempan. Ibu lalu bilang kalau sebenarnya di dinding masjid ada alat pengukur suhu udara, jadi bisa tahu berapa panasnya hari ini. Cuma disebelah mana ya alatnya, yang kami lihat cuma jam digital yang memberi tahu kami sekarang sudah jam 18.00, masih empat puluh lima menit lagi adzan maghribnya.</p><p> </p><p>Menit-menit dari jam digital bisa kami lihat jelas, sebentar lagi sudah hampir buka puasa. Kami mulai menyiapkan bekal buka puasa, demikian juga jamaah disekeliling kami. Lalu adzan berkumandang, kami baca doa buka puasa dan segera menyantap bekal buka puasa yang kami bawa. Alhamdulillah, cles... basah sudah kerongkongan kami dan perut yang kosong... sekarang sudah terganjal sedikit. Sengaja kami tidak bawa bekal banyak, paling air putih dan beberapa butir kurma karena selesai sholat maghrib kami balik lagi ke hotel untuk buka puasa bersama jamaah lain.</p><p> </p><p>Hafal sudah jalan yang kami lewati, jadi kami tak terlalu khawatir jika sampai terpisah diantara ribuan manusia. Ingin rasanya cepat sampai kamar dan mengguyur seluruh badan supaya badan kembali segar. Udaranya masih menyisakan hawa panas meski sudah lewat maghrib. Baru tahu setelah kami ngobrol-ngobrol di hotel, panas hari ini mencapai 54 derajat. Pantas saja.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-25480738708364302232011-09-30T01:19:00.002+08:002011-10-01T16:39:42.575+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-10<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><p>Alhamdulillah, selesai sudah rangkaian ibadah umroh kami<br /></p><p> </p><p>Sudah beberapa jam kami berada didalam bus yang melaju di jalan raya, pinggang terasa pegal sekali, beberapa kali menggeliat dan mencari posisi nyaman. Tak juga mengurangi kepenatan. Menyelonjorkan kaki dibawah tempat duduk didepan kami juga kurang nyaman karena tak bisa lurus karena didalam kolong ada tas jinjing kami. Serba salah, duduk terus... panas dipantat, pinggang cemut-cemut, berdiri... nggak mungkin lah, secara busnya kencang banget, ini membahayakan diri namanya. Sopir bus lalu mengambil arah belok ke kanan ke jalan tol katanya supaya lebih cepat sampai dan terhindar dari kemacetan. Alhamdulillah... akhirnya kami sudah hampir memasuki kota Mekah. Ini tahunya juga karena Pak Helmy mengumumkan dengan pengeras suara lalu memimpin doa masuk kota Mekah.</p><p> </p><p>Kota mekah, dengan begitu banyak keutamaan yang dimilikinya, diantaranya: Allah telah memilihnya sebagai tempat dibangunnya rumah Allah (Baitullah), juga sebagai kota kelahiran dan kenabian Muhammad Rasulullah. Selain itu sebagai tempat yang dijadikan Allah sebagai Tanah Suci yang aman yang tidak boleh ada pertumpahan darah dan tempat yang dimaksudkan untuk menghapus dosa-dosa. Begitu juga sebagai tempat yang Allah mensyariatkan kepada manusia untuk bertawaf di <em>Ka’bah,</em> juga sebagai tempat yang Allah mewajibkan bagi orang-orang yang mampu untuk mengunjunginya. Masih ada lagi, sebagai tempat dimana tidak ada sejengkal bumi pun yang Allah wajibkan hamba-hamba-Nya untuk menghadap & melambaikan tangan kecuali kepada <em>Ka’bah, Hajar aswad, dan Rukun</em> <em>yamani</em>, serta sebagai tempat di mana orang sholat di dalamnya maka pahalanya akan dilipatgandakan 100.000 dari sholat ditempat lain. Dan masih banyak lagi keutamaan kota Mekah. Subhanallah.</p><p> </p><p>Tepat jam 02.00, sudah masuk hari Minggu. Bus merapat dipinggir jalan. Entah apa nama jalannya, jika lurus saja akan sampai ke masjidil haram, sebelah kanan dan kiri jalan adalah Grand zam zam dan Hilton. Kami bertujuh turun disini dengan tas-tas tentengan kami, sedang kopor-kopor kami akan diurus sesudahnya oleh biro. Eh ada orang lain gak yah yang juga turun sini tadi? Kok kami kurang memperhatikan. Yang jelas ada Pak Galih dari biro yang menunjukkan jalan sampai hotel. Sedang jamaah lainnya yang satu bus dengan kami melanjutkan perjalanan menuju apartemen. Kami memang berbeda tempat menginapnya meskipun dari satu biro. Mereka mengikuti program umroh yang satu bulan, sedang kami hanya ikut yang di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Kami harus jalan untuk sampai ke hotel karena bus tak mungkin lagi lebih masuk , jalan sudah di blok, didepan sudah padat jamaah dan kendaraan harus balik arah. Sampai di hotel kami tidak langsung ke kamar tapi diarahkan ke ruang makan, turun satu lantai dari lobby. Sengaja kami menuruni tangga karena mengandalkan lif lebih lama, harus ngantri dengan sesama jamaah. Lawong cuma satu lantai saja kok, ya nggak papa toh. Katanya ini makan malam. Wah, kalau sudah jam dua gini ya bukan makan malam lagi, ini sekalian sahur saja supaya bisa segera istirahat dan bisa segera mengurus diri untuk bisa lanjut ke masjidil haram.</p><p> </p><p>Saat yang ditunggu tiba, berenam kami turun kelobby sedang Atik tidak ikut. Meski sudah berihrom dan niat umroh, dia harus menundanya karena masih berhalangan. Di lobby sudah menunggu Pak Achmat pemandu kami dan dua orang jamaah lengkap dengan pakaian ihrom. Kami segera berangkat ke masjid. Sepanjang jalan menuju masjid sudah penuh jamaah baik yang searah dengan kami menuju masjid maupun yang berlawanan. Kami terus melangkah mengikuti yang didepan sambil sekali-kali melihat kebelakang, jangan sampai rombongan kecil kami ada yang terlepas, atau tertinggal apalagi sampai tak kelihatan.</p><p> </p><p>Puji syukur yang tak terkirakan kami panjatkan untukmu ya Allah, kini tinggal beberapa langkah lagi kami akan menuju masjidmu yang agung. Dinding-dinding megah berwarna abu-abu telah nampak jelas dihadapan kami. Tak sabar ingin segera menginjakkan kaki dan memasuki pintu gerbangnya. Kami lalu menuju ke pintu nomor satu, pintu King Abdul Aziz. Kami lintasi tiang-tiang kokoh yang jumlahnya tak terhitung. Dada berdegup tak percaya kalau telah menginjak lantai masjid. Ya Allah, benar-benar saat ini telah sampai langkah kami di masjid yang agung, masjid yang dirindukan setiap muslim. Kami lalu berjalan lagi lebih kedalam sampai ke anak tangga, aku memandang ke bangunan persegi yang terbalut kain hitam. Tak hanya aku yang memandang, kami semua memandangi bangunan kubus itu. Ya Allah, inilah saat yang tepat mengobati kerinduan yang telah lama terpendam. Kulihat ribuan manusia yang sedang bertawaf memutarinya dan pasti mereka tenggelam dalam doa-doa terbaiknya. Kami lalu memanjatkan doa bersama-sama dipimpin Pak Achmad sambil terus menghadap ka’bah. Kemudian kami menuruni tangga dan berjalan, berusaha mendekati ka’bah dengan cara ikut berputar mengikuti arus bersama orang-orang yang sedang towaf. Sampai di garis sejajar dengan Hajar Aswad kami memulai towaf. Kami mengangkat tangan ke arah Hajar Aswad sambil membaca “Bismillahi Allahu Akbar” lalu mencium tangan kami. Kami berdoa mengikuti doa yang dibaca Pak Achmad sambil terus melangkah memutari ka’bah. Jamaah begitu banyak disekeliling kami, semua menyerukan doa, hingga pendengaranku, mungkin juga yang lain campur aduk antara doa yang dibaca Pak Achmad dengan doa yang dibaca jamaah disekeliling kami, karena tiap kali Pak Achmad membaca doa kami tak bisa mengikuti bacaan seutuhnya. Akhirnya kuputuskan untuk membaca doa sendiri saja, aku kan bawa bukunya jadi aku bisa membacanya dan memanjatkan doa-doa lain semampuku, banyak-banyak istighfar dan dzikir.</p><p> </p><p>Alhamdulillahirobbil’alamin, tujuh putaran towaf telah selesai kami kerjakan. Walau baju kami basah karena keringat dan telapak kaki kami terasa panas, tapi tak menyurutkan langkah kami untuk segera mengerjakan rukun selanjutnya. Kami segera menuju ketempat sa’i, tapi sebelumnya kami mampir dulu di tempat zam-zam sebelum adzan subuh berkumandang. Kami minum dan sedikit mengguyur muka kami agar lebih segar. Rombongan yang tadinya bersepuluh telah terpecah-pecah karena keadaan. Pertama saat towaf. Kami harus berpisah dengan Bapak karena beliau batal, Bapak harus mengambil wudhu lagi. Terpaksa harus meninggalkan tempat towaf sedang kami tetap meneruskan towaf. Kemudian saat kami ditempat zam-zam, saat sedang minum kami (aku, Ibu dan bungsuku) sudah disuruh meninggalkan tempat tersebut oleh askar-askar karena sebentar ladi masuk waktu subuh. Sudah tidak boleh ada jamaah perempuan ditempat itu. Terpaksa kami meninggalkan rombongan dan langsung menuju ke bukit sofa untuk memulai sa’i.</p><p> </p><p>Doa kami panjatkan sebelum melangkah, tangan kami terangkat ke arah Hajar Aswad sambil berucap “Bismillahi Allahu Akbar”. Mengingat jarak yang akan kami tempuh cukup jauh, dari bukit Sofa ke bukit Marwa kurang lebih 400 m dan kami harus bolak-balik sebanyak 7 kali, maka kami melangkah setengah pelan apalagi kami dalam keadaan puasa. Kami harus bisa mengukur kemampuan kami. Inipun juga sudah bercucuran keringat, apalagi kami baru saja menyelesaikan towaf dan langsung sa’i. Baru selesai satu setengah, bungsuku mengeluh mau buang air kecil.</p><p> </p><p>“Waduh entar ya dik ya, bisa diempet kan... udah mau nyampai di bukit Sofa kok, habis itu kita langsung ke kamar mandi”.</p><p> </p><p>Pergi ke kamar mandi sama bungsuku berarti harus meninggalkan Ibu sendirian di tempat sa’i, duh gimana ini? Tapi ternyata ibu ambil keputusan menunda menyelesaikan sa’inya dan ikut mengantar kami.</p><p> </p><p>Bangunan toilet dengan papan berukuran besar bergambar orang bercadar menandakan itu toilet perempuan sudah kelihatan, sementara itu Adzan subuh sudah terdengar. Wah, bakalan nggak dapet sholat subuh berjamaah nih karena kelihatannya banyak juga orang yang menuju toilet. Ibu memutuskan tak melanjutkan ke kamar mandi, selain kamar mandinya sudah dekat dan sudah kelihatan dan sebentar lagi sholat subuh dimulai, maka ibu memilih mencari tempat, bergabung dengan shaf perempuan untuk sholat berjamaah. Kami janjian akan bertemu lagi di tempat yang kami tandai. Benar saja, setelah kami keluar toilet ternyata sholat subuh sudah selesai. Jamaah sudah pada berdiri dan berhambur. Mencari ibu kok ya sulit ya diantara orang lalu lalang, padahal tadi sudah janjian yang kami tandai. Mungkin karena tergeser dari jamaah lain atau pandangan yang terhalang jamaah menjadikan tak mudah menemukan Ibu. Untung saja kami mengenakan mukena yang mudah dikenali walau dari jarak jauh. Saat jamaah tergeser kami bisa langsung melihatnya. Akhirnya kami kembali bersama lagi. Namun kali ini aku dan bungsuku harus sholat subuh dulu. Nah... ini yang susah nyari tempatnya. Kalau dihalaman ini rasanya nggak mungkin lagi untuk sholat karena jamaah sudah mulai lalu lalang. Kami kembali masuk ke masjid, ke bukit Sofa dan mengerjakan sholat subuh disana kemudian melanjutkan mengerjakan sa’i yang tertunda, masih kurang lima.</p><p> </p><p>Akhirnya selesai sudah kami mengerjakan sai, kini saatnya tahalul memotong paling sedikit tiga helai rambut, memotong lhoh ya... bukan mencabut. Nah itu dia, kami tak bawa peralatan untuk potong rambut. Mau potong pakai apa nih atau pinjam siapa ya? E... kok ya tiba-tiba aja ada yang menyodorkan gunting ke Ibu. Kemudian Ibu memotong rambutnya lalu memotong rambutku dan bungsuku... aku yang memotongnya. Selesai sudah rangkaian ibadah umroh kami. Alhamdulillahirrohmanirrohim. Kamipun kembali ke hotel, istirahat, nanti siang kembali ke masjid untuk sholat dhuhur berjamaah. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kekuatan pada kami untuk mengunjungi masjid sampai hari terakhir kami di Mekah. Amin Allahumma Amin.</p></div></div>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-57761093879419263622011-09-27T01:26:00.004+08:002011-10-01T16:40:06.575+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-9<p><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Setiap langkah, sayang untuk tak mengabadikannya</span><br /></p><p> </p><br /><p>Masih dihari yang sama, Sabtu 20 Agustus 2011. Saat ini jamaah sudah berada di bus. Kembali orang biro mencacah jiwa, menghitung kelengkapan jumlah jamaah yang akan dibawanya ke Mekah. Jangan sampai ada yang ketinggalan di Bir Ali ya... Kemudian dengan dipandu Pak Helmy, kami kembali mengikrarkan niat umroh. Selanjutnya gema talbiyah serempak meluncur dari bibir-bibir kami “Labbaik Allaahumma Labbaik, Labbaika Laa syariikalaka Labbaik, Innal Hamda, Wannikmata, Lakawalmulk, Laa Syariikalah”. Kami berharap sepanjang perjalanan dapat melantunkan talbiyah dengan suara yang mampu kami dengar meski pelan sekali, namun apa daya... Karena puasa, lama-lama kami tak bersuara lagi, hanya bibir yang tetap bergerak. Lala-lama bibirpun tak mampu lagi digerakkan, capek... tapi Alhamdulillah dalam hati kami masih diberikan kekuatan untuk melantunkannya. Iya... kami melantunkannya dalam hati. Tidak apa-apa, Pak Helmy juga bilang begitu kok,</p><p> </p><p>“Tidak apa-apa kalau capek menyuarakannya, dibatin juga tidak apa-apa... yang penting masih terus bertalbiyah hingga jika kita sampai ketiduranpun masih terhitung ibadah, sebaiknya hindari ngobrol ngalor ngidul yang tak bermanfaat dan tak bernilai ibadah. Yang lebih menggembirakan lagi, umroh dibulan Ramadhan ini pahalanya sama dengan haji bersama Rosulullah, pastinya kita semua tak akan menyia-nyiakan waktu yang ada ”.</p><p> </p><p> Massya Allah.... Terbayang bagaimana Rasulullah bersama kami, lalu mendampingi perjalanan thawaf dan sa’i kami. Subhanallah... betapa nikmatnya.</p><p> </p><p>Saat mesin bus dinyalakan, aku mulai berpikir, masih sama seperti tadi tidak ya mengemudikannya. Lalu bus bergerak, ah... masih sama. Tapi setelah keluar dari tempat parkir dan meninggalkannya, nah... sudah mulai enak nih nyetirnya. Eh, baru tersadar kalau aku ternyata baru sekali ini ke Bir Ali. Dulu sewaktu kami berhaji (aku dan suami) sudah berihrom di pesawat, kemudian waktu melakukan umroh sunah kami melakukan ihram dari Taneem. Tapi kenapa tak terpikir untuk mengabadikan suasana Bir Ali ya. Mungkin karena kami sudah berihram jadi sudah disibukkan dengan urusan umroh, atau mungkin karena kami sibuk mencari Atik yang terpisah dari rombongan kecil kami. Ah, padahal sebenarnya setiap kaki ini langkah sayang kalau tak diabadikan. Tapi perjalanan tak bisa diulang, karena semua jamaah sudah berada di bus dan bus siap menuju Mekah. Semoga lain waktu kami bisa mengunjunginya lagi. Amin Allahumma Almin.</p><p> </p><p>Kulihat jam yang melingkar di tanganku, waktu menunjukkan pukul 18.30 saat bus berangkat. Ini masih belum saatnya buka puasa, masih setengah jam lagi kami menunggu. Air mineral kemasan botol dan nasi kotak telah dibagikan satu-satu, mau tahu isi kotakannya... Nasi putih yang lumayan mengenyangkan kalau dimakan sendiri, ayam goreng sepotong , cumi bumbu merah yang dipotong kecil-kecil, krupuk dan lalapan timun plus selada. Sedap ya? Hmm... kalau puasa, mbok apapun yang dihidangkan pasti menggugah selera. Apalagi bungsuku punya sebotol minuman bersoda, dingin lagi. Pasti tambah menyegarkan yah buka puasa kali ini, haiyah... nggak takut batuk apa. Hehehe... berat kerongkongan nih sepertinya dari pada mikirin batuknya.</p><p> </p><p>Lebih dari dua jam kami meninggalkan Bir Ali, bus melaju dengan kecepatan tinggi. Sepertinya ini karena kondisi jalan yang lebar, mulus dan lurus-lurus saja. Meski banyak pemakai jalan, dari sedan sampai kendaraan besar seperti truk tapi semua laju saja sehingga sopir bisa mengendalikan bus dengan baik, tak seperti saat berangkat dari hotel ke Bir Ali yang penuh dengan perjuangan menahan mabuk. Entah sudah berapa ratus kilo meter ya yang kami tempuh dan ini masih berapa ratus kilo meter lagi ya sisanya. Buta posisi, benar-benar tak tahu ada dimana saat ini tapi yang jelas kami masih harus berjam-jam lagi dalam kendaraan. Huff... capeknya...</p><p> </p><p>Disaat rasa kantuk yang mulai menyerang, Pak Helmy dengan pengeras suara menyampaikan bahwa baru saja Dinas Pemadam Kebakaran di Mekah menghubunginya via handphone. Katanya untuk saat ini kendaraan yang menuju Mekah tidak bisa masuk. Jalan ditutup untuk semua kendaraan karena jalan saat ini sudah penuh dengan jamaah yang sedang melaksanakan sholat tarawih. Wow! Amazing! Tak terbayang seberapa banyak jamaah yang ada. Tapi yang dimaksud ini jalan mana ya? Jalan di depan hotel? Weh, hotelnya sebelah mananya masjid ya kok sampai nggak bisa mendekati hotel. Dikatakan lagi bahwa bus baru bisa masuk setelah tarawih selesai jadi sebaiknya jamaah sholat Magrib dan Isya’ diperjalanan saja karena diperkirakan sholat tarawih baru selesai sekitar jam sebelas, jadi bus baru bisa bergerak maju menuju penginapan setelah jam sebelas. Wow! Akan sampai jam berapa ya kami nanti.</p><p> </p><p>Akhirnya kami sampai ditempat yang sangat luas, sejurus mata memandang sepertinya padang pasir, tapi ini tidak jelas karena suasanya gelap, tak ada lampu yang menerangi walau sedikit. Bulan juga sedang tak purnama. Apa ya nama daerahnya? Haduh kok yo lupa namanya, lupa nggak kucatat lagi. Bus lalu masuk ke area ini terus maju kedepan. Ada sebuah masjid yang cukup besar, ternyata bus kami masuk di area parkir. halaman parkir ini luas sekali, tak ada tanda dimana harus memarkir mobil karena semua pasir. Jadi bebas saja memposisikan bus. Akhirnya sampai dibatas terdekat dengan masjid, bus berhenti. Menitik keadaannya, sepertinya tempat ini sebagai salah satu alternatif untuk persinggahan jamaah sebelum sampai Mekah. Sayang tempatnya gelap dan sepi, sepertinya juga kurang terawat (eh kurang terawat apa sedang renovasi yah?) hehehe... tak bisa membedakan karena gelap. Dan lagi tak ada penjaganya, jadi agak-agak takut untuk turun sendiri. Cari teman ah.... ya.. ya.. cari teman, siapa lagi kalau bukan bungsuku, hehehhe.... Kami masuk ke area masjid dengan hati-hati karena masih kondisi berpasir. Takutnya ada genangan atau ada kotoran, moga-moga kami tidak terperosok. Apa memang sedang ada pemugaran ya?</p><p> </p><p>Kami lihat fasilitas kamar mandi khusus perempuan ini kurang diperhatikan. Maaf, ini kesimpulan sesaat waktu melihat kondisi kamar mandi dan tempat berwudhu perempuan. Tak terlihat ada petugas kebersihan. Harus hati-hati sekali nih memanfaatkan fasilitas yang ada, jangan sampai malah terkena najis. Ingat kondisi kami sedang berihrom jadi tidak mudah untuk berganti pakaian dengan keadaan seperti ini. Tapi yang penting akhirnya kami bisa besuci, wudhu dan mengerjakan sholat Magrib dan Isya’ dengan dijamak Takhir. Semoga Allah memaklumi kekurangan kami dalam bersuci tadi dan semoga Allah tetap menerima sholat kami. Amin. Setelah itu kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan ke Mekah.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-35184689924516649102011-09-25T15:59:00.005+08:002011-10-01T16:40:25.566+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-8<div class="mbl notesBlogText clearfix"><div><p><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Kemana ya Adikku?</span><br /></p><p> </p><br /><p>Bus yang membuat perut terkocok-kocok dari mulai berangkat dan menelan korban satu orang mabuk kendaraan, harus terhoek-hoek yaitu Atik adikku, akhirnya parkir juga. Alhamdulillah... meskipun ini juga parkirnya butuh perjuangan karena harus ngantri dari begitu banyaknya bus yang juga mau parkir, semua ingin lebih dekat ke masjid. Nah ini dia yang bikin tambah mual, karena supirnya super-super- super nggak enak. Tiap kali maju sedikit langsung jret ngerem mendadak, tiap kali mundur juga begitu. Weh, lha pinter banget permainan gas remnya. Tobil.... tobil....</p><p> </p><p>Tapi syukurlah, akhirnya kami turun juga dari bus yang memabukkan. Lega bisa menghirup udara bebas meski kondisi udara saat ini begitu panas dan kering, eh... padahal ini sudah jam empatan lho. Kini saatnya menitik situasi dimana bus kami parkir, disebelah mananya masjid dan disisi parkir mana agar setelah kami keluar dari masjid nanti tidak kebingungan mencarinya. Bus kami warna keseluruhannya abu-abu dengan polesan ungu sedikit dibagian sisi depan dan di kaca depan sebelah kanan ada tulisan “BUS 2”, yah... diingat-ingat ya... jangan sampai lupa jalan dan busnya. Kami berjalan beberapa langkah dari bus, disebelah kanan ada kios temporer yang menjual barang-barang kebutuhan umroh, ada sandal, kain ihrom untuk bapak-bapak, sabuk, gunting, dan masih banyak lagi. Setelah itu barulah kami sampai ke bangunan atau tembok masjid. Sekali lagi kami menoleh ke bus, semoga saja kami tak susah mencarinya nanti.</p><p> </p><p>“Bapak-Ibu, kita jalan ke sebelah sini ya, disini pintu masuknya” teriak salah satu pembimbing, entah siapa.</p><p> </p><p>Kami satu rombongan lalu berjalan mengikuti pembimbing yang sudah berjalan di depan, tentunya tetap sambil melihat situasi dan mengingat-ingat tempatnya. Kalau dilihat dari parkirnya bus berarti kami berjalan ke arah sebelah kiri bus. Nah, kini kami telah sampai, saatnya melewati pintu gerbang masjid.</p><p> </p><p>“Ibu-ibu, kalau mau wudhu atau ke kamar mandi silahkan, tempatnya ada disebelah kanan khusus untuk jamaah wanita”</p><p> </p><p>Kamipun mengikuti arahannya, ke sebelah kanan untuk wudhu kemudian masuk ke masjid untuk sholat sunah dan berniat umroh. Butuh waktu sebentar saja mengerjakan semua itu, kurang lebih sepuluh sampai lima belas menit. Kami lihat sekeliling ruang masjid diantara orang-orang yang sedang sholat. Atik adikku tak ada disini, mungkin masih dikamar mandi. Ganti pakaian atau membersihkan diri dari kena muntahan, mungkin saja ya. Kami bertiga (aku, Ibu dan Bungsuku) lalu keluar masjid dan kembali ke sisi masjid yang berdekatan dengan keluar masuknya jamaah dari kamar mandi menuju masjid. Siapapun yang meninggalkan kamar mandi dan menuju masjid bisa terlihat dari sini.</p><p> </p><p>Menit demi menit berlalu. Tiap jamaah yang keluar bergerombol dari kamar mandi kami teliti apa ada adikku diantara mereka, tapi kok tidak ada ya, kemana dianya. Kami terus saja duduk menunggu, padahal kalau menurut waktu yang diminta dari biro, kami hanya diberi waktu dua puluh menit saja, lha ini sudah setengah jam lebih. Kemana dikau Tik?</p><p> </p><p>Sementara itu bungsuku dari tadi ingin beli minuman bersoda di kios-kios yang berderet di selasar masjid. Katanya untuk buka puasa nanti, weh... buka puasa kok minum yang bersoda apalagi cuacanya ekstrim gini. Nanti kalau batuk gimana, Duh bisa drop nih kalau sampai sakit, tapi semoga saja tidak. Ingat, perjalanan ibadah masih baru mau dimulai. Tapi ya sudah, akhirnya aku mengalah dari pada ngeributin terus dengan satu syarat minumnya nanti kalau perut sudah terisi. Aku mengantar bungsuku sekalian cari-cari kalau ada yang bisa dibeli. Oh iya aku mau cari tisu, sedang ibu pilih tetap duduk di pojokan masjid menunggu Atik.</p><p> </p><p>Minuman bersoda sudah kami dapatkan, tapi dari sepanjang kios yang berjejer tak satupun yang menjual tisu. Weleh-weleh... kok ya nggak ada yang jual ya. Terpaksa kembali dengan tangan kosong, hanya minuman bersoda saja yang kami bawa.</p><p> </p><p>“Mbak, ditunggu Bapak disana” Kata bu Zaenal sambil menunjuk arah saat berpapasan denganku.</p><p> </p><p>Aku mempercepat langkah diikuti bungsuku menuju tempat Ibu menunggu tadi. Yang terpikir adalah Atik sudah ditemukan dan sudah bersama Ibu, kami bisa segera bergabung dengan jamaah lain di bus dan segera berangkat ke Mekah. Tapi saat aku dan bungsuku sampai, sosok Atik belum ada. Hanya ada Bapak, Suami dan Uul iparku bersama Ibu. Lhoh dimana Atik, belum kembali juga? Kemana toh ya.... ya.... Berenam kami mengamati sekeliling pelataran masjid, mencari disela-sela setiap jamaah yang lewat. Apa kami terlewat pandangan saat dia melintasi ya? Sepertinya tidak. Sejak dari turun bus, dia terlihat buru-buru dan langsung masuk gerbang masjid. Bisa dilihat dari mukena yang dipakainya. Kebetulan kami memakai mukena yang sama, mukena bordir motif bunga-bunga besar, cuma beda warna saja. Jadi kalau sekelebat lewat, mudah dikenali. Jadi ingat cerita perjalanan umroh Bapak dan Ibu tahun lalu yang membawa cucu-cucunya. Waktu itu Bapak yang hilang, tapi syukurnya Bapak bawa hand phone jadi mudah ditemukan. Lha sekarang ini Atik tak bawa HP, bagaimana menghubunginya. Beberapa kali orang biro mendekat dan menanyakan apa sudah ketemu dan kami jawab belum. Baiklah..., aku masuk ke kamar mandi saja mencarinya, siapa tahu masih ada di dalam. Pasti jamaah sudah pada naik bus semua ini, tinggal menunggu kami bertujuh. Duh..., jadi nggak enak sama yang lain. Dimana toh kamu Tik... Tik? Kok ya tadi langsung pergi gitu aja, nggak ngomong-ngomong apa, mau apa... gitu. Kalau gini kan jadi bingung semua.</p><p> </p><p>Ruangan yang besar, malah bisa dibilang sangat besar untuk ukuran kamar mandi ini terbagi dua blok (kanan dan kiri) dengan susunan sama. Harus kumulai dari mana ini mencarinya? Aku melangkah menuju ruang wudhu sebelah kanan. Kuamati betul satu-satu, tak ada diantara mereka. Lalu kesebelah kiri... juga tak ada. Aku melangkah lebih masuk lagi, ada banyak lorong disini. Aku masuk ke lorong pertama. Suara shower dari tiap-tiap kamar mandi dan orang-orang yang bicaranya kenceng-kenceng bikin gaduh suasananya. Kupanggil “Tik... Atik... kamu dimana?”, tak ada jawaban. Lebih kukeraskan lagi suaraku, tetap tak ada jawaban. Kumasuki lorong-lorong lainnya dan kupanggil lagi, juga tak ada jawaban. Kemana anak ini, kok raib begitu saja. Aku keluar ruangan, Ibu langsung menemukanku. Pandangannya mengatakan “Gimana, ada?”, aku langsung menggeleng. Aku menuju ruangan besar satunya yang susunan ruang-ruangnya sama dengan ruangan besar yang kumasuki tadi, tetap tak ada. Aku kembali ke tempat Ibu duduk. Kami sudah tak tahu lagi harus mencari dimana, kami tetap duduk di pojokan masjid sambil terus berharap semoga Atik cepat kembali bersama kami.</p><p> </p><p>Tengtorenggg!!! Tiba-tiba saja Atik keluar dari bangunan besar yang didalamnya terdapat banyak kamar mandi yang tadi sudah kumasuki, yang tadi sudah kucari-cari dan kuteriaki. Kok bisa-bisanya tadi kupanggil nggak menjawab. Katanya nggak dengar, karena didalam berisik sekali. Iya... memang berisik sekali, pantas saja kalau tidak mendengar. Tapi kok kamu lama sekali di dalam, ngapain aja?</p></div></div>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-63179253272104047052011-09-24T19:45:00.005+08:002011-10-01T16:40:45.242+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-7<p><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Saatnya berangkat, Bismillahirrohmanirrohim</span><br /></p><p> </p><br /><p>Sabtu 20 Agustus 2011, saat ini hampir mendekati jam satu siang, kami sudah berada di Lobby seperti yang diharapkan. Menurut rencana jam 13.00 kami akan berangkat ke Bir Ali untuk mengambil miqot dan selanjutnya akan berangkat ke Mekah. Kami sudah siap dengan pakaian ihrom, menutup seluruh aurat kecuali muka dan tangan untuk perempuan dan bapak-bapak mengenakan 2 lembar kain. Insya Allah barang-barang sudah kami bawa turun semua,tak ada yang tertinggal karena kami sudah meneliti setiap sudut kamar kecuali kalau sampai terlewat pandangan. Keadaan lobby masih sepi, Jamaah belum selengkapnya kumpul, hanya beberapa yang sudah terlihat berpakaian ihrom seperti kami baik dari rombongan kami maupun dari rombongan lainnya. Barangkali mereka masih membereskan barang bawaan dan meneliti ulang seluruh penjuru kamar supaya tak ada yang tertinggal karena kami tak ada rencana balik lagi ke Madinah.</p><p> </p><p>Tak berapa lama... Satu persatu jamaah mulai berdatangan, lobby akhirnya jadi penuh. Belum lagi deretan kopor yang tertumpuk dipinggir, di depan pintu keluar dan di depan hotel. Eh, ternyata kopor-kopor kami yang diambil jam 09.00 juga masih tertumpuk disini. Sepertinya bus atau kendaraan apalah yang akan membawa kami ke Bir Ali dan ke Mekah belum datang. Kami lalu menempati sofa-sofa di lobby yang jumlahnya tak sebanding dengan Jamaah yang ada sehingga kami bergantian menempati sofa yang ditinggalkan penghuninya. Dulu-duluan ceritanya.</p><p> </p><p>Menit demi menit menggeser waktu, Jamaah yang tadinya ngobrol santai kini mulai terlihat gelisah. Tuh kan... ada yang berkali-kali melongok jam tangan dan sesekali melirik keluar, memastikan apa kendaraan sudah datang. Tak sedikit juga yang memainkan jari-jari mengetuk-ngetuk pinggiran kursi, mengoyang-goyangkan kaki, dan sesekali mendesah, jelas sekali keresahannya. Seorang dua orang kulihat menghubungi biro, menanyakan kapan jadi berangkat. Selenting info yang terdengar kemudian, bus yang akan mengantar kami masih dalam perjalanan. Mekah macet total, katanya untuk bergerak satu meter saja susah. Dalam bayanganku... sepenuh apa ya Mekah saat ini, apa seperti waktu perjalanan hajiku 14 tahun yang lalu? Atau malah lebih banyak lagi? Menunggu yang tak pasti, itu mungkin yang terbersit dipikiran kami-kami. Iya, karena menunggu tak pasti kapan kendaraan akan sampai di hotel dan mungkin juga karena sudah tidak sabar lagi, maka beberapa jamaah lalu memutuskan untuk naik taxi ke Bir Ali. Toh tempatnya dekat saja, hanya butuh satu jam perjalanan dari hotel, itu paling lama dan setiap sopir taxi pasti tahu tempatnya. Sedangkami kami memilih tetap menunggu bus yang sudah disediakan biro. Sabar... sabar...</p><p> </p><p>Hampir tiga jam kami menunggu, kejenuhan melanda... itu pasti, ngantuk menghampiri... ah, nggak perlu ditanyakan lagi. Rasanya duduk di Sofa terus capek, berdiri terus juga capek. Akhirnya silih berganti sofa ini diduduki. Tiba-tiba Pak Galih dari biro yang sedari tadi dihubungi suami lewat hand phone dan tak tersambung-sambung muncul dihadapan kami lalu mengatakan kalau busnya sudah datang tapi tidak bisa masuk sampai depan hotel. Lalu? Lagi-lagi kami harus jalan untuk menjumpai kendaraan sambil membawa barang tentengan yang lumayan berat, tepatnya lebih berat dari tentengan sebelumnya sewaktu kami baru datang. Nah loo... ya lumrah saja toh kalau kami belanja di Madinah. Hehehe... Tapi jangan dibayangkan kami belanja yang macam-macam ya, bukan emas, bukan permata, juga bukan souvenir untuk oleh-oleh. Ini belanjaan kami waktu ziarah ke kebun kurma. Isinya kurma, manisan apricot, kacang dan coklat serta kurma matang segar yang dibeli diseputar hotel. Meski di tanah air juga ada yang menjual kurma dan sejenisnya, tapi kalau nggak bawa dari tempatnya kok ya kurang afdhol ya. Alhasil kami terhuyung-huyung jalan menuju bus yang terparkir dan lumayan agak jauh. Owalah bus... bus... kok yo jauhmen toh parkirnya, apalagi Pak Galih sempat lupa dimana letak busnya dan kami harus memutar... haiyah Pak Galih... Pak Galik.... bawaanku berat banget lho....</p><p> </p><p>Akhirnya kami sampai di dalam bus yang sudah penuh Jamaah. Lhoh ini jamaah dari mana aja ya, kok jumlahnya dua kali lipat atau mungkin lebih dari jumlah kami datang ke Madinah lalu? Ow ternyata kami masih dari satu biro yang sama, cuma mereka sudah datang ke Madinah lebih dulu dan tinggal ditempat yang beda dengan kami. Kamipun duduk mengambil tempat yang masih ada. Aku dan bungsuku duduk sebelahan di deretan tengan, suami duduk di seberangku, Bapak dan Ibu di belakang dekat pintu, adikku Atik diseberangnya Ibu, sedang Uul iparku duduk di depan (dapat prioritas karena khawatir kalau sepanjang perjalanan akan mabuk berat). Setelah dicek-cek ternyata masih ada beberapa tempat duduk yang belum terisi, siapa ya yang belum masuk bus? Sudah lengkap Pak karena yang lainnya sudah berangkat duluan naik taxi. Oh iya, sudah cocok berarti, buspun berangkat maju. Pak Helmy kemudian menghubungi jamaah yang tadi berangkat ke Bir Ali duluan untuk menunggu di masjid, nanti akan berangkat sama-sama ke Mekahnya. Ngeeettt! Sopir bus ngerem mendadak. Haduh baru maju sudah bikin pusing nih sopir. Ngeeettt! Bus ngerem mendadak lagi. Haduh, bener-bener bikin pusing. Dan kejadian ngerem-mengerem terjadi berulang-ulang. Ada nggak yah yang bisa gantiin nyetirnya? Kalau ada hayuk diganti saja sopirnya, pasti yang lain setuju. Kalau begini cara nyetirnya... dijamin ada yang mabuk nanti. Benar saja, baru saja bus bergerak sekitar seperempat jam, penumpang bagian belakang sudah ada yang hoek-hoek. Woh, ternyata adikku. Ah, kalau dia sih hantunya mabuk. Moga-moga gak akan ada yang nyusul.</p><p> </p><p>Satu jam kemudian kami sampai di Bir Ali atau masjid al Miqat atau biasa juga orang menyebutnya masjid al Ihram, tempat miqot umroh kami. Sebelum turun Pak Helmy mengingatkan apa saja yang harus kami kerjakan di dalam masjid, yaitu sholat sunah umroh dua rakaat dan berniat. Tuntunan niat dapat dibaca di buku panduan yang sudah dibagikan. Bu Zaenal sebagai salah satu pembimbing juga mengingatkan kami kalau sesudah niat harus dijaga bener ihromnya. Jangan sampai melanggar larangan ihrom dan diminta sesama jamaah saling mengingatkan. Lalu kami turun dan masuk kedalam masjid.</p><p> </p><p>Sejurus mata memandang ke depan ada halaman yang luas dengan taman yang tertata apik. Jika mata memandang ke kiri, terdapat koridor atau selasar yang panjang dengan artistik. Kembali menghadap kedepan, setelah melewati tamannya, berdiri megah sebuah masjid yang sebentar lagi akan kami masuki. Tapi kami harus tahan dulu, kami belok kanan memasuki bangunan yang cukup besar khusus untuk jamaah perempuan. Disini kami akan memperbaharui wudhu. Keran-keran banyak disediakan, namun begitu tetap saja kami mengatri memakainya. Tersedia juga kamar mandi, jumlahnya juga sangat banyak tapi tetap saja kami harus mengantri bila ingin menggunakannya.</p><p> </p><p>Selesai mengambil wudhu kami langsung masuk ke masjid yang terbagi dua bagian didalamnya. Kami (jamaah perempuan) masuk dari pintu belakang masjid sedang jamaah pria masuk dari pintu samping. Didalam masjid ada pembatas ukiran kayu yang memisahkan jamaah perempuan dan jamaah laki-laki. Kami melakukan sholat sunah umroh dua rakaat dan berniat seperti di buku panduan yang kami bawa. Mulai saat ini berlakulah larangan ihrom bagi kami. Tak boleh memotong rambut dan kuku, tak boleh berkata kotor, bergunjing maupun bertengkat, tak boleh memakai wangi-wangian, tak boleh membunuh binatang kecuali yang membahayakan dan masih banyak lagi larangan yang harus kami hindari. Kami harus berhati-hati. Bila larangan ini dilanggar, kami harus membayar Dam atau denda. Mau tahu Dan atau dendanya? Boleh pilih salah satu. Menyembelih satu ekor kambing atau memberi makan 60 fakir miskin berdasarkan ukuran makan normal sehari-hari atau berpuasa sepuluh hari (3 hari ditanah suci dan 7 hari ditanah air). Semoga kami bisa menjaga ihrom kami, ya Allah... bantulah kami.</p><p> </p><p>Setelah itu kami kembali ke bus. Setelah jamaah benar-benar lengkap, buspun mulai bergerak meninggalkan Bir Ali menuju Mekah. Suara talbiyah menggema dari bibir jamaah. Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika laa syariikalah, Innal hamda wannikmata, Lakawalmulk. Laa syarikalah.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-66896577860091820862011-09-23T16:56:00.009+08:002011-10-06T20:29:31.885+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-6<!--[if gte mso 9]><xml> <o:officedocumentsettings> <o:relyonvml/> <o:allowpng/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN"><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Perbanyak doa di sujud terakhirnya ya</span><br /></span></p><br /><p>Sabtu 20 Agustus 2011, hari kedua kami di Madinah. Berempat kami berangkat ke masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah (aku, Ibu, Atik, dan bungsuku). Seperti hari kemarin, jamaah sudah memenuhi halaman masjid walau belum masuk waktu subuh. Di halaman agak keluar terlihat banyak jamaah yang menikmati santap sahurnya. Perbekalan roti, kurma, susu, yogurt, dan entah apa lagi digelar untuk dimakan rame-rame. Senang melihatnya, pengen ngerasain juga kurma dicolekkan ke yogurt tapi masak mau minta dan lagi kami kan sudah sikat gigi. Kami terus melangkah melewati mereka, tapi tak sampai masuk masjid. Kali ini kami sengaja mengambil tempat diluar masjid atau di halaman masjid. Bukannya kami tak mau berusaha masuk ke dalam masjid. Tapi melihat begitu banyaknya manusia yang sedang berjubel di pintu masuk dan beberapa petugas juga sedang berusaha menghalangi jamaah memasuki masjid karena di dalam masjid sudah penuh. Kemungkinan tak akan ada tempat lagi, maka kamipun tak memaksakan diri bisa masuk. Bahkan dihalaman masjid paling dekat dengan masjidpun sudah dijaga supaya jamaah tidak memaksa masuk. Selain itu, usai sholat subuh kami berencana untuk segera kembali ke hotel. Rencananya pagi ini kami akan ziarah ke dalam masjid, mengunjungi makam Rasulullah atau ke Raudah. Seperti pengumuman yang disampaikan saat makan sahur tadi pagi di hotel, kami diminta sudah berkumpul di lobby jam 07.00. Makanya supaya cepat persiapannya dan tidak saling menunggu kami mengambil tempat di halaman masjid yang shaf-shafnya telah terbentuk sampai kebelakang. Kami tetap mencoba agak kedepan walau dihalaman masjid, barangkali saja masih ada tempat untuk kami berempat. Berulang kali mencoba minta tempat pada jamaah yang duduk. Jangankan untuk empat orang, untuk satu orang saja susahnya bukan main. Jamaah yang telah duduk tak mau bergeser, tak mau memberikan sedikit tempat walau sebenarnya kalau nanti berdiri masih bisa ditempati. Yah, berjuang lagi mencari tempat sampai dapat.</p><p> </p><p>Usai sholat subuh kami sempatkan berdoa sebelum sholat jenazah dimulai. Selalu saja ada yang meninggal sehingga setiap sehabis sholat wajib selalu diumumkan kalau imam akan memimpin sholat jenazah. Kami juga selalu berusaha ikut menyolatkan untuk memberi penghormatan dan mendoakan jenazah yang meninggal. Semoga Allah mengampuni semua dosanya dan keluarga yang ditinggalkan diberi keikhlasan dan sabar menerimanya. Untung saja masih ingat bacaan sholat jenazah yang diajarkan waktu sekolah dulu. Hal yang tak direncanakan sama sekali, tiba-tiba bungsuku ingin jalan-jalan mengelilingi masjid Nabawi. Wuih, yang bener saja! Sekarang? Sebenarnya saatnya kurang tepat karena melihat begitu berdesak-desaknya manusia di halaman masjid. Semua sedang berusaha mencari celah supaya bisa bergerak keluar, baik yang dari dalam masjid maupun yang dihalaman. Lha kami malah mau ke arah masjid, menembus lautan manusia. Wah, arahnya malah berlawanan. Tapi setelah dipikir-pikir kalau tak dilakukan sekarang, kapan lagi? Karena kami akan ziarah ke Raudah, jam 07.00 kami harus kumpul di lobby terus berangkat ziarah, belum tahu butuh berapa lama nanti mencapai Raudah dan sholat disana mengingat Raudah pasti akan penuh sesak. Lalu jam 09.00 kami harus sudah menyiapkan kopor didepan pintu kamar karena kopor akan diambil Biro. Padahal kami belum mulai packing, sedikitpun belum. Kalau ditunda kelilingnya setelah jam 09.00 gimana ya? Ah, nggak mungkin... pasti udaranya panas sekali, nggak mungkin mengelilingi masjid dibawah terik matahari. Bisa-bisa batal puasa pulang dari keliling masjid. Lebih-lebih lagi jam 13.00 kami sudah harus siap di lobby dengan pakaian ihrom. Kami akan berangkat ke Mekah dan tak kembali lagi ke Madinah. Berarti kami harus segera membereskan barang-barang yang tersisa selain yang di kopor. Satu-satunya kesempatan keliling masjid ya sekarang.</p><p> </p><p>Okelah kalau begitu, secepatnya kami beranjak dari duduk dan melangkah mengitari masjid Nabawi, saatnya membelah lautan manusia. Langkah kami kadang tertahan karena arus yang melintas dihadapan kami, langkah kami juga kadang harus berbelok mengikuti arus keluar halaman, padahal kami harus masuk, lebih mendekati masjid. Tapi kalau kami melawan arus akan lebih menguras tenaga.</p><p> </p><p>Alhamdulillah, seperempat bagian masjid telah kami lalui. Tak terhitung berapa jamaah yang kami lewati. Kami terus melangkah lebih dekat ke masjid supaya tak terlalu jauh memutarinya dan cepat menyelesaikan keliling masjid. Sampailah kami dibagian depan masjid Nabawi, ke arah pintu ke makam Rasul. Kami terus melangkah mendekat, barangkali saja kami bisa memandang lebih dekat lagi dan bisa mengamati makam Rasul dari luar pintu. Sampailah kami didepan pintu menuju makam Rasul, bukan didepan persis sih.. Mungkin sepuluh meter didepan pintu dan kami tak bisa lebih mendekat lagi karena pintu ini jalan keluar jamaah laki-laki. Kalau kita mendekat, pasti akan diusir, haram… haram.., itu yang biasa kami dengar. Artinya kami disuruh pergi atau tak boleh melintasi.</p><p> </p><p>Diantara bahu-bahu yang tinggi, diantara tubuh-tubuh yang kekar, disela-selanya… kami berusaha melihat ke dalam. Walau tak bisa memandang utuh sampai bawah, tapi lumayanlah… kami bisa melihat pintu-pintu makam Rasul beserta sahabat Umar dan Abu Bakar, dan papan hijau diatas pintu. Meski tulisannya tak mampu kami baca, karena kami hanya bisa melihat dari samping dan dari kejauhan, yah… kira-kira 10 meter dari pintu masjid.</p><p> </p><p>Setelah puas memandang dan sempat tertegun serta sempat bertanya-tanya... Apakah masih dibolehkan bagi kami jamaah perempuan mendekati makam Rosul seperti yang kualami empat belas tahun yang silam ya? Kalau saja diperbolehkan, seberapa sulitnya pasti akan kuusahakan mendekatinya. Lalu kamipun melanjutkan perjalanan. Masih separo putaran lagi nih, mau balik atau meneruskan mengelilingi masjid? Sepertinya sama saja, karena posisi kami memang pas di tengah-tengah untuk jalan pulang ke hotel. Sebaiknya lanjut mengelilingi saja, supaya bisa melihat utuh situasi di sekeliling masjid. Subhanallah, disemua penjuru sisi masjid yang kami lalui… tak terhitung berapa yang datang ke masjid hari ini, halaman begitu penuh... padat dengan jamaah.</p><p> </p><p>Selesai sudah kami berkeliling, saatnya kembali ke hotel untuk bersiap-siap ziarah ke Raudah yang rencananya akan diantar dan dipandu... bu Maunah apa bu Masamah ya namanya, hehehe lupa.</p><p> </p><p>Tepat jam 07.00 kami sudah di lobby, kali ini kami hanya bertiga (aku, Ibu dan bungsuku), sedang Atik belum diijinkan masuk ke masjid. Tamunya masih setia mengunjungi. Kami tunggu siapa saja yang akan ikut ziarah ke Raudah. Bu maunah sudah ada bersama kami. Sebenarnya berangkat sendiri juga nggak apa-apa karena aku dan Ibu sudah pernah mengunjungi Raudah, tapi kalau ada pemandunya juga tak masalah malah lebih bagus karena sehari-harinya beliau kan berada di masjid. Tentunya hafal betul liku-likunya masjid. Beberapa saat kami menunggu tak juga ada yang datang. Bu Maunah beberapa kali juga melihat jam tangannya dan bilang kalau berangkatnya jangan siang-siang. Waktu buka Raudah juga cuma sebentar. Sebaiknya kami segera berangkat ke masjid, bukannya kami tak mau menunggu tapi karena terbatasnya waktu terpaksa kami tinggal.</p><p> </p><p>Sampai di halaman masjid, posisi kami saat ini hampir mendekati pintu masuk masjid. Bu Maunah memimpin doa, sedang kami mengaminkannya. Lalu kata beliau saat mau masuk masjid kami disuruh membaca basmalah dan membaca doa “Ya allah, bukalah pintu rahmat-Mu untukku” baru melangkah dengan mendahulukan kaki kanan saat masuk.</p><p>Sekarang kami berempat sudah di dalam masjid. Kami menyimpan alas kaki di rak yang telah disediakan di dalam masjid, berjalan lebih masuk kedalam masjid melewati orang-orang yang sedang duduk maupun baring. Tidak tahu kenapa mereka tak segera berdiri mencari tempat terdekat pintu masuk ke Raudah. Apa memang mereka tak ingin ke Raudah ya? “Lewat sini bu, cepat, sebentar lagi pintu dibuka” Itu yang kami dengar disela-sela mendahului jamaah yang sepertinya juga punya tujuan yang sama, ke Raudah. Hampir setengah berlari kami menuju ke arah yang ditunjukkan Bu Maunah. Benar saja, tak lama kemudian kami melihat pintu pembatas dibuka, kami berjalan lebih cepat dari sebelumnya menuju pintu dan berjalan lebih cepat lagi supaya segera sampai ke Raudah dan mendapat tempat di depan seperti yang dipesan Bu Maunah “Ambil tempat terdepan ya, mepet pembatasnya”.</p><p> </p><p>Susul-menyusul diantara jamaah yang sedang berjalan cepat juga. Kaki ini melangkah cepat, hampir berlari… dalam jarak pandang yang mampu terlihat… pemandangan di depan kami mulai memperlihatkan bangunan makam Rasul dari arah belakang dan samping. Tiba-tiba mata ini menjadi sembab, panas, dada berdegup lebih kencang, bukan karena kami terengah-engah. Ada perasaan yang tak bisa diungkap dengan berjuta kata. Air mata tak berhenti mengalir membasahi pipi, walau berkali-kali diusap... tetap saja basah.</p><p> </p><p>Semakin mendekati tempat yang dituju, semakin berkecamuk perasaan. Benar-benar aku akan berada ditempat ini lagi setelah 14 tahun yang lalu. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Hanya Engkau yang mampu memperjalankan kami hingga kami sampai ditempat ini. Kalaupun kami berkecukupan bekal, kalaupun kami mampu mengadakan perjalanan, kalaupun kami dalam kondisi sehat, namun jika Engkau tak berkehendak… tak kan mungkin kami berada ditempat ini lagi. Segala puji-pujian hanya untuk-Mu ya Allah yang telah memberiku kesempatan lagi mengunjungi rumah Rosulku.</p><p> </p><p>Lalu, apa yang akan kami lakukan di Raudah ini? Kami melakukan sholat tahiyatul masjid, sholat dhuha, sholat hajad dan sholat taubat. Pesan dari Bu Maunah, berdoalah sebanyak-banyaknya pada sujud terakhir dari setiap sholat dan jangan beranjak sampai semua sholat dilakukan. Abaikan saja orang yang menyuruh kita cepat beranjak. Alhamdulillah, kami dapat mengerjakannya dengan tenang, dengan bacaan yang tak tergesa-gesa. Kamipun dapat berdoa sepuas-puasnya dalam sujud terakhir dalam setiap sholat yang kami kerjakan. Segala pinta dan harap dengan linangan air mata, doapun terluncur. Begitu indahnya doa yang kami panjatkan. Ya Allah, berikan kesempatan padaku untuk kembali mengunjunginya lagi, secepatnya bersama keluargaku. Amin Allahumma Amin.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-48563696578063304242011-09-21T09:21:00.007+08:002011-10-06T20:32:32.338+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-5<!--[if gte mso 9]><xml> <o:officedocumentsettings> <o:relyonvml/> <o:allowpng/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-ansi-language: IN"><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Jum’at Panik</span><br /></span></p><br /><p>Kalau saja masih banyak waktu, ingin rasanya mendatangi tempat-tempat bersejarah saat kehidupan Nabi Muhammad maupun tempat tempat peradaban islam berkembang. Namun karena hari ini hari Jum’at, kami tak bisa penuhi semua hasrat. Banyak tempat yang tak bisa kami kunjungi, sebenarnya sayang sekali tapi apa boleh buat. Kami harus secepatnya kembali ke hotel dan bersiap-siap berangkat ke masjid untuk sholat Jum’at. Akan lebih sayang kalau sampai kesempatan ini terlewatkan karena kami hanya punya Jum’at sekali saja di Madinah untuk umroh Ramadhan ini. Belum juga jam sebelas tapi matahari sudah mulai unjuk keperkasaannya. Sinarnya benar-benar menyengat pedih menusuk kulit dan membuat udara yang kami hirup semakin kering. Bernafas terasa panas dan pandangan ke segala penjuru begitu menyilaukan. Jadi agak bergayalah ya kalau kami memakai kacamata hitam yang dibeli ditoko pojokan hotel. Padahal sumpek juga rasanya karena gak biasa makai, pandangan kok rasanya terbatas gitu. Ndeso ya? Biar aja.</p><p> </p><p>Begitu kendaraan dihentikan di depan hotel, kami langsung turun dan masuk lobby. Kok ternyata keok juga ya, padahal cuma sebentar jalan-jalannya dan ziarahnya juga nggak kemana-mana, nggak jalan-jalan yang gimana gitu. Malah kami lebih banyak duduk di mobil. Apa mungkin karena udara yang begitu panas dan kondisi tubuh yang lagi puasa ya? Tapi yang terlihat paling lelah diantara kami sepertinya Bapak. Saat mengikuti ziarahpun sepertinya kurang semangat, kurang tertarik melihat pemandangan sekitar, malah sempat tertidur. Apa mungkin karena pemandangannya masih sama seperti tahun lalu saat Bapak berkunjung ya atau mungkin juga karena kecapekan perjalanan sebelumnya. Ah, nggak tahulah, yang tahu keadaannya ya Bapak sendiri, kami-kami kan hanya melihat fisiknya saja. Tapi yang jelas kondisi kesehatan Bapak memang kudu terus dipantau sejak dari tanah air, ya makannya, ya aktifitas kesehariannya, ya minum obatnya. Tapi ya dasar Bapak, semua nggak diindahkan, heheheh... maaf ya Pak. Dipantang makan sate umpamanya, malah hampir tiap hari makan sate, iya kan Pak? Hayo ngaku... Katanya, makanan sing paling enak ki yo sate. Disuruh ngurangin gula, ee.. gayanya dimeja makan ya disediain segelas teh tawar, tapi sampai siang seringnya masih utuh. Lha minumnya apa? Ya air kulkas dikasih sirup nu atau bikin es teh manis sendiri. Hebat kan? Dibilangin kalau makan porsinya jangan banyak-banyak ya Pak, wee... malah suka nambah dua tiga kali. Haiyah Bapak... Bapak! Kok nggak bisa diet gini... Gawat!</p><p> </p><p>Nah, sampai juga akhirnya di kamar, bisa selonjoran sebentar. AC dipasang kencang biar cepat dingin ruangannya, biar keringat dan gerahnya cepat hilang, biar bisa cepat-cepat mandi dan siap-siap berangkat ke masjid. Saat kami masih sedang santai-santainya, mungkin masih sekitar jam sebelas, pintu kamar diketuk. Ternyata suamiku yang menempati kamar sebelah. Ada apa ini kok sudah rapi? Katanya mau berangkat ke masjid lebih awal biar bisa masuk masjid. Jum’atan pasti masjidnya full jamaah, pasti susah masuknya. Penduduk sekitar yang laki-laki pasti juga akan pergi Jum’atan ke masjid. Kulihat diluar tak ada siapa-siapa, lha ini mau berangkatnya sama siapa, mau berangkat sendiri? Katanya sama Uul saja, iparku. Lhoh sama Uul saja, hanya berdua, lha Bapak kok ditinggal, kok nggak sekalian diajak bareng ke masjidnya. Katanya lagi, Bapak masih istirahat dikamar, masih tidur, kelihatannya capek sekali, jadi nggak berani membangunkan. Oooo... Ya sudah, nanti disamperin saja kalau kami berangkat.</p><p> </p><p>Hampir jam 12.00, kami (aku dan Ibu) sudah siap berangkat ke masjid, sedang Atik dan bungsuku tetap dikamar, mereka tak ikut ke masjid. Kami ingat harus mampir dulu ke kamar Bapak, siapa tahu Bapak belum berangkat jadi bisa berangkat bareng atau malah masih tidur. Lha kalau ini ya harus dibangunkan, wajib dibangunkan ini. Laki-laki kan harus jum’atan wong nggak ada alasan apa-apa. Kami ketuk kamarnya dan kami panggil, tak ada jawaban. Kami ketuk-ketuk lagi agak keras, tetap tak ada jawaban. Kutempelkan telinga dipintu, tak ada suara apa-apa di dalam yang bisa kudengar, tak ada suara shower atau gemericik air di kamar mandi. Sepi sekali, hanya suara AC. Bapak ada dimana ya? Masih dikamar apa sudah berangkat ya. Kalau melihat kondisi Bapak tadi sepulang dari ziarah, mungkin Bapak masih dikamar dan mungkin masih tidur, tapi kok diketuk-ketuk pintunya nggak ada jawaban. Kalau sudah berangkat ke masjid kok nggak bilang-bilang atau nawari berangkat bareng. Semakin keras kami mengetuknya, lebih sering dan berkali-kali. Tetap saja tak ada jawaban. Jangan-jangan… ah, kami tak mampu membayangkan kalau Bapak pingsan didalam. Kucoba turun ke lobby dan menanyakan apa kunci kamar Bapak dititipkan di meja resepsionis, ternyata tidak. Masak kuncinya dibawa ke masjid, biasanya kan dititipkan di resepsionis. Kucoba menerangkan ke pegawai resepsionis bahwa kemungkinan Bapak masih di dalam kamar, kuminta tolong membukakan kamarnya takut terjadi sesuatu dengan Bapak. Weh, tahu tidak.. reaksinya biasa-biasa saja, kok bisa ya... Hei! Aku ketakutan ini, ada apa dengan Bapakku di kamar. Dia hanya bilang kuncinya tidak ada. Iya-iya, kuncinya tidak ada, aku tahu, barangkali aja kuncinya masih didalam kamar bersama Bapakku. Apa nggak ada kunci serepnya? Tolong dong!</p><p> </p><p>Sementara itu seorang pegawai lain datang tapi sepertinya sedang tak tugas jaga karena kulihat sajadah tersampir di pundaknya dan sepertinya juga terburu-buru mau berangkat Jum’atan. Mereka ngobrol sebentar lalu pergi. Sebentar kemudian ada lagi yang datang juga membawa sajadah, ini juga mau pergi ke masjid. Mereka ngobrol sebentar dan pergi, sedang pegawai yang kutanyai tadi tetap diam diruang resepsionis tak melakukan apa-apa. Ini gimana sih kok diam saja. Kutanya lagi bisa nggak buka kamar Bapakku. Dijawabnya kuncinya sedang diambil. Diambil? Siapa yang ngambil? Orang yang tadi ngobrol dan barusan pergi apa orang yang pertama kulihat ngobrol lalu pergi? Weh, emang ngambil kuncinya dimana? Diluar bangunan hotel ini? Dimana? Penjaga resepsionis lalu kuminta meneleponkan ke kamar Bapak dengan telepon yang ada di meja resepsionis, dia memencet beberapa nomor lalu diserahkan padaku gagang telponnya. Apa ini, nada telponnya kok nada tergantung. Kuberikan gagang telponnya dan kusuruh dengerin. Kuminta sekali lagi ditelponkan, lalu pegawai itu kembali memencet beberapa nomor. Nadanya masih sama, nada telpon tergantung. Kubilang tidak bisa dihubungi lewat telephone, trus gimana? Dia hanya menggeleng dan mengangkat bahu. Waduh, kenapa ini Bapak? Apa jangan-jangan tadi Bapak merasa sakit trus mencoba menelpon ke kamar kami tapi tidak kuat, terus terjatuh. Ya Allah mudah-mudah tidak terjadi apa-apa dengan Bapak.</p><p> </p><p>Aku kembali ke lantai sepuluh dengan lift, tentu saja dengan lift kalau naik tangga bisa-bisa aku malah sudah KO duluan. Tujuannya kekamar Bapak, cepat.. cepat.. cepat!! Kulihat Ibu masih duduk di kursi diluar kamar Bapak. Kujelaskan kalau pegawai hotelnya diam saja nggak ngapa-ngapain, katanya lagi diambilkan kuncinya tapi nggak jelas diambilkan beneran apa tidak. Lalu kukatakan pada Ibu kalau telpon di kamar Bapak kondisinya tergantung, Ibu jadi panik. Gimana dong kalau Bapak masih di dalam kamar dan jatuh, apalagi kalau sampai pingsan. Jadi ingat pengalaman-pengalaman sebelumnya. Belakangan ini kami memang sangat khawatir dengan kondisi Bapak karena Bapak pernah mengalami serangan stroke 2 kali. Kami ketuk-ketuk lagi dengan ketukan lebih keras dari sebelumnya. Tetap tak ada jawaban dari dalam, tak ada suara sedikitpun yang terdengar. Apa yang harus kami lakukan? Pengennya mau mendobrak pintu.. tapi nggak mungkin, tenaga nggak ada dan lagi nanti malah jadi masalah dengan fihak hotel. Sebaiknya kembali lagi ke lobby, sekali lagi minta tolong dibukakan kamarnya, kami benar-benar takut. Sekali lagi kami jelaskan kondisinya, tapi reaksi pegawai hotel tetap biasa saja, seperti tak terjadi apa-apa, tak juga memahami kepanikan kami. Ergh...!!! menjengkelkan sekali. Dari tadi yang dibilang cuma kunci tidak ada, kunci tidak ada. Iya-iya kuncinya tidak ada di resepsionis, tapi apa tidak bisa melakukan yang lain, yang lebih ekstrim, mendobrak pintu atau apa gitu. Jangan diam saja! Ibu terus menjelaskan bahwa yang di dalam kamar itu suaminya dan kemungkinan sakit ada karena kondisi Bapak memang mengkhawatirkan. Pegawai hotel tetap tak berbuat apa-apa, memang sepertinya tak mau membukakan ini. Ibu lalu bilang, mungkin haram perempuan masuk ke kamar laki-laki. Iya, aku ingat, tadi pegawai hotel juga bilang “haram-haram” gitu, cuma nggak faham maksudnya. Jadi mungkin benar yang dibilang Ibu. Mungkin juga mereka takut nanti ada kesalahan kalau membuka kamar Bapak terus ada barang yang hilang. Pasti fihak hotel yang akan disalahkan.</p><p> </p><p>Lama kami menunggu, tetap tak jelas juga mau dibukakan apa tidak pintu kamar Bapak. Kalau kami kembali ke kamar Bapak lagi dan ketuk-ketuk lagi yang lebih keras juga tak mungkin, tadi sudah kami lakukan dengan ketukan yang sangat keras. Kami diam saja di lobby, tak melakukan apa-apa, hanya menanti dan berharap pegawai hotel ini beranjak dari ruang resepsionis lalu mengerjakan sesuatu seperti keinginan kami atau kunci cadangan seperti yang dikatakan segera datang. Hallah... kok sepertinya ajaib.</p><p> </p><p>Keadaan hotel sudah sepi, sepertinya penghuninya sudah pada berangkat ke masjid. Tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat, sedang orang-orang diluar terlihat sedang berjalan terburu-buru kearah masjid. Pasti sebentar lagi adzan. Benar juga, adzanpun berkumandang tanda masuk waktu sholat jum’at. Ya sudah, pasrah saja pada Allah, berdoa dan berharap semoga Bapak sudah berangkat ke Masjid. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat saja ke Masjid. Sepanjang jalan menuju masjid mulut ini terus berdoa untuk keselamatan Bapak. Bapak, semoga engkau baik-baik saja.</p><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style="line-height:115%; font-family:"Calibri","sans-serif";mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-fareast-font-family: Calibri;mso-fareast-theme-font:minor-latin;mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-Times New Roman";mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:11.0pt;" ></span><span style="line-height:115%;font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font: minor-latin;mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-bidi-Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US; mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:11.0pt;" ></span></p><span style="line-height:115%;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-ascii-theme-font: minor-latin;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-bidi-Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US; mso-bidi-language:AR-SAfont-family:";font-size:11.0pt;" ></span>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3290458527880304897.post-62232623442816200512011-09-20T11:29:00.008+08:002011-10-06T15:58:31.419+08:00catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-4<!--[if gte mso 9]><xml> <o:officedocumentsettings> <o:relyonvml/> <o:allowpng/> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>IN</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""><span style="font-weight: bold;font-size:130%;" >Sayang hanya sebentar</span></span></p><br /><p>Sekarang tanggal 19 Agustus 2011. Hari pertama kami menyambut udara pagi di Madinah. Walau perjalanan yang sangat melelahkan baru saja kami lalui, tak menyurutkan langkah kami ke meja makan di ruang makan hotel untuk makan sahur bersama-sama jamaah di lantai M. Disebut lantai M karena di tombol liftnya tertulis M dan ini yang harus kami pencet untuk sampai ke lantai tersebut. Ruang makan ini cukup luas, mampu menampung beberapa biro perjalanan. Dari pantauan yang terlihat terdapat empat tempat buffe yang disusun mepet dinding ruang makan. Jamaah diarahkan untuk mengambil makan sesuai buffe yang disediakan biro. Salah mengambil buffe bisa jadi masalah, jamaah lain bisa tak kebagian makan. Jadi harus dipastikan mana buffe untuk biro kami. Selesai makan sahur kami langsung berangkat ke masjid untuk sholat subuh. Tapi kearah mana ya kaki ini akan melangkah setelah keluar hotel? Karena ini adalah hari pertama, jadi belum tahu letak masjid. Belok kiri apa kanan? Kami mencoba mengingat-ingat. Oh iya, waktu pak Helmy bilang masjidnya ada didepan, tangannya nunjuk kesisi kiri hotel, berarti kami harus melangkah ke kiri. Yang terlihat saat kaki-kaki ini melangkah... adalah bangunan gedung-gedung besar dan menjulang tinggi. Inilah pemandangan disekeliling kami, serta jalan-jalan jadi kelihatan sempit padahal bila beberapa kendaraan besar seperti truk bertumpuk dijalan inipun masih muat. Lampu-lampu yang sangat terang membuat suasana seperti siang hari cuma langitnya saja yang terlihat gelap. Lalu... di sebelah mana ya masjidnya? Apa dibalik gedung-gedung itu? Tapi saat diamati benar-benar, kami lihat orang-orang berduyun-duyun kearah samping bangunan hotel kami (Fayruz) trus ke belakang, jadi tak mungkin bila masjidnya di balik gedung-gedung besar itu. Ah, apa dibalik gedung hotel kami ya? Hayuk ikuti saja kearah mereka. Kaki ini terus melangkah sampai batas bangunan hotel lalu belok kiri. Dan... Subhanallah, iya, kami disuguhi pemandangan yang indah. Bangunan masjid yang kami rindukan ada didepan kami. Rindunya bisa menggelar sajadah didalam masjid. Bisa dapet tempat nggak ya? Bismillah... semoga kami masih kebagian tempat.</p><p> </p><p>Usai sholat subuh kami kembali ke hotel. Menurut rencana yang kami dengar saat makan sahur tadi, hari ini kami akan melakukan ziarah, katanya sih ziarah keluar dan Jamaah diharapkan kumpul di lobby hotel jam 07.00. Nggak bisa dilewatkan kesempatan ini, akan kemana ya ziarahnya? Kami secepatnya bersiap-siap, jangan sampai jamaah yang lain sudah siap dan sudah duluan menunggu di bawah sedang kami masih belum apa-apa, jangan sampai ah. Kemon, kemon, kemon... Secepatnya kami bergantian mandi dan mempersiapkan segala sesuatunya yang kudu dibawa. Apa yang harus dibawa ya? Masker untuk menahan debu dan udara kering sudah kami siapkan, bahkan bawa cadangannya juga, kacamata hitam juga sudah, eh cameranya nggak boleh ketinggalan, ini penting untuk mengabadikan tempat-tempat yang akan dikunjungi buat kenang-kenangan. Yang paling penting kayaknya duwitnya nih duwitnya.., wuih... sajaknya. Kali-kali aja ada yang mau dibeli ya. Sip! Semua sudah lengkap. Saatnya menuju lift dan turun ke lobby.</p><p> </p><p>Kini kami telah berada di lobby hotel, keadaannya masih sepi... ternyata yang lain belum turun, baru kami bertujuh (aku, suami, bungsuku, Bapak, Ibu, Atik dan Uul). Rencananya pagi ini kami akan berkeliling mengunjungi tempat-tempat bersejarah zaman kehidupan Rasulullah. Banyak tempat yang bisa dikunjungi di Madinah ini, seperti masjid Nabawi sendiri yang didalamnya terdapat rumah Rosul yang kemudian menjadi makam beliau, Raudah, dan mimbar Rosul, makam Baqi, masjid Quba, gunung Uhud, kebun qurma, masjid qiblatain, masjid tujuh dan masih banyak lagi.</p><p> </p><p>Menit demi menit berlalu, tapi jamaah yang lain belum juga turun ke lobby. Apa memang nggak ada yang mau ikutan ziarah? Kalau tunggu-tungguan gini bisa kesiangan ini berangkatnya. Kami juga tidak tahu siapa yang akan membawa kami ziarah juga mau naik apa. Pak Galih atau Pak Helmy tak ada di lobby. Tapi kemudian ada satu bapak memakai jubah putih, berkopyah dan dibahunya terselempang sorban khas bintik-bintik merah mendekati kami, menjelaskan kalau dia dari biro lalu menanyakan apa kami yang akan pergi ziarah. Oh, ini ya yang akan mengurus ziarah kami? Lalu si bapak ini menanyakan lagi jamaah yang lainnya mana? Lhoh? Mana kami tahu? Kami tak janjian dengan mereka apa mereka mau ikut ziarah apa tidak, kami hanya mengikuti jadwal yang sudah disusun biro. Akhirnya kami diminta naik ke kendaraan sambil menunggu informasi selanjutnya. Sebentar kemudian bapak yang tadi, ikutan naik ke kendaraan dan memberitahu kalau yang lain memang tidak ikut ziarah. Owalah... mbok yo ngasih tahu kalau nggak ikut... kami kan nggak usah nunggu lama-lama.</p><p> </p><p>Pintu kendaraan ditutup, kemudian mesin mobil dinyalakan begitupun ACnya. Si bapak lalu mengambil pengeras suara yang sudah disediakan, walau sebenarnya tak pakai pengeras suara sudah cukup wong kami cuma bertujuh, eh berdelapan ding sama sopir dan si bapak sendiri. Pertama-tama si bapak memperkenalkan diri. Nah, sekarang kami tahu namanya, “Khotib” namanya. Lalu menjelaskan bahwa dialah yang akan jadi pemandu ziarah pagi ini menggantikan Pak Helmy karena Pak Helmy sedang ada keperluan yang lain. Lalu memberitahukan mana-mana yang akan dikunjungi dan yang lainnya hanya dilewati saja karena terbatasnya waktu mengingat hari ini hari Jum’at. Jamaah harus kembali ke hotel secepatnya untuk persiapan sholat jum’at di masjid, cocok dah... kamipun sepakat.</p><p> </p><p>Tujuan pertama perjalanan ziarah ini adalah ke masjid Quba, masjid pertama yang didirikan Nabi Muhammad setelah Hijrah ke Madinah. Kami diminta turun untuk melaksanakan sholat sunah. Dijelaskan bahwa masjid Quba ini punya keistimewaan, keistimewaannya adalah pernah dinyatakan Rosulullah dalam sabdanya, “Barang siapa berwudhu di rumahnya (tempat tinggalnya), kemudian berkunjung ke masjid Quba, lalu mengerjakan shalat, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakan umroh”. Tak boleh disia-siakan donk kesempatan ini. Kamipun segera turun dari kendaraan dan melaksanakan beberapa sholat sunah seperti yang dianjurkan. Kami lalu tahiyatul masjid, dhuha, sholat hajat, dan sholat taubat, masing-masing 2 rakaat. Walau susah mencari tempat yang nyaman untuk melakukan sholat apalagi waktu sujudnya karena penuhnya ruangan oleh jamaah, tapi Alhamdulillah kami bisa mengerjakan semuanya. Kalau tak ingat kalau kami masih perlu mengunjungi ke tempat-tempat lain, pasti aku akan berlama-lama di masjid ini. Tapi tak bisa, yang lain sudah menunggu di kendaraan, siap melanjutkan ziarah.</p><p> </p><p>Tujuan selanjutnya adalah kebun kurma. Saat disebut “kebun kurma” yang kebayang dikepala adalah, akan seperti apa ya berjalan dibawah naungan dahan dan daun-daun pohon kurma yang rindang, sedang dalam sela-sela dahan terpencar berumpun tangkai yang menjuntai dan buah kurma siap petik. Kami akan memilih dan memetik kurma sesuai kematangan yang kami inginkan, pasti indah dan menyenangkan sekali. Kebayang pula kalau seandainya kebun itu milik kami atau kami punya pohonnya, terus pohon itu berbuah, terus kami mengunjunginya, terus kami mengamati perkembangan buahnya, terus kami memetiknya. Ah..., berandai-andai memang menyenangkan sekali.</p><p> </p><p>Tapi saat kami sampai di kebun kurma Abdul Aziz, lalu dari dalam mobil terlihat pohon-pohon kurma yang sudah tinggi, daunnya tertutup debu sehingga hijaunya tak kentara dan sedang tak ada buahnya. Uuh... lain dari bayangan. Apa memang saat ini sedang tak berbuah ya, sedang bukan musimnya. Atau mungkin sudah berbuah tapi sudah dipanen, dan kami terlambat mengunjunginya. Ah, tidak tahulah. Yang jelas bayangan kurma-kurma menjuntai tak ada lagi. Kalaupun yang kami lihat pohonnya ada buahnya, tangan kami tak mampu meraihnya karena pohonnya terlalu tinggi. Tapi tetap saja kami ingin mengabadikan saat-saat seperti ini. Yah, kapan lagi berfoto dikelilingi pohon kurma, di tanah air tak mungkinlah… Dan selanjutnya kami menuju toko kurma yang menyediakan berbagai jenis kurma, manisan, coklat dan aneka oleh-oleh. Yuk belanja yuk…</p><p> </p><p>Yang jadi pilihan pertama adalah kurma ajwa atau biasa disebut kurma nabi. Bentuknya yang mungil cenderung ke bulat dan warnanya hitam memikat menjadi mudah mengenalinya. Weh, tapi harganya bok! Selangit. Sekilonya delapan puluh real, kalau dikurskan ke rupiah saat ini kami harus bayar dua ratus rebu. Ck ck ck... dan kami belinya tak mungkin hanya sekilo, ada kerabat dan sahabat yang akan kami bagi. Kenapa harganya mahal banget yah?</p><p> </p><p>Pilihan yang kedua masih kurma, kami mencari kurma ambar. Sesuai namanya “ambar” artinya paus, jadi kurma ini ukurannya lebih besar dibanding jenis kurma lainnya. Harga yang ditawarkan juga membuat kami membelalakkan mata, sama selangitnya. Sekilonya delapan puluh real. Hiks... hik...</p><p> </p><p>Masih ada yang mau dibeli, bungsuku mau coklat. Ya... ya... ya... mumpung masih disini dik, ayo cepat dipilih tapi jangan banyak-banyak ya. Eh ini untuk apa ya, dimakan sendiri apa untuk oleh-oleh? Katanya untuk oleh-oleh ke teman-temannya. Oke!</p><p> </p><p>Tak terasa hari telah semakin siang, terpaksa kami harus menyudahi ziarah di kebun kurma ini kalau tak mau terkuras isi dompet. Tapi memang kami harus menyudahi ziarahnya kok karena sebentar lagi masuk waktu sholat jum’at. Jangan gara-gara ziarah kami terlambat ke masjid Nabawi. Kami segera kembali ke mobil dan balik ke hotel. Masjid Qiblatain, Gunung Uhud, makam Uhud, dan masjid tujuh tak jadi kami kunjungi. Kami hanya melintas saja, menyaksikan dari jauh, mendoakan syuhada-syuhada Uhud dari kendaraan saat melewatinya. Semoga lain waktu Allah masih mengijinkan kami mengunjunginya lagi dan lebih dekat. Amin Allahumma Amin.</p>eni nur rahyunihttp://www.blogger.com/profile/17933665774352624495noreply@blogger.com0