7 April 2010

Arisan

Ada yang beda dari arisan yang akan dijalani Dian mulai bulan April ini. Bahwa karena tugas suaminya pindah maka kegiatan sosial yang dijalani Dian juga berubah. Dari yang biasanya hanya mengikuti satu arisan di kantor suaminya. Sekarang harus mengikuti kegiatan arisan beberapa seksi di kantor suaminya yang baru dipindahi. Padahal di kantor yang sekarang ada 6 seksi. Bisa-bisa Sabtu-Minggu Dian nggak akan makan di rumah.

Selain 6 arisan yang wajib didatangi itu masih ada lagi arisan yang wajib didatangi Dian yaitu arisan RT dan arisan di Organisasi sosial dimana Dian sebagai salah satu pengurus. Ada baiknya ikut kegiatan arisan ini. Selain lebih kenal dengan istri teman suaminya, bisa sebagai sebagai ajang silaturahim. Cuma yang jadi masalah sekarang adalah Dian harus pintar bagi waktu. Karena paling tidak arisan ini butuh 2 jam untuk meninggalkan rumah. Yang berarti Dian akan meninggalkan kegiatan rumahnya selama 2 jam sedang Dian saat ini tidak punya pembantu. Semua pekerjaan rumah ditangani sendiri. Suaminya bantu-bantu dikit dan anaknya yang masih di kelas 6 SD kadang membantu. Tapi disuruh dengan agak sedikit penegasan dalam permintaan tolongnya.

Kali ini giliran Dian mendatangi salah satu arisan di seksi kantor suaminya. Setelah acara dibuka oleh pengurus arisan dan dibacakan sebentar pengumuman. Giliran perkenalan warga baru. Yaitu Dian dan satu orang ibu yang juga baru. Sebut saja Ibu Rina, istri atasan dari ibu-ibu yang hadir saat ini.

Ibu Rina mengawali perkenalannya dengan salam dan membuka dengan ucapan syukur pada Ilahi, dilanjutkan mengenalkan nama dan dimana dia tinggal. Ibu Rina juga menceritakan sejarah suaminya dinas sampai akhirnya dipindahkan ditempat yang baru ini. Acara perkenalannya ditutup dengan permintaan supaya dia dapat diterima baik dikelompok ini dan mendapat dukungan untuk setiap kegiatan yang dipimpinnya.

Giliran Dian diberi kesempatan bicara. Mengingat masih ada acara lagi setelah perkenalan yaitu Demo masak, maka Dian berkenalan dengan singkat. Intinya menyebutkan nama suami, nama dirinya dan keluarganya. Menyebutkan hobby yang digelutinya dan akan berusaha untuk hadir ditiap undangan arisan ini.

Acara perkenalan selesai. Giliran peragaan memasak dari sebuah jasa penjualan peralatan memasak. Beberapa peralatan diperagaan. Alat untuk memotong sayuran seperti yang di televisi, panci ajaib yang hampir sama fungsinya dengan panci presto juga sebuah wajan serba guna karena bisa dipakai sebagai oven.

Ah, pasti ujung-ujungnya sama seperti peragaan memasak sebelumnya. Pikir Dian. Nah, sekarang berapa harga barang tersebut? Dian yang tidak hobby memasak, meski sudah disuguhi peragaan memasak tidak akan goyah untuk membelinya. Pikirnya selain harga yang begitu mahal untuk sebuah panci sampai diatas Rp 1.700.000,- di rumahnya masih banyak perkakas rumah tangga yang masih bisa dipakai. Ngapain juga harus membeli lagi.

Lain Dian lain Ibu Rina dan beberapa teman arisan. Orang-orang tergiur membeli. Padahal belum tentu nanti setelah terbeli akan terpakai. Karena banyak sekali dari Teman-teman ini yang hanya tergiur membeli setelah melihat peragaan memasak. Ucapan Wow! sering terdengar disela peragaan. Tanpa berhitung nilai manfaatannya. Seberapa banyak memakainya. Sebanding tidak harga dengan pemakaiannya.

Akhirnya beberapa orang tercatat sebagai pembeli. Lembar berwarna biru yaitu uang lima puluhan ribu terkumpul dimeja, kemudian diserahkan pada penjual peralatan tersebut. Untung besar penjualnya hari ini. Mudah-mudahan akan terpakai terus peralatan tersebut alias tidak menjadi penghuni gudang. Sedang Dian dan teman arisan lain yang tidak tertarik langsung menyerbu meja makan setelah dipersilahkan menikmati hidangan yang disediakan. Menu arisan hari ini soto makasar yang nyummy dan es buah.

Setelah mengambil semangkuk, Dian duduk dikursinya lagi. Disebelah duduk seorang teman, istri atasan yang satu lagi, sebut dia Ibu Sonya. Haduh hebohnya si Ibu ini bercerita tentang setiap bulan yang harus mendatangi arisan beberapa tempat. Maksudnya memberitahu ke Dian yang orang baru. Lalu disebelahnya lagi tak kalah serunya.

“Makanya kok bingung mau pake baju apa. Ow ini to maksudnya. Supaya tidak terjadi 2x pake dalam 1 bulah karena ada orang-orang tertentu yang akan ketemu”

“Lha iya kan mbak. Kan nggak enak kalau dalam sebulan dateng arisan pake baju yang sama”

Ow, Dian mulai menyimak kalimat dari dua Ibu yang berbincang didekatnya. Suara agak dipelankan supaya temen-temen yang lain tidak mendengar. Dalam hati Dian berucap.

“Wah repot juga kalau masalah baju saja harus pusing mikir udah dipake belum ya bulan ini saking malu ati kalau dilihat temen”

Perempuan, sukanya memang berdandan, ingin berpenampilan apik. Kalau bisa... dipakai dah semua perhiasan yang tersimpan dilemari. Siapa sih yang tidak ingin tampil cantik diantara teman-temannya? Siapa sih yang tidak ingin tampil menarik dan jadi pusat perhatian teman-teman? Dianpun juga menginginkannya. Tapi kalau sampai ini jadi beban, wah... gawat. Pikir Dian dalam hati. Dian juga mulai membanding-bandingkan keadaanya dengan keadaan teman-temannya ini. Sebenarnya ibu-ibu ini tidak punya penghasilan, mereka hanya mengandalkan dari suaminya. Tapi ibu-ibu ini bisa dan rela saja membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Seperti baju yang hanya karena malu dilihat temen. Kok memakai baju itu lagi-itu lagi, akhirnya tiap bulan bisa saja membeli baju. Ini baru baju, belum selop, tas. Apa karena ibu-ibu ini tidak bekerja ya dan tidak menghasilkan uang sendiri, jadi tidak sayang untuk membelanjakan uang suaminya. Pikir Dian lagi.

Dian, seorang ibu rumah tangga. Dian punya usaha yang sudah dirintis 20 tahun yang lalu. Usaha yang dijalani lumayan berkembang. Penghasilannya tiap bulan kalau hanya untuk membeli baju-baju seperti cerita ibu-ibu disebelahnya tadi masih bersisa. Tapi Dian tidak melakukannya. Dian pikir untuk apa gaya hidup yang seperti ini? Hanya kepuasan sesaat dan akan terus ingin terpenuhi. Dan lagi barang-barang ini nantinya hanya akan menjadi sampah tak bisa dijual lagi. Apa tidak sebaiknya dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat untuk masa depan setelah suami pensiun?

Arisan hari ini selesai dengan membawa kesan tersendiri. Berkenalan dengan teman-teman baru. Melihat seberapa konsumtifnya teman-teman. Belajar menempatkan diri dilingkungan yang baru.

***

Masih dibulan yang sama, giliran Dian untuk mendatangi sebuah arisan lagi. Kali ini seksi di kantor suaminya. Bukan seksi yang didatangi Dian sebelumya. Tapi sayang arisan kali ini Dian tak bisa datang tepat waktu. Alasannya Dian harus mengisi acara ketrampilan ditempat arisan di kantor lain. Karena permintaan ini sudah diiyakan Dian, maka ketika datang undangan arisan dari kantor yang dibawa suaminya. Dian langsung menelephone ke tuan rumah yang akan ketempatan. Dengan sangat terpaksa nanti Dian akan datang terlambat karena tidak mungkin membatalkan persetujuannya untuk mengisi acara ketrampilan tersebut. Padahal salah satu acara yang tercantum diundangan yang dibawa suaminya kali ini adalah acara temu pisah sambut. Berarti acara perkenalan antara Dian dengan ibu-ibu di kantor suaminya dan perpisahan dengan seorang ibu yang Dian gantikan posisinya.

“Gimana ya? nggak apa-apalah, nanti kita tunggu. Karena nggak mungkin buat undangan lagi karena waktunya sudah nggak memungkinkan. Apalagi besok hari Libur. Kalau menghubungi per telephone sepertinya tidak mungkin deh” Inilah suara ibu tuan rumah waktu ditelephone Dian.

“Wah, jadi tidak enak nih. Apalagi ada acara pisah sambut. Tapi nanti saya usahakan untuk secepatnya selesai mengisi acaranya saya langsung meluncur. Mudah-mudahan aja ya acaranya cepet selesai”

Setelah telephone terputus Dian segera menyiapkan beberapa bahan yang akan digunakan untuk praktek dalam mengisi acara ketrampilan. Dari bahan yang belum jadi, perlengkapan sampai barang yang sudah jadi.

“Mudah-mudahan besok lancar dan cepat selesainya supaya acara arisan pisah sambut bisa kuikuti juga”

Hari yang ditunggu tiba. Dian meluncur ketempat arisan dimana dia harus berpraktek dengan bahan-bahan yang telah disiapkan sebelumnya. Sampai ditempat acara masih ada beberapa orang yang baru datang jadi acara belum bisa dimulai.

“Wah, kalau acaranya molor gini bisa-bisa nggak bisa dateng nih di acara pisah sambut” ucap Dian dalam hati.

Tapi Dian tak menunjukkan raut kecemasan. Dian ikuti saja irama datangnya tamu-tamu. Menit demi menit berlalu, satu satu undangan mulai berdatangan. Sampai akhirnya acara bisa segera dimulai. Acara dibuka, biasanya ketua arisan yang membuka acaranya. kemudian mic diserahkan kepada tuan rumah yang sekaligus sebagai ibu yang juga sebagai istri dari atasan suami undangan yang hadir. Ucapan seperti biasa yaitu selamat datang, terima kasih untuk pengisi acara.

“Yah, ada perkenalan warga baru. Molor lagi waktunya”

Diikutinya acara perkenalan anggota baru dengan debar-debar. Katanya dalam hati juga, ada berapa anggota baru yang akan dikenalkan. Ah, untungnya hanya dua jadi acara praktek Dian bisa segera dimulai.

“Yah, ada pengumuman lagi” batin Dian ketika seorang ibu disebelahnya mendekati MC dan berbisik untuk memberikan pengumuman setelah ibu yang sedang memperkenalkan diri selesai.

“Duh, akan semakin terlambat nih” Dian memikirkan akan selesai jam berapa nanti.

Untungnya pengumuman tak butuh waktu panjang. Akhirnya giliran Dian untuk berpraktek memberikan ketrampilan didepan ibu-ibu undangan. Dian mulai mengenalkan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan. Sambil terus berbicara tangannya terus juga memperagakan ketrampilan. Antusias sekali ibu-ibu ini mengikuti instruksi yang diberikannya. Meski buat Dian, ini pekerjaan yang gampang sekali. Tapi bagi ibu-ibu undangan, ini rumit. Mungkin karena belum terbiasa saja. Tapi sebenarnya ketrampilan yang diberikan ini sangat mudah dan bisa dilakukan dirumah.

“Saya yakin, ibu-ibu pasti bisa melakukan. Tinggal mau apa tidak mengerjakan”

Ini yang dikatakan Dian selesai mengakhiri demo ketrampilan yang diberikan. Dan secepatnya Dian juga berpamitan karena ada undangan arisan yang sedang menunggunya. Dian segera membereskan barang-barangnya dan membawanya ke mobil. Segera diluncurkan mobilnya ketempat yang akan ditujunya sekarang.

Dalam kelajuan yang masih dibatas kecepatan peraturan, Hpnya berbunyi. Diliriknya dan disapanya penelephone.

“Ya bu?”

“Dik Dian masih lama?”

“Nggak Bu, ini saya sudah dimobil kok”

“Oya sudah, kalau gitu akan kita tunggu”

Sambungan telephone diakhiri. Dian melaju sesuai batas peraturan kecepatan. Jarak hanya tinggal dekat lagi. Dan akhirnya mobil dihentikan didepan rumah yang ditujunya. Dian turun dari mobil dan memasuki halaman rumah. Pintu yang tak terkunci dibukanya. Beberapa pasang mata mengamatinya.

“Ow Ow! aku jadi orang asing lagi” pikirnya dalam hati.

Dian mengumbar senyum dan menyalami beberapa orang yang dilewatinya. Rasanya gerah sekali tubuhnya karena saking terburu-burunya. Dian duduk diantara orang-orang asing. Dia amati sekeliling. Ada beberapa sudah dikenalnya tapi agak jauh jaraknya. Dian hanya tersenyum dan dibalas dengan senyuman. Ketua arisan kemudian langsung memberikan waktunya pada Dian untuk mengenalkan diri.

Dian kemudian mengenalkan diri. Seperti orang yang diburu waktu. Karena waktu memang sudah sangat sore dan sepertinya orang-orang juga sudah gelisah ingin cepat pulang. Dian berkenalan dengan singkat. Memperkenalkan dirinya, suaminya dan keluarganya. Hal-hal lainnya mungkin nanti bisa dikenalnya lebih banyak dilain waktu. Diacara yang berbeda mungkin lebih santai dan banyak ruang kosong.

Inilah arisan yang dijalaninya setelah arisan seksi beberapa hari sebelumnya. Masih ada 4 arisan lagi dari seksi yang berbeda dikantor suaminya. Mudah-mudahan waktunya tidak bentrok, sehingga bisa dinikmatinya dengan lebih santai. Inilah harapan Dian untuk arisan berikutnya.

“Pakai baju apa ya?” Nah lhoh. Dian ketularan temen-temennya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar