31 Maret 2010

Mintakan aku IB dong....?

Minggu, 14 Februari 2010.
Telepon rumah berdering seputar jam 9 malam. Segera kuangkat pesawat telepon yang terdekat dari tempatku duduk. Senyumku langsung mengambang dan jariku memberi kode ke suami untuk mendekat. Putri cantikku yang sedang menuntut ilmu di Magelang sedang berbincang denganku saat ini, sebenarnya tak biasa dia menelepon ke nomor rumah. Sambil menerima teleponnya kucari HP-ku yang ternyata mati karena kehabisan baterai. Kami saling menanyakan kabar. Dia baik-baik saja. Cuma sekarang pelajarannya susah sekali. Sesusah apa? Dia hanya bilang semuanya susah. Hah...!!! Ada apa ini? tak biasa-biasanya mengeluh kesusahan dengan pelajaran sekolah.
“Besok Senin udah mulai ulangan Ma... doain ya”
Kuberi semangat dan dorongan untuk berusaha melakukan yang terbaik, kuingatkan jangan lupa berdoa, memohon kemudahan dalam belajar dan mengerjakannya nanti.
“Iya. Insya Allah” jawabnya meyakinkan, kamipun melanjutkan membahas yang lainnya. Eit... apa yang barusan kudengar? Minta IB hari Sabtu-Minggu ini? IB singkatan dari Izin Bermalam yaitu minta izin untuk diperbolehkan menginap diluar asrama.
“Kenapa?”
“Suntuk..., pengen keluar aja”
Suami yang sedari tadi hanya mendengarkan, kini angkat bicara memberi harapan bahwa akan diusahakan untuk menjemput ke Magelang karena waktunya bertepatan dengan dinas pekerjaannya dan akan menginap di Solo. Merasa mendapat harapan, sorakpun langsung terucap. Tapi kemudian kuingatkan jangan berharap sekali karena belum tentu Papanya diizinkan dari kantor atau punya waktu menjemput, juga apakah fihak sekolah nanti akan mengijinkan IB-nya. Kuingatkan lagi bahwa akan diusahakan tapi tidak menjanjikan.

Rabu, 17 Februari 2010.
Kembali telepon dari putri cantikku di Magelang. Menanyakan bagaimana kelanjutan dari rencana IB-nya. Kami tetap sepakat dengan rencana semula akan mengusahakan dan memintakan surat ijin ke sekolah besok karena tiket ke jogjanya belum didapat.
“Besok Mama telepon bu Ana untuk minta ijin, tapi alasannya apa ya?” tanyaku.
“Apa ya Ma? kalau berobat nggak mungkin? siapa coba yang sakit?”
“Cari alasan apalah Ma, yang penting aku bisa keluar besok Sabtu-Minggu”
“Ayo dong..., sekali-kali aku IB gitu. Masa aku nggak pernah IB” Nadanya penuh harap.
“OK, besok mama mintakan ijin”
Setelah telepon terputus, giliran aku dan suami yang sekarang bingung mencari alasan yang tepat. Apa sebaiknya menengok Eyang Buyutnya yang sudah renta di Solo? Apa menengok Eyang Kakung dan Eyang Putrinya saja? Ah besoklah, setelah jelas ada kepastian mendapatkan tiket ke Jogja.

Kamis, 18 Februari 2010.
Saatnya suami berangkat ke Airport untuk urusan dinas ke Jakarta, aku tak bisa mengantar seperti biasanya karena disamping suami terburu-buru, aku juga harus mengantar si bungsu ke sekolah yang sudah ketinggalan bus jemputan. Kami semua terlambat bangun karena tidur lewat dari jam 2 dini hari.
“Papa berangkat bawa mobil saja ya, nanti mobilnya biar diambil sama orang kantor, Mama harus ngantar sekolah dulu, biar nanti nggak terlambat ke Airportnya”
“OK, nanti kutelepon orang kantor”
Akhirnya suami berangkat ke Airport dan aku melaju mengantar bungsuku ke sekolah. Aku juga pagi ini harus menyelesaikan tugasku yang belum selesai mengerjakan PR membuat naskah untuk kursus MC-ku.

Kujalani pagi ini dengan kesibukan yang berganda karena beberapa kegiatan hampir berbarengan pelaksanaannya. Surat-surat harus kubuat disela-sela kursus MC-ku. Keluar masuk ruang kursus dan mengerjakan surat-surat yang lumayan harus dikerjakan super cepat. Sampai aku kelupaan untuk menelepon guru wali kelas anakku untuk memintakan izin IB-nya. Cepat-cepat kuhubungi bu Ana dengan maksud memberitahukan alasan menghubunginya. Bu Ana kemudian menyarankan untuk mengirimkan Fax ke sekolah yang ditujukan kepada Kepala Sekolah karena nanti yang akan mengijinkan tidaknya adalah Kepala Sekolah. Lalu kutanyakan sebaiknya alasan apa yang akan kuberikan ke Kepala Sekolah. Bu Ana menyarankan mengunjungi nenek dan kakek di Solo juga tidak apa-apa.
“Apa diperbolehkan dengan alasan seperti itu Bu?”
“Mudah-mudahan bisa bu, biasanya kalau tidak bersamaan dengan kegiatan sekolah diperbolehkan apalagi besok hari Sabtu ulangan sudah selesai”

Dengan penuh keyakinan kubuat surat memintakan surat ijinnya. Kubuat dengan bahasa yang sesopan mungkin dengan penjelasan yang lengkap, tujuan dari IB dan siapa yang akan menjemputnya ke sekolah besok. Surat sudah selesai kubuat, tinggal ngeprint. Karena mesin printer dirumah lagi ngadat maka kuminta bantuan. Berangkat ke kantor secepatnya supaya bisa meneliti lagi apakah naskahku sudah sedemikian sopan untuk memintakan izin putriku. Dah..., waktunya ngeprint sementara HP-ku terus memanggil, sepertinya bungsuku minta diantar ke sekolah untuk urusan bimbelnya. Duuuuh, waktu yang bersamaan. Setelah terprint, kukoreksi lagi. Haduuuh ternyata ada yang salah.... ada pengulangan kata yang seharusnya tak ada. Harus mengetik ulang karena sudah terlanjur keluar dan file tak kusimpan. Aku berusaha mengetik kalimat demi kalimat. Kembali HP ku memanggil.
“Ma... ayo cepet antar aku, udah jam setengah tiga”
Haduuuh, kok ya pas bareng-bareng waktunya. Akhirnya aku minta tolong sama mbak yang kerja di kantor untuk mengetik ulang apa yang sudah kuprint tadi dan memperbaiki kesalahannya.
“Mbak, tolong ya ketikin seperti ini tapi yang bagian ini tolong dihilangkan, aku mau antar ke sekolah dulu... nanti aku kesini lagi, tolong ya mbak...”
Mengiyakan permintaanku yang dalam keadaan kalang kabut membagi waktu yang semua harus dikerjakan dalam waktu bersamaan, ooooh terselamatkan.
“Terimakasih mbak......!!” aku langsung lari keluar ruangan menuju mobil dan melaju ke rumah menjemput bungsuku yang sudah menunggu. HP-ku berbunyi lagi tapi tak kuhiraukan, takut membuyarkan konsentrasi mengemudiku.
Sampailah di rumah dengan selamat dan secepat kilat bungsuku melompat ke mobil dan kulajukan lagi menuju ke sekolah. Dalam beberapa menit sampailah ke tujuan yang memang ternyata halaman sekolah telah sepi karena teman-temannya sudah pada masuk kelas. Aku merasa bersalah karena tak bisa mengantar lebih awal. Tapi bagaimana lagi karena waktu yang bersamaan dengan kegiatan yang semuanya harus dikerjakan cepat.
Kembali mobil kuluncurkan ke kantor untuk mengambil kertas ketikan yang pasti sudah selesai. Benar juga ketika kuturun dari mobil segera kertas diberikan padaku dalam keadaan telah terkoreksi. Terimakasih mbak.....!!!
Aku segera berangkat ke wartel untuk mengirimkan fax ke Kepala Sekolah yang akan kutuju yaitu ke Magelang. No fax kusodorkan dan petugas segera mengirim sesuai nomor permintaanku. Beberapa kali usaha pengiriman gagal, dicobanya lagi.
“Ibu, tak bisa dikirim... apa benar nomornya ini?”
“Iya pak, setahu saya ya itu nomornya, tapi coba saya tanyakan lagi”
Aku segera menghubungi suami yang sekarang sudah berada di Jakarta, mungkin sudah di hotel. Kuminta mencarikan nomor fax melalui internet, karena sekarang nomor yang kupunya tak bisa dikirim. Sementara kutunggu suami mencarikan nomor faxnya, kucoba menghubungi semua nomor guru yang kupunya. Kok ya tidak ada yang mengangkat. Salah waktu barangkali kalau menelepon siang-siang begini. Pasti guru-guru pada istirahat dan HP-nya pada dimatikan. Masih ada satu nomor lagi yaitu telepon sekolah. Kucoba meneleponnya. Alhamdulillah tersambung. Dengan segera kuutarakan maksudku ingin meminta no fax yang harus kutuju untuk mengirim saat ini juga karena nomor fax yang kupunya tidak bisa terkirim. Dari informasi yang kuterima ternyata sudah benar, maka aku diminta untuk mencobanya lagi. Kuucapkan terima kasih dan kusudahi sambungan teleponnya. Bersamaan dengan itu tersambung telepon dari suami yang mengatakan nomornya sudah benar.
Kucoba sekali lagi pekerja wartel untuk mengirimkan faxku ke nomor yang sama.
“Bisa Bu, sekarang lagi jalan”
“Alhamdulillah, akhirnya terkirim juga”
Setelah benar-benar yakin terkirim maka segera kuhubungi bu Ana, tetap saja tak ada yang mengangkat teleponnya. Saat sedang menuliskan SMS untuk kukirimkan, kuterima SMS dari bu Ana, menyampaikan bahwa teleponnya tak terdengar karena sedang berada diluar ruangan. Lalu kulanjutkan untuk menulis SMS, menyampaikan bahwa fax sudah kukirimkan dan mohon dibantu untuk mengecek keberadaan faxnya besok pagi di kantor. Tak lupa ucapan terima kasih menutup SMSku.

Sabtu, 20 Februari 2010.
Suami sudah sampai di Magelang dan sudah ketemu dengan putri cantikku, berita gembira yang kudapatkan adalah surat yang kukirimkan sudah disetujui tapi baru boleh meninggalkan sekolah setelah jam 2 siang. Alhamdulillah.... Tak apalah Papanya menunggu satu dua jam lagi untuk menjemput putri cantikku berlibur ke rumah eyangnya di Solo. Terimakasih ya Allah, telah Kau berikan kemudahan dibalik kekalang kabutan usahaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar