22 Desember 2010

buah hati... indahnya...


“Happy mother’s day my super beloved women on earth. Hhe. May you’ll always be blessed by God. And can bring your son always in a right way. Amiiin”

Inilah yang tetulis di layar Hpku, tertulis dari seorang bujang ganteng berusia 22 tahun, seorang mahasiswa semester 7 yang selalu kurindukan, kusayangi, kusebut namanya saat doa terpanjat kehadapan Ilahi.

Tadi pagi, seorang keponakan yang biasa mengajak obrolan di facebook menanyakan padaku,

“Budhe.... mas Mirza, mbak Sofi, mbak Alma sudah kasih ucapan selamat hari ibu ke Budhe belum?”

Lalu kujawab,

“Belum, karena mas Mirza saat ini sedang ujian, mbak Sofinya sedang ada kegiatan sekolah dan nggak boleh bawa HP, mbak Almanya sedang ikut pesantren kilat di sekolah. Jadi semua belum ngucapin selamat hari ibu ke budhe”

Aku sebenarnya juga ragu, apa perayaan hari ibu kali ini akan ada kejutan buatku dari orang-orang yang kusayangi?

Setelah waktu berlalu dan beranjak sore, ternyata sebuah SMS membuatku haru saat ku membacanya. Nafas tak setenang sebelumnya. Kuulang membacanya, sesekali menelan ludah. Lalu, kupindahkan HP ke tangan suami yang saat itu duduk disebelahku.

"Dari Mirza" ucapku sambil tersenyum, dibacanya dalam hati, lalu jarinya menekan kursornya, sepertinya mengulangi membaca dari atas lagi. HP dikembalikan padaku dan komentarnya,

“bagus” sambil bibirnya menyunggingkan satu senyuman.

Yang kulakukan kemudian, aku beranjak dari dudukku, segera menuju kamar mandi, mengambil air wudhu dan melanjutkan dengan sholat ashar. Saat takbirotul ihrom terucap, “Allaahu Akbar” air mataku mengalir, kutahan tapi terus saja mengalir sampai salam terucap.

Doa lalu kupanjatkan, untukmu putraku, untukmu putri-putriku. Semoga Allah memberikan keselamatan di dunia dan akherat, memberikan kesehatan, membimbingmu dalam kebaikan, menggenggammu dalam keimanan dan akhlak yang baik.

Ya Robbi, inilah amanat yang Kau titipkan padaku, kau percayakan padaku. Beri aku kekuatan dan kepandaian untuk menjaganya, membimbingnya, mendidiknya, mengingatkannya, menyayanginya dengan ridho-Mu, dengan kasih sayang-Mu. Amin YRA.

Lalu kujawab SMSnya,

“Amin, YRA. Inilah hadiah terindah di hari ibu, perhatianmu, doamu. Terimakasih banyak ya Mirza sayang, semoga Allah memberi keluasan rizki, kemudahan, petunjuk dan perlindungan terbaik untukmu. Amin YRA”

Dan untukmu ibu, ibuku sayang... SMSpun kukirimkan,

“Semoga Allah memberikan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan. Keluasan rizki,dan perlindungan sebaik-baiknya untuk ibu dan bapak. Selamat hari ibu ya Yangti.”

Ibu, terjawab dalam SMSmu,

“AMIN.. YA RABBAL ALAMIN semoga semua doa-doa yang selalu kita panjatkan selalu tercurah dari ALLAH SWT dan senantiasa dalam LINDUNGANNYA”

Ibu, terimakasih untuk semua pengorbananmu, untuk kasih sayang yang tercurah, untuk semua perhatianmu.

18 Desember 2010

Awas ya...!!!!

“Diiik.. tidur.. dah malam” teriakku dari kamar karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 11.45 wita.

“Ya....” sahutnya dari ruang keluarga.

Samar-samar suara telivisi masih terdengar dan tak segera dimatikan. Kutunggu beberapa saat, tak juga dimatikan.

“Diiik... ayo... tidur, dah malem sekali ini, besok susah bangun paginya”

“Ya...” sahutnya lagi masih dari ruang keluarga.

Lalu kuperhatikan dari kaca lemari yang mengarah ke ruang keluarga, sekelebat terlihat jalannya menjauh dan “klek”, ow.. mengunci pintu dapur, “pintar”, lalu langkahnya kembali mendekat dan menuju kekamar dimana tubuhku kubaringkan di tempat tidur.

“Hiiii..., ada mickey tadi masuk kesini”

Langsung saja mata yang tadi sudah terpejam bangun dan sudah saatnya terpejam lagi, kini terbuka, lebiih lebar lagi.

“Mana?”

“Nggak tahu, tadi kesini, kesini, kesini, kesana” sambil jarinya menunjuk-nunjuk arah.

Wah, gawat! Harus dikeluarkan nih si Mickey, jangan sampai tidur digerayangi. “Hiii... “ sambil gedeg-gedeg geli.

Mata terus mengamati sekeliling ruangan, setiap sudut tak terlewatkan. Tapi aku tak beranjak dari tempat tidur. Ngeri juga kalau sampai tiba-tiba Mickey nongol, bisa main lompat-lompatan tengah malam ini. Dimana kau Mickey? Jangan nakut-nakutin aku ya...

“Sudah sholat?”

“Belum, takut Ma”

“Mickey kan nggak masuk kamar mandi, nggak papa, udah sana wudhu, jam segini kok ya nggak tidur”

“Ini jamnya mati ma”

“lha sekarang jam berapa?”

“Setengah satu”

“Lha udah setengah satu, kok ya nggak tidur, Hayuk sholat terus tidur”

Kakinya melangkah cepat ke kamar mandi sambil gedeg-gedeg “hiii...”. Sesaat terdengar sebentar gemericik air wudhu dari kamar mandi, kemudian langkahnya kembali kekamar, segera mengenakan mukena dan menjalankan sholat isya’. Setelah salam langsung melompat ke tempat tidur, masih saja sambil gedeg-gedeg “hiii...”

Tak berapa lama, akhirnya pulas juga. Tinggal aku terjaga sendirian, menikmati sisa malam, oh tidak! menikmati malam yang masih panjang, sendirian. Kupertajam pendengaranku, barangkali saja Mickey akan melewati kertas-kertas yang kebetulan terserak dilantai, kertas-kertas yang baru kupisah, mana yang masih terpakai, mana yang harus dibuang. Bantal kususun lebih tinggi, kali ini aku duduk agak rebahan, tapi tetap bisa mengamati sekeliling.

“srek”, nah, itu mungkin langkah mickey, aku diam, tak bergerak, tak membuat suara, sepi sekali. Kupertajam pendengaranku, tak ada suara lagi. Kemana langkah si Mickey ya...? aku tak bisa melihat. Lalu cicak menyuarakan “ck ck ck” dari luar kamar, kemudian sepi lagi. Sebentar kemudian berganti suara mesin AC, nyala sebentar..”weeeeng” kemudian mati lagi. Begitu terus. Tapi si Mickey tak jua kelihatan batang hidungnya. Mickey, Mickey... kemana kamu? Bikin mataku nggak bisa terpejam lagi, padahal malam telah semakin larut.

“kletek, kletek”, ada suara lagi, kali ini arah suara dari pintu. Mataku langsung tertuju, kuamati daerah pintu dan sekitarnya, pasti disitu si Mickey! Aku masih tak bergerak, hanya mataku melirik keatas pintu, kebawah, kesamping kiri, kanan. Ah, malam-malam senam mata. Mataku terus memelototi, mulutku terkatup rapat, masih kututup selimut dari kaki sampai dada, tangankupun masuk dalam selimut.Kalau saja bisa kulihat dicermin, pasti lucu sekali ekspresiku. Cuma terlihat kepala, tolah... toleh.... melotot sambil melirik kesegala arah.

“Eit” Mickey nongol di rantai yang kubentangkan dipintu, mataku terus tertuju. Gegek-gedeg geli, tapi harus kuawasi terus. Kulihat tingkahnya, mau kemana dia. Kepalanya tolah-toleh dan sepertinya manggut-manggut, ciri khas Mickey. Dia menyeberangi rantai yang kupasang membentang selebar pintu, sampai keujung, mau naik ke jendela. Kaki depannya sudah berusaha, tapi tak bisa. Tolah-toleh dan manggut-manggut lagi, berusaha naik lagi, tetap tak bisa. Kemudian balik, menyeberangi rantai lagi. Berusaha naik dari tempat yang berbeda, tetap tak bisa. Kuharap tak turun ke lantai lagi. Kalau sampai turun lagi, tambah susah pengawasannya.

Aku tetap tak bergerak, tak ingin mengejutkan Mickey. Tapi apa yang akan kulakukan? Sebentar-sebentar kuamati sekeliling sambil terus berusaha tak melepaskan Mickey. Jangan sampai kehilangan Mickey. Apa yang bisa kulakukan untuk melemahkan Mickey? Yang ada didekatku hanya HP, wareless telephone, charger, penggaris, CD. Tak mungkin kulemparkan ke Mickey. Diseberang ada sapu penebah tempat tidur, tapi tak mungkin kuambil karena harus turun dari tempat tidur. Ini akan mengagetkan Mickey. Mickey akan terjun dan langsung sembunyi kalau melihat ulahku. Terpaksa aku hanya diam, mengawasi gerakannya, dan tak bisa berbuat apa-apa. Apa ini akan semalaman? Apa ini akan sampai pagi?

Mickey terus berusaha naik ke jendela, entah apa yang diinginkannya di jendela atas yang tertutup gorden. Kaki depannya terus berusaha, ekornya bergerak-gerak, geli melihatnya. Tapi ya bagaimana lagi, dari pada kehilangan jejak.

Akhirnya Mickey berhasil juga naik ke jendela tertutup gorden. Tak bisa kulihat lagi bentuknya, apalagi melihat mukanya yang mengendus-endus seperti mencari sesuatu. Hanya kulihat bayangannya dibalik jendela yang terbias sinar lampu luar kamar. Dia bergerak ke kanak sampai habis, balik lagi kekiri sampai habis, kemudian naik keatas memanjat gorden. Sampai ujung gorden, kulihat lagi wajahnya mengendus-endus. Berusaha naik ke langit-langit. Mau apa? Tak ada lobang di langit-langit, Mickey tak bisa menjangkau langit-langit. Balik lagi ke jendela, kulihat lagi bayangannya.

Sepertinya ini saat yang tepat untuk beraksi, apa yang harus kulakukan ya? Ambil obat nyamuk baygon, ya.. ambil baygon dan menyemprotkan ke Mickey seperti yang dilakukan temanku. Moga-moga berhasil. Aku harus turun dari tempat tidur dan berjalan keruang lain untuk mengambil botol baygon, semoga Mickey tak beranjak dari tempatnya.

Dengan langkah seribu, cepat kuambil baygon dan mencobanya. Untung saja dua hari lalu aku membelinya, jadi masih utuh. Aku kembali ke kamar. Kulihat Mickey masih di balik gorden. Aku melangkah pelan mendekati jendela, aku harus naik meja yang dialasi kaca. Semoga tidak pecah dan memang biasanya tidak pecah. Disamping itu tak ada lagi yang bisa kupanjat. Kuarahkan baygon ke Mickey, tak langsung ke Mickey, tapi ke gorden dimana Mickey ada dibaliknya. Terlihat jelas bayangannya. Sebanyak-banyaknya kusemprotkan, Mickey berusaha menghindar, tapi tetap kukejar dengan semprotan. Aku tak berani menyibak gorden,takut si Mickey akan lompat kearahku.

Ada celah sedikit, moga saja mengenai sasaran dan membuatnya pusing. Kusemprot terus, sampai aku sendiri terbatuk2 tak kuat menahan baunya. Mickey pasti mabok! Pikirku. Dan sebentar lagi aku bisa mnyemprot langsung ke arahnya. Tunggu saatnya.

Kaleng baygon berukuran besar tinggal kurang dari separo, saatnya menyemprotkan langsung ke Mickey. Kusibak gorden pelan-pelan sambil baygon siap menyemprot. “Yes!” berhasil kusemprot. Badan Mickey basah kuyup, tapi masih bisa bergerak. Segera kututup lagi gorden, disamping geli melihatnya, juga takut dia melompat ke mukaku. “Hiii, ngerinya”

Saat yang bersamaan, terdengar bunyi “thek”, yah..! pecah deh kaca meja. Tapi aku tak beranjak dari tempat kuberdiri. Aku masih penasaran dengan Mickey, sehebat apa sih dia? Beberapa kali gorden bisa kusibak dan kusemprotkan langsung ke Mickey. Badannya semakin basah kuyup, dia berusaha menghindar. Kututup lagi gorden, dan Mickey berusaha keluar dari balik gorden. Waduh, gawat! kalau sampai keluar, gawat!

Benar saja, Mickey melongokkan kepalanya. Secepat kilat aku lompat dari meja, menjauhi jendela. Kupandangi tingkahnya dari jauh, kali ini aku tak berani berhadapan langsung. Tubuh Mickey yang basah berhasil keluar dari balik gorden, turun ke lantai. Aku gedek-gedek geli. Apa yang harus kuperbuat sekarang? Mickey masuk dibawah meja, waduh! tambah sulit keadaan sekarang. Kuambil sapu penebah dan kupukul-pukulkan ke bawah meja, berharap akan mengenai Mickey. Benar saja.. Mickey lari ke bawah tempat tidur.

Keadaan semakin sulit, kugetok-getok pinggiran tempat tidur. Tak ada gerakan, kuintip ke kolong, tak kelihatan. Dimaka kau Mickey? Kuayun-ayunkan sapu penebah kebawah tempat tidur. Mickey keluar dari bari kolong tempat tidur, tapi diseberang, lalu melintasi pintu kamar. Mickey berhasil keluar dari kamar, kukejar sambil membawa sapu penebah. Mickey lari secepat-cepatnya dan berhasil masuk ke kamar satunya.

Apa yang bisa kulakukan sekarang? Tambah susah ini, tak tahu dimana posisinya sekarang, dibawah kolong tempat tidurkah? Dibalik gordenkah? Diatas jendelakah? Satu-satunya jalan kututup pintu kamar.

Mickey... kau ada didalam, tubuhmu basah kuyub terkena baygon. Apa yang akan terjadi padamu Mickey? Aku tak tahu. Aku bisa tidur pulas setelah begadang denganmu. Tapi, ow, ow!. Diatas pintu ini ada kisi-kisi kaca terpasang miring, ada celah yang lebar. Bisa saja Mickey melewatinya dan kabur. Terpaksa begadang sampai pagi. Mickey, Mickey! kau menyiksaku malam ini, awas kau Mickey!

17 Desember 2010

putri cantik

Hari ini, sebuah percakapan indah terjalin. Seorang bocah berseragam merah putih (Vasha Ayuk) dengan budhenya. Sudah dua mingguan tak bisa masuk sekolah karena sakit, dia harus banyak istirahat supaya cepat sembuh. Tak bisa bertemu teman-teman untuk belajar bersama di kelas, bermain di halaman sekolah, berlarian ke kantin saat istirahat, pasti membuatnya rindu. Kali ini Facebook menjadi temannya untuk berkomunikasi dengan sahabat, saudara dan orang-orang yang dikasihinya.

Ayuk : budhe lagi ngapain?

Budhe : halo ayuk, budhe lagi ngobrol sama temennya budhe, mau ada acara hari ibu

Ayuk : oooo tapi hari ibu itu apa?

Budhe : nanti kalo tanggal 22 Desember, ada namanya hari ibu, diperingati sedunia, nanti ayuk bisa kasih ucapan ke mama, selamat hari ibu mama... gitu yah

Ayuk : yah tapi aku gak tahu ini hari apa sama ini tanggal berapa

Budhe : sekarang kan hari jum'at... tanggal 17... berarti masih 5 hari lagi

Ayuk : tinggal bentar banget dong, mbak alma sama mbak sofi dan mas mirza ikut nggak

Budhe : ikut kemana?

Ayuk : ikut hari ibu too

Budhe : ow, acaranya budhe yang hari ibu? enggak ikut... ini acaranya ibu2 saja

Ayuk : he he he tak kirakin kayak yang di upin & ipin

Budhe : kalo di upin ipin kan hari ibunya acaranya di sekolah, iya ya? kayaknya mbaca kartu ucapan hari ibu.. iya kan?

Ayuk : tapi kalok upin sama ipin ibuknya dah meninggal

Budhe : iya.... temen-temennya kan baca kartu ucapan di sekolah, kalo ayuk nanti mau ngucapin selamat hari ibu ke mama, juga bisa lewat fesbuk

Ayuk : he he yak tahu kasih kado aja ya he he he

Budhe : kasih kado juga boleh, tappi ayuk punya uangnya?

Ayuk : iya punya, tapi gak lebih dari 50 ribu

Budhe : kalo lewat fesbuk kan gak bayar, dan bisa dibaca siapa saja...

Ayuk : yah gak mau, malu sama yang lainnya, nanti semuanya yang punya fb pada ngomentari

Budhe : gak papa, nanti kan malah jadi yang lain ikut ngucapin selamat hari ibu ke ibu-ibunya

Ayuk : ibu-ibu bapak-bapak ya maksutnya budhe he he he

Budhe : nanti kan mbak hasna ikut ngucapin selamat hari ibu ke budhe atik, rafi juga, kak vina juga, kak eva juga...

Ayuk : he he he tapi malu, he he he malu budhe, gak mau

Budhe : ya udah, nanti budhe aja yang kasih selamat hari ibu ke yangti

Ayuk : iya, lha mbak alma udah tahu belom kalok ada hari ibu?

Budhe : tahu dong....

Ayuk : mbak sofi sama mas mirza?

Budhe : ya pasti tahu, kan hari ibu itu untuk semua orang yang mempunyai ibu dan dirayakan oleh semua orang

Ayuk : lha tapi yang ibu nya dah meninggal gimana?

Budhe : yang ibunya meninggal mungkin bisa mengucapkan selamat hari ibu ke ibu-ibu yang lain, maksudnya memberi kehormatan kepada ibu2 seluruh dunia

Ayuk : kenapa gak pergi ke kuburannya aja, kan kadonya bisa surat al-fatihah kan

Budhe : kalo kado untuk ibu yang sudah meninggal, nggak perlu pergi ke kuburan juga nggak apa-apa. Bisa berdoa setiap hari. Doa anak sholeh itulah kado untuk ibu atau bapak yang sudah meninggal, iya kan?

Ayuk : iya tapi anak yang kedua orang tua nya itu dah meninggal di sebut anak yatim ya?

Budhe : iya, anak yatim... hehehe pakde Henny termasuk anak yatim ya??

Ayuk : emang kenapa ?. pakdhe heni itu

Budhe : orang tuanya pakdhe Henny sudah meninggal

Ayuk : meninggal nya waktu pakdhe henny itu itu umur berapa?

Budhe : pakdhe Henny... umur 45 tahun, gimana? termasuk anak yatim apa nggak ya?

Ayuk : gak tahu, tapi itu dah menikah belom ?

Budhe : sudah...

Ayuk : yang lahir baru siapa?

Budhe : sudah lahir semua

Ayuk : mbak alma berapa tahun?

Budhe : waktu itu masih SD kayaknya

Ayuk : ooo kok aku baru tahu ya

Budhe : soalnya budhe nggak cerita ke ayuk waktu itu

Ayuk : he he he budhe mbak alma udah tahu belom kalok pakdhe itu anak yatim

Budhe : ya udah, kan mbak alma kalo ke bojonegoro nggak ketemu eyangnya lagi...

Ayuk : kasihan ya, aku jadi pengen nangis budhe

Budhe : makanya harus sayang sama eyang-eyang semua. mereka kan sekarang sudah tua, sudah gampang capek, gampang sakit, ayuk sayang ya sama eyang semua.. eyang cemani sama eyang ndawung

Ayuk : ya semua harus sayang kan budhe

Budhe : iya, jadi orang memang harus sayang sama semuanya....

Ayuk : nanti kan di sayang sama allah to

Budhe : iya, yang sayang semuanya akan disayang Allah, harus sayang sama hewan juga...

Ayuk : he he he kalok aku udah tahu itu semua, kan hewan juga ciptaan allah to

Budhe : iya Ayuk, jadi nggak boleh ngganggu hewan, nyiksa hewan... coba kalau kita yang diganggu atau disakiti... kan nggak mau kan?

Ayuk : ya enggak mau, tapi kalok hewannya udah di pilih untuk di bunuh karena hewan kurban, gak papah kan kalok di bunuh?

Budhe : nggak papa membunuh hewan, hewan membahayakan misalnya atau hewan qurban. tapi ada caranya supaya tidak menyiksa, pisaunya harus tajam. kalau pisaunya nggak tajam... itu namanya menyiksa

Ayuk : tajam itu landep ya?

Budhe : iya... hehehe, bahasa jawanya ya... Ayuk juga ada pelajaran bahasa jawa ya?

Ayuk : iya, tapi budhe aku bingung, kok tadi itu pertamanya ngmongnya tu hari ibu kok lama lama jadi hewan kurban sih, aneh ya

Budhe : itu namanya kita ngobrolnya asyik banget.. hebat ya... ngobrolnya sampai kemana2

Ayuk : he he he iya jadi kalok jadi hewan itu gak enak ya sukak nya di bunuh dan dimakan

Budhe : sudah nasibnya, tapi mereka nggak ada dosanya lho... kan nggak dikasih akal

Ayuk : iya . budhe aku mau mandi dulu ya gak sampek lima menit kok

Budhe : iya, budhe juga mau makan dulu ya

dan berakhirlah percakapan yang indah hari ini.

2 Desember 2010

I ♥ you ganteng (mirza)

02.12.2010, susunan angka yang cantik
Hari ini genap 22 tahun usia sulungku “Andi Mirza Zakaria”
“Met Ulang Tahun ya mas Ganteng”
Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan iman dan taqwa untukmu, selalu melindungimu, memberikan kesehatan, keselamatan, kelancaran semua urusanmu, dan memberikan kebahagiaan dunia dan akherat, Amin YRA.
Pesanku, Pandai-pandailah membawa diri, menjaga diri, menjaga kehormatan, dan tunjukkan bahwa kau bisa, semoga kesuksesan selalu menyertaimu sayang.



Sengaja kuselipkan “Mas Ganteng” untuk menuliskan pesan di wallmu, pernah kau berkomentar “apa sih pake ganteng-ganteng”, tapi kadang sikapmu biasa aja, kau tak berkomentar apa-apa, hahaha... aku suka saja menyebutnya. Sebenarnya ada maksud menyebutmu “ganteng”, tidak hanya rupa yang kumaksud, tapi berharap dan berdoa semoga perilakumu juga ganteng, studymu juga ganteng, terlebih ibadahmu, kuharap ibadahmu juga ganteng, yah... semuanya ganteng alias bagus.

Kali ini, sudah ke tujuh kalinya kau rayakan ulang tahun sendiri. Yah, sejak tahun 2004, yaitu sejak kau injakkan kaki di bumi Serpong, menuntut ilmu di SMU yang kau pilih, MAN Insan Cendekia-Serpong. Ucapan selamat ulang tahun melalui telpon sangat sulit tersampaikan, karena terbatasnya pesawat telepon yang disediakan di asrama. Yang saluran sibuklah, yang tak tersambunglah, atau.. saat tersambung kau tak ada ditempat, ah.. lama-lama sudah jadi hal biasa. Tak dibawain HP, karena memang kau tak boleh bawa HP. Tata tertib asrama untuk semua siswa. Intinya, komunikasi terganggu.

Satu kali saat menelepon bertepatan dengan ulang tahunmu, kau bilang teman-temanmu minta ditraktir. Yang kutangkap waktu itu, “wow ! seberapa banyak temanmu yang mau ditraktir, bukannya kamu tinggal di asrama?” Lalu kau jelaskan “ya nggak semualah Ma”. Hehehe... bayanganku seasrama mau ditraktir, terus traktirannya dimana? “paling juga makan di kantin asrama” lanjutmu.

Hari ini, saat meneleponmu, mengulang kembali ucapan selamat ulang tahun untukmu, kutanyakan

“Wah, makan-makan dong Mir, berapa harus mama kirim nih?”

Kau jawab,

“Kayaknya nggak makan-makan deh Ma nanti”

“Weih ! kok nggak seperti biasanya?, kirimin uang dong Ma, mau makan-makan nih sama temen-temen”

Ini yang terjawab tadi pagi. Hmm... yang bener? hehehe... apa iya nanti nggak ada makan-makan? Nggak berubah pikiran?



14 November 2010

Beruntungnya Aku


Beruntungnya aku,
Bersemayam dalah rahim seorang ibu yang taat agama
Aku yakin..
Saat raga ini mendapat asupan langsung dari rahim selama sembilan bulan
Pasti teriringi dengan banyak doa untukku

Beruntungnya aku,
Terayun dari seorang ayah yang tahu agama
Aku yakin..
Saat pertama kali kuberhadapan dengan dunia
Lantunan adzan dan iqomah pasti mengawali jejak langkahku

Kemudian...
Kau kenalkan aku sejak kecil dengan agama
Kau ciptakan kecintaanku sejak kecil pada agama
Kau tuntun aku dengan akhlak agama
Dan kau selimutkan doa yang tulus setiap saat dengan cinta dan kasih sayangmu
Hingga aku menjadi semakin yakin dengan agama yang kupeluk, yaitu islam
Dan mengamalkannya dalam kehidupanku

Hari ini, 14 November 2010
Genap 45 tahun usia pernikahan Bapak-Ibu
“Selamat ulang tahun”

Doaku teriring selalu untukmu:

Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaani soghiiroo, ya Allah aku mohon dengan setulus hati untuk bapak-ibuku. Berikanlah kekuatan iman dan selalu dalam keadaan iman dan taqwa kepada-Mu sampai akhir hayat, berikanlah kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan dunia-akherat, kesabaran dan ketabahan. Mudahkan dan lancarkan semua urusannya. Jadikan sebagai panutan dalam kebaikan, dihormati dan disayangi keluarga dan handai taulan. Berikanlah rizqi yang agung, yang halal, yang penuh rahmat dan barokah-Mu. Bimbinglah selalu dalam petunjuk-Mu, jauhkan dari sifat iri, dengki, takabur, hindarkanlah dari segala bahaya dan kemungkaran. Dan semoga selalu dalam lindungan dan kasih sayang-Mu. Amin YRA”

Terima kasih Bapak-Ibu

12 November 2010

Puzzle Idul Adha


Di spanduk tertulis hari pelaksanaan “Idul Adha”, ada yang menyebutnya “Idul Qurban”. Dalam percakapan sehari-harinya, ibu-ibu biasa menyebutnya “Lebaran Haji”. Dan ditanah kelahiranku, kampung halamanku, tanah air beta.. masih terngiang jelas menyebutnya “Bakdo Besar”. Aiiih, sama saja maksudnya. Semua bermuara pada contoh sejarah nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Sejarahnya yang telah sering terdengar saat pengajian di masjid maupun di musolla, sejarah yang diajarkan di sekolah umum sebagai pelajaran agama, sejarah yang diceritakan di sekolah mengaji sore anak-anak sebagai dongengnya. Buku-buku cerita juga banyak terjual, dan untuk menarik minat baca, banyak diterbitkan dalam bentuk komik untuk anak-anak. Hayuk kita buktikan, apa anak-anak kita telah tahu sejarahnya...

Mendekati hari raya Idul Adha, bahkan sebulan sebelumnya, di masjid-masjid telah dibentuk panitia pelaksanaan Qurban, mulai dari pengadaan sampai penyaluran daging qurbannya. Untuk memudahkan, para pequrban tinggal setor saja ke panitia uangnya sejumlah yang tertera, berapa rupiah untuk seekor kambing dan 1/7 bagian sapi. Begitu dimudahkannya, saat hari H tiba, tinggal melihat hewan qurban menunggu antrian kapan disembelih, dikumpulkan dengan yang lain, dipotong, ditimbang, dimasukkan dalam tas plastik dan siap dibagikan ke masyarakat sekitar. Tak perlu datang sendiri ke penjual, tak perlu menaksir umur, melihat keutuhan fisik, kesehatan, dan tak perlu tawar menawar. Semua sudah dimudahkan panitia. Qurban yang telah disembelih akan dikirim kerumah sebagian atau sebagai bagian pequrban untuk dinikmati sekeluarga atau mungkin akan dibagikan lagi pada orang-orang yang diinginkannya. Enaknya dimasak apa ya? sate, gule, tengkleng, sup? Waaaahhh lha kalau ini tergantung juru masaknya.. bisanya masak apa...

Kini saatnya Idul qurban di kampung halaman. Suasana yang selalu kurindukan. Biasanya hewan qurban yang dikelola masjid telah ada dua sampai tiga hari sebelum hari H, yah.. paling lama seminggu. Itu seingatku. Kalau lebih lama lagi mungkin akan merepotkan mengurusnya. Harus ngasih makan, ngasih minum. Apalagi kalau cuaca tak mendukung seperti hujan. Bisa-bisa hewan qurban sakit dan bisa mati. Maklum, semua nggak ada pengalaman pelihara kambing maupun sapi. Wallah wallah... jadi repot semua, belum lagi.. masjid harus mengganti hewan qurban. Tekor dong masjidnya.

Satu pekarangan yang lumayan luas, milik warga dipakai menampung hewan qurban, tentunya dengan meminta ijin si pemilik. Terpal sebagai pelindung dari cuaca panas dan hujan terpasang. Kambing-kambing dan sapi ditambatkan pada tiang, pada pohon, pada apa saja yang bisa digunakan. Anak-anak senang melihat sekumpulan hewan qurban yang lehernya terpasang tali memanjang ke beberapa tiang. Setiap sore menyambangi, mengelus-elus kepala kambing, memegang tanduknya, berusaha memasukkan daun kemulutnya. Ingin memberi makan.

“Itu kambingku, itu lhoh yang tanduknya melungker. Wuih tadi itu.. masak.. diseruduk sama kambing yang hitam jelek itu. Nakal itu kambing yang hitam itu”

“Iya, aku tadi juga lihat kok. Yok nggak usah dikasih makan yok, nggak usah deket-deket yang hitam. Ngeri aku, nanti kalau aku diseruduk”

Anak-anak, celotehnya selalu lucu-lucu. Mbing... mbing... ada yang nggak suka sama kamu lhoh. Makanya jangan nakal, jangan main seruduk. Tuh, kamu nggak dikasih makan sama mereka..

Tak hanya anak-anak yang datang melihat, bapak-bapakpun asik menaikkan anaknya ke punggung salah satu kambing, padahal anaknya sudah meronta-ronta nggak mau dinaikkan karena takut.

“Nggak papa.. nggak papa.. lhoo nggak papaa.. lihat tooo... nggak papa ini” si bapak... mbok ya sudah, wong anaknya sudak kejer gitu kok dipaksa, nanti malah trouma lhoh. Nyali anak kok disamakan dengan nyali bapaknya...

Ibu-ibu juga nggak kalah serunya, sambil menggendong anaknya mencari hiburan untuk anaknya supaya mau disuapi.

“Dik... dik.. itu lhoh dik kambingnya makan, yuk.. adik makan juga.. hak, hak, hak... haemmmm” slupruuutt... akhirnya satu suapan masuk kemulut.

Ternyata berkah qurban sudah dirasakan beberapa hari menjelang hari H. Semua menikmati kehadiran hewan qurban, mendapat hiburan, mendapat kesenangan, dan saatnya hari H nanti.. semua akan menikmati dagingnya..

***

Sehabis sholat isya’, anak-anak siap diarak oleh beberapa remaja masjid untuk takbir keliling kampung, obor kecil dari bambu dinyalakan dan dibawa oleh yang sudah agak besar. Mereka berbaris di depan masjid. Beberapa orang tua ikut berbaris dibelakang, akan ikut berkeliling kampung. Selain menjaga anaknya yang ikut dalam barisan, ternyata mereka juga senang. Saat barisan benar-benar diberangkatkan, takbir, tahlil dan tahmid berkumandang tiada henti. Remaja memimpin “Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar, Laailaaha illallaahu Allaahu akbar, Allaahu akbar walillaahilhamud” disahut dari barisan dengan penuh semangat dengan lafal yang sama. Ada yang sampai terlihat benar otot lehernya saking semangatnya menyuarakan. Barisanpun berjalan menjauh, makin lama makin tak terdengar suaranya dan akhirnya barisanpun tak kelihatan karena berjalan kearah belokan gang kampung. Syiar islam menggema dari mulut-mulut mungil anak-anak kecil yang dengan senang melakukan perjalanan keliling kampung. Suaramu menjadi saksi di akherat kelak anak-anakku sayang.. Sedang sebagian lain. Remaja yang lain bersama pengurus masjid dan para sesepuh duduk dalam masjid, duduk bersila menghadap kiblat, dengan khusuk juga mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Semua siap menyambut hari raya Idul Adha esok hari.

Rute takbir keliling tak jauh mengingat dalam barisan adalah anak-anak, anak-anak SD, TK, bahkan ada yang belum sekolahpun ikut dalam barisan. Maka sebentar saja barisan sudah sampai ke halaman masjid lagi. Remaja memberi komando untuk masuk ke masjid. Anak-anak melepas sendal, masuk ke dalam dan duduk menunggu pembagian minuman pelepas dahaga, kue yang sudah disediakan ibu-ibu dibagikan, anak-anak menyambut dengan senang. Lihat senyumnya yang tulus menerima pembagian.. tak ada gumam mengeluhkan jenis kue atau jenis minuman. Semua menerima, membuka dan menikmati. Semoga Allah memberi keberkahan dari hidangan yang termakan. Amin. Kemudian anak-anakpun pulang dengan kebanggaan “Aku ikut takbir keliling”

Malam telah semakin larut, masjidpun akhirnya dikosongkan. Bapak-bapak pulang, remaja dan pengurus masjid pun pulang. Menyusun tenaga untuk pekerjaan besar esok hari.

***

Hari besar, hari yang ditunggu-tunggu. Setelah melaksanakan sholat Idul Adha berjamaah di pelataran masjid yang termasuk jalan kampung ini. Hewan-hewan qurban siap disembelih. Beberapa petugas yang akan menyembelih telah siap dengan pisaunya yang tajam, sekali tebas.. putuslah urat leher. Gilirannya penyamak kulit siap dengan keahliannya. Kambing yg telah mati digantung terbalik. Kepala dipisah dari badannya, badan dikuliti, dibelah perutnya, diambil bagian dalamnya. Hati, limpa dipisahkan, usus dan babat dipisahkan siap dibersihkan kotorannya. Kemudian seonggok daging dipindah ke terpal untuk dipotong-potong, ditimbang, dimasukkan ke kresek. Kerja sama yang hebat!

Ibu-ibu siap di dapur buatan, dapur sementara dipelataran masjid. Ada yang memasak nasi, ada yang meracik bumbu, ada yang meracik acar, ada yang menyiapkan piring, sendok dan gelas, ada yang menyayat daging kecil-kecil untuk dibuat sate dan gule. Semua terlihat sibuk membantu menyiapkan masakan dari sebagian daging qurban untuk makan siang panitia dan sebagian warga yang kebetulan lewat. Siapapun boleh menikmatinya.

Waktu berlalu, pekerjaan membagi qurban telah selesai dilaksanakan, terpal sudah kembali bersih, panitia juga sudah dalam keadaan bersih. Setelah sholat dhuhur, piring-piring ditata di dalam masjid, makanan siap disajikan dan semua menikmati hidangan yang dimasak ibu-ibu secara gotong royong. Alhamdulillah.. tugas mulia hari ini telah terlaksana. Semoga Allah meridhoi dan mencatat amal baiknya. Amin.

9 November 2010

Dibawah ancaman Merapi

Para petani dan penambang pasir masih bekerja seperti hari-hari biasa, padahal aktivitas merapi terus menunjukkan peningkatan, dan status siaga ditetapkan sejak Kamis, 21 Oktober 2010. Tampak mereka lalu-lalang menyusuri jalan dan gang-gang. Seorang ibu berjalan menggendong tenggok.. mungkin untuk mengambil hasil kebunnya, ada juga beberapa orang yang berjalan memanggul rumput atau memboncengkan rumput dalam ikatan besar di sepeda maupun motor untuk pakan ternaknya, Tapi yang jelas, sepertinya tak ada rasa khawatir dari raut mereka, seolah keadaan yang biasa saja dihadapinya. Ada yang mengatakan,

“Kalau nuruti rasa takut ya takut mas, tapi ya mau gimana lagi.. namanya juga hidup dilereng merapi, pasrah saja mas sama Gusti Allah”

Aktivitas merapi terus meningkat, hingga status waspada ditetapkan sejak Mingggu, 24 Oktober 2010. Tim evakuasipun terus membujuk mereka untuk segera turun, menjauh dari puncak merapi, menyelamatkan diri dari debu yang panasnya sampai ratusan derajat, yang setiap saat bisa saja membumi hanguskan. Kemudian..., status kembali berubah, dari waspada menjadi siaga kemudian ke awas. Tapi tetap saja ada beberapa yang tak mau beranjak dan beranggapan bahwa merapi tak akan meletus seperti yang sudah-sudah. Gemes rasanya, ini harus dipaksa. Selain membahayakan diri sendiri, ini juga bisa mempengaruhi orang lain untuk tidak mau turun. Aparat keamanan harus bertindak, bagaimanapun caranya. Jangan sampai menyesal kemudian. Hanya bisa getem-getem menyaksikan pemandangan di televisi.

***

Telephon berdering saat langit mulai gelap, hari ini Selasa, 26 Oktober 2010

“Ma, merapi meletus, coba lihat di tivi!”

Secara aku melompat dari kursi yang menghadap komputer, langsung lari menyalakan televisi. Ada apa dengan merapiku kali ini? Sedasyat apa letusannya? Lebih dasyat dari letusan beberapa tahun sebelumnyakah? Semoga tidak. Tersiar banyaknya korban akibat awan panas yang bergerak cepat.

Ya Allah, inikah wajah orang-orang yang tak mau turun itu, orang-orang yang tak mau dievakuasi? Orang-orang yang tak sempat menyelamatkan diri ketika debu panas benar-benar menerjang. Tubuhnya utuh, tapi sudah tak bernyawa lagi, kaku tertelungkup, tersapu debu merapi, ada yang di jalan, ada yang di pekarangan, tak terkecuali yang berada di dalam rumah, mereka tak terselamatkan. Ternak-ternak juga tak selamat, pohon-pohon meranggas, rumah tak utuh lagi. Hanya dalam hitungan menit.. semua hancur. Sampai dimana radius awan panas ini?

No HP pamong (guru) segera kuhubungi, tapi tak ada sahutan. Kemudian SMS kulayangkan. Semoga saja nanti akan ada jawaban walau mungkin agak larut malam.

Layar televisi akhirnya menyala dari waktu-ke waktu, tak akan dimatikan dan tak akan diganti siarannya. Tak cukup rasanya menunggu berita televisi, informasipun akhirnya didapat dari situs “detik” yang setiap saat menampilkan berita terkininya dan facebookpun juga diaktifkan menungu kabar dari putri cantikku kapan saja. Semoga saja akan ada berita menggembirakan darinya.

***

“Sofi, gimana kabar Sofi dan teman-teman soal kondisi merapi saat ini? Mudah-mudahan semua baik-baik saja. Sholat dan berdoa untuk keselamatan semuanya ya”

Inilah bunyi pesan yang kukirim di Fbnya sekitar jam 9 malam, karena berita dari pamong (guru) nya tak kunjung terbalas.

“Alhamdulillah, karena tadi sore sempet hujan deras. TN masih bagus, hanya ada hujan debu. Tapi di Muntilan dan Mertoyudan udah hujan pasir dan kerikil, semoga saja tidak sampai sini. Disini sudah ada pembagian masker dan belum boleh keluar graha. Insya Allah semua baik-baik, Iya nggak akan lupa mah, kabar Bontang gimana?”

Seperti diguyur air disaat kemarau panjang. Betapa melegakannya kabar yang kuterima, mendapati putri cantikku dalam keadaan baik-baik saja.

“Alhamdulillah, semoga semua baik-baik saja. Doa mama-papa untuk keselamatan semuanya”

“Iya Mah, disini semuanya pada siaga. Nanti mungkin mau berdoa bersama, besok juga nggak ada olah-raga pagi. Makasih ya Mah-Pah. Doain aja”

“Iya, semoga tidak membahayakan masyarakat Magelang, khususnya anak-anak TN yang saat ini sedang berjuang menuntut ilmu, jauh dari orag tua dan keluarga. Semoga Allah memberi keselamatan dan perlindungan sebaik-baiknya. Amin YRA”

“Amin, Amin. Makasih ya Mah, semoga semua baik-baik aja”

Ya Allah... betapa aku ingin memeluknya saat ini, menciumnya dan mendekapnya erat-erat. Aku harus menahannya diatas kegelisahanku beberapa waktu lalu. Lihatlah ! Betapa tegarnya putri cantikku, tersirat dari kata yang disusunnya untuk menjawab pesanku. Dan aku tak boleh membuatnya lemah. Lindungi dia ya Allah... lindungi sebaik-baik perlindungan-Mu.

***

Masih tetap memantau televisi, masih tetap mengaktifkan FB, masih tetap di jalur detik.com. Dan kali ini menambah pantauan dengan google map. Melihat jarak aman merapi seperti yang ditetapkan. Setiap berita muncul selalu kulihat peta digooglenya. Arah mana angin akan berhembus membawa awan panas merapi? Daerah mana yang saat ini sedang terkena musibahnya? Ngargo Mulyo, Hargo Binangun, Umbul Harjo, Pakem, Cangkringan, Argo Mulyo? disebelah mana ya?

Pemandangan yang sangat memilukan, rumah-rumah terbakar, pohon-pohon yang menghijau tak ada lagi, situasi perkampungan benar-benar sepi bak kampung mati, tak ada kehidupan, sapi-sapi terpanggang utuh, mayat-mayat tergeletak telungkup, ada yang disamping motornya di jalan, ada yang di dalam rumah, juga di pekarangan.

Tim SAR dan para relawan melakukan pencarian korban, barangkali dan semoga saja masih ada yang terselamatkan. Mereka berkejaran dengan awan panas yang siap diluncurkan dari merapi yang tak berhenti sejak meletus 26 Oktober lalu. Menahan panasnya debu yang masih mengepul saat kaki menginjakkan tanah ke bumi yang telah diratakan. Mencari orang-orang yang masih selamat maupun yang telah meninggal, padahal mereka tak mengenalnya, padahal bukan kerabatnya. Jempol empat rasanya tak cukup untuk memberikan acungan buat Tim SAR dan relawan.

Merapi terus aktif, masih memuntahkan kandungan isinya, dan awan panasnya terus membumbung tinggi.

***

Masih seperti hari-hari sebelumnya, televisi menyala di channel khusus, laptop juga terus menyala dengan situs-situs seperti sebelumnya, mencari berita terkini, tercepat dan mancocokkan lokasi sesuai berita yang dimaksud. Saat ini jarak aman dari merapi telah berubah, dari 10 km menjadi 15 km dan menjadi 20km. Semoga saja putri cantikku masih dalam jarak yang aman. Semoga Allah memberikan keselamatan dan perlindungan untuknya dan semoga tak diperluas lagi jarak amannya dan semua kembali normal lagi.

Ada satu pesan di Fbku hari Rabu, 3 Nopember 2010,

“Assalaamu’alaikum mah... disini lagi hujan abu, Cuma lebih parah dari yang kemarin. Debunya keliatan banget dan bau belerang. Semua udah pake masker.. tadi habis makan malam Sofi minta tolong temen untuk SMS mamah, takutnya malem ini Sofi nggak bisa nelpon”

“Wa’alaikum salam..., iya, sudah mama terima smsnya. Semoga saja keadaan membaik lagi ya. Semoga semua diberi kesehatan, keselamatan, perlindungan terbaik oleh Allah SWT, Amin YRA. Kalau memang nggak memungkinkan untuk telpon ya nggak usah telpon dulu, untuk jaga kesehatan mungkin lebih baik di asrama saja ya... Sofi bisa massage saja di FB mama. Sengaja FB mama dinyalakan terus dari tadi pagi dan di OL kan. Masker yang dibagikan cukup?”

Selanjutnya pembicaraan melalui chating dengannya, Alhamdulillah, puji syukur pada-Mu ya Allah telah Engkau berikan keselamatan, kesehatan, ketegaran dan perlindungan terbaikmu untuk putri cantikku. Semoga dihari-hari berikutnyapun akan Engkau anugerahkan kebaikan-kebaikan yang sama. Amin, YRA.

***

Dari pantauan di layar kaca, asap putih merapi terus membumbung tinggi, hingga mencapai 4000 meter. Kemana arah mana awan panas ini akan bergerak? Belum ada kepastian karena asap putih masih berdiri tegak. Hingga... Kamis, 4 Nopember 2010 menjelang pukul 6 pagi, merapi kembali meletus. Awan panas yang menjulang, diperkirakan sampai ketinggian 4000 meter... kini diperkirakan mencapai 6000 meter, awan panas berwarna agak kehitaman, dari informasi... ini berarti bercampur material dari dalam bumi. Seberapa banyak akan menghujani masyarakat sekitar merapi setelah awan bergerak?

Di Fbku kembali menampilkan satu pesan dari putri cantikku, Kamis, 4 Nopember 2010,

“Mah, hari ini hujan abunya lebih deras, nanti SMS temenku yah” begitu bunyi pesan yang terkirim pukul 2 siang.

“Iya, merapinya masih meletus sampai ketinggian 6000 meter. Banyak-banyak istighfar dan berdoa ya semoga diberi keselamatan, kesehatan, perlindungan oleh Allah SWT, Amin YRA. Semoga bencananya segera berakhir dan berganti kegembiraan. Amin”

“Tadi pagi habis kerja bakti bersihin sekolah, tapi karena hujan abunya turun lagi, jadinya dihentikan”

Ya Allah..., Kembali lidah ini berkeluh kesah kepada-Mu. Lindungilah putri cantikku.

Apakah kamu tahu sedasyat apa letusan merapi saat ini? Apakah kamu merasakan segelisah apa dan seberapa gemuruhnya dadaku menyaksikan tayangan berita di televisi dimana orang-orang panik, terluka, bahkan kehilangan nyawa dengan debu panas yang pekat.

Ada informasi, tempatmu masih berada diluar jarak aman dengan merapi, hati ini sedikit lega, namun keresahan tetap saja menjadikan selimut hatiku. Bibir ini tak berhenti bergetar berdzikir dan berdoa untuk keselamatanmu.

***

Kabut tebal masih menyelimuti merapi sejak kedasyatan meletusnya 4 Nopember pagi hari, sedang material berat terus dimuntahkan dari mulut merapi melalui sungai dan menuju ke kali Gendol. Kembali jari meluncurkan ke situs google map, dimanakah kali Gendol itu? Semoga masih jauh dari putriku. Tapi awan panasnya.. kemana bergeraknya? Ya Allah, berilah perlindungan terbaik-Mu.

Ada dua SMS menjelang magrib, Jum’at, 5 Nopember 2010 yang belum sempat terbaca, dari teman puri cantikku. Semoga kabar baik yang kuterima. Dijelaskan kalau siswa siaga, siap dilakukan evakuasi ke Semarang, bagaimana rencananya Sofi tante?

Kalau memang harus evakuasi demi keselamatan..., ya harus diikuti. Lalu kutulis balasan SMSnya, namun saat balasan belum selesai... ada keinginan membaca SMS satunya. Ternyata isinya mengabarkan lagi, “Karena kondisi dan jarak asrama masih termasuk dalam kondisi aman, maka evakuasi tidak jadi dilakukan. Tapi siswa tetap diminta untuk tetap siaga jika sewaktu-waktu evakuasi harus dilakukan siswa siap diberangkatkan”

Kembali jari ini menuliskan kalimat untuk membalasnya, namun belum sempat terselesaikan dering panggilan berbunyi. Segera kuangkat dan suara putri cantikku menyambut salamku.

Suaranya begitu tenang menjawab pertanyaanku. Padahal dadakku ini terasa sesak, namun suaraku tetap kupertahankan tenang, setenang mungkin, tak ingin membuatnya resah, walau air mataku sempat menggenang di ujung mataku. Cepat-cepat kukeringkan dan kutarik nafas dalam-dalam. Ingin kutatap wajahnya saat ini..., ingin kudekap dan menciumnya saat ini..., tapi tak kuasa.. tak bisa kulakukan.

Ya Allah... berikanlah kesabaran, kekuatan, kesehatan, ketegaran, ketabahan, keselamatan dan perlindungan terbaik untuk putri cantikku dan juga masyarakat sekitarnya. Cukuplah bencana ini sampai disini saja dan hentikanlah bencana ini, gantilah dengan kegembiraan ya Allah... Amin, YRA.

1 November 2010

kuselipkan doa dinamamu sayang

Ada saja yang salah dalam menuliskan namaku, ada yang menulisnya eni nurahyuni, eni nur rahayu, eni nur rahwuni, enny nur rahyuni. Memang apa sih arti sebuah nama? Ow.. penting, yang jelas nggak akan ribet urusan di Bank kalau cara penulisan namanya benar, hehehe... dan lagi bapak-ibu pasti punya maksud memberiku nama eni nur rahyuni, seingatku nih...

"eni" hanya sebuah nama, tak ada artinya, kucoba browsing di internetpun tak ada,

"nur" artinya cahaya, suka ilmu pengetahuan.

"rahyuni" diambil dari "rahayu" artinya selamat. Jadi maksud bapak-ibu memberi nama eni nur rahyuni kalau tidak salah adalah sebuah doa "semoga eni selalu haus ilmu dan mendapatkan cahaya keselamatan dari Allah SWT" Semoga saja pendapatku ini benar.

Lalu nama apa yang pantas kuhadiahkan untuk putra putriku? tentunya nama yang baik, nama yang menyiratkan doa dan harapan, panggilannya pun harus baik, terdengarnya juga baik sehingga mereka akan senang dan bangga memakainya, menyebutnya, menuliskannya dan tak akan menggantinya.

Persiapan memberi nama menjadi bahan diskusiku dengan suami saat test kehamilanku dinyatakan positif. Kamipun berburu nama, dan mengoleksi beberapa nama laki-laki dan perempuan dari majalah, koran (kebeneran masih menyimpan koran pengumuman UMPTN), nama teman-teman, dan akhirnya... nama "andi mirza zakaria" tercatat dalam akte kelahiran putra sulungku. Ada harapan besar dengan nama ini,

"andi" sebagai gelar bangsawan, semoga lahiriahnya tercukupkan, baik harta maupun ilmunya, bentuk lain dari andi adalah "andy" yang artinya : kuat, jantan,

"mirza" artinya : anak yang baik,

"zakaria" adalah nama nabi yang siang-malam.. bibir dan hatinya selalu bergetar memanjatkan doa.

4,5 tahun kemudian putri cantikkupun terlahir, berharap akupun bisa memberikan nama dan panggilan yang baik untuknya, dan nama "sofia zachra faiza" pun resmi disandangnya, doa-doapun terluncur dari namanya.

"sofia" memiliki banyak arti : jernih, terampil, bijaksana, mandiri, penyayang, rela berkorban, seorang yang karismatik, menciptakan keharmonisan kelompok, intuitif dan kreatif, selalu diberkati, pemimpin yang berambisi, penuh visi, sangat menarik, memiliki jiwa pembimbing dan penyembuh, kritis terhadap diri dan orang lain.

"zachra" dari "zahra" artinya : yang bersinar atau yang memancarkan cahaya, bunga, bunga yang mekar,tegas.

"faiza" artinya pemenang, jaya

Dan 5 tahun berikutnya, aku dan suami harus berjuang mendapatkan satu nama lagi untuk bungsuku, kalau nama yang kuberikan sebelumnya penuh doa dan harapan yang besar, panggilannyapun indah, nama yang akan kuberikan kali inipun harus seimbang dengan nama kakak-kakaknya, harus ada doa yang baik, ada harapan yang besar dan panggilannyapun juga indah dan menyenangkan. Dan... "salma nur aziza" adalah nama yang tepat untuk mengukirnya.

"salma" artinya : kedamaian, selamat, sehat, kekasih hati, melindungi, memiliki kemampuan berbicara yang baik, senang dirumah, pekerja keras, memiliki kemampuan sebagai pemimpin, pendengar yang baik.

"nur" artinya : cahaya, suka ilmu pengetahuan.

"aziza" artinya : menghargai, cantik (somalia)

Inilah sebuah doa dan harapan yang besar dariku dan suami, semoga apa nama yang diberikan sebagai hadiah untuk putra-putriku mendapatkan ridho Allah SWT. Amin YRA.

29 Oktober 2010

iya kan?


Siapa yang tidak suka main tebak-tebakan? Yang jawabannya bisa benar-benar jawaban, bisa suka-suka, malah kadang asal-asalan dan diplesetin. Rasanya hampir semua menyukainya, terlebih anak-anak. Sampai-sampai bungsuku punya koleksi buku khusus teka-teki atau tabak-tebakan. Kalau sedang membaca, dianya akan senyum-senyum, ketawa, bahkan terpingkal-pingkal.

Tebak-tebakan bisa jadi alat komunikasi yang menyenangkan, yang tadinya sepi bisa jadi riuh dengan gelak tawa, saling mempertahankan jawaban dan menjadi akrab. Bungsuku, dengan koleksi buku tebakannya, dia akan berusaha menghafal beberapa tebakan yang menarik menurutnya dan nanti akan dilemparkan ke teman-temannya atau ke siapa saja yang dia mau.

Dia akan senang sekali jika ternyata tebakan yang dilemparkan tak bisa dijawab, sambil menunggu semua berpikir dia akan senyam-senyum,

“hayo apa.. hayo apa?”

“apa ya?”

“udah.. nggak bisa jawab? Nyerah?”

“iya nyerah”

Kalau udah begini dia akan memberikan jawabannya, kemudian akan dilanjutkan tebakan berikutnya dan akhirnya saling memberi tebakan. Kadang karena saling mempertahankan jawaban, suasana menjadi gaduh, penuh gelak tawa dan mencoba mencari dukungan yang lain kalau jawabannya yang benar.

Ada satu cerita semasa kecil, sama seperti bungsuku juga, main tebak-tebakan. Kali ini dengan bapak yang kusayangi. Tiap kali bapak memberi tebakan, kami berusaha mencari jawaban. Tiap kali jawaban diberikan, bapak bilang “salah”. Haduh… kami terus mencari-cari jawaban dan akhirnya kamipun menyerah, bapak memberikan jawabannya.

Tapi, karena seringnya main tebak-tebakan ini, kamipun jadi ingat jawabannya dan tiap kali memainkannya kamipun bisa menjawab. Tebak-tebakan berkembang terus, ada saja yang jadi bahannya.

Kemudian giliran bapak yang diberi tebakan, kami senyum-senyum karena bapak sepertinya akan menyerah, tapi tetap berusaha menjawab. Karena bapak belum pernah mendengar tebakannya jadi bapak kesulitan menjawab.

“hayo apa?”

“sebentar ya?”

“hayo apa, cepet… apa? Nyerah ya?”

“ya sebentar dong, nah.. tahu aku jawabannya… pasti FIUNG..”

“apa itu fiung ?

“fiung itu ya fiung”

“Apa…. Nggak ada jawaban fiung”

“ada.. fiung itu ya jawabanmu itu, hayo jawabanmu apa? Ya.. itu fiung”

“ah… nggak mutu!”

Kamipun memainkan tebakan lagi, tak bosan memainkannya… lagi-lagi kalau bapak nggak bisa menjawab pasti jawabannya “fiung”

Pernah kata “fiung” ini kuberikan ke bungsuku untuk menjawab tebakannya, dan apa komentar dari bungsuku?

“ah… nggak mutu!”

Yeeee…. Sama !

25 Oktober 2010

aku selalu menyayangimu Bapak

by Eni Nur Rahyuni on Monday, October 25, 2010 at 2:14am

Masa kecil itu, senangnya memandangi bapak menghaluskan batang bambu untuk kerangka layang-layang, bapak berusaha menjadikan rata dari ujung ke ujungnya dengan menimbang-nimbang bagian tengahnya dengan jari. Kemudian mengikat dengan benang dan melekatkan kertas. Tak seperti ukuran layang-layang yang dijual diwarung. Bapak membuatnya lebih dari rentangan tanganku, sangat besar. Benang yang digunakan juga bukan benang biasa, tapi benang kasur. Sampai saat diterbangkan, rasanya badan ini ikut terbawa kemana arah layang-layang dibawa angin. Senang sekali.

Ada satu kesenangan bapak yang masih kuingat, yaitu menggambar. Ingat betul apa yang dikerjakan bapak dengan berlembar-lembar kertas karton yang menumpuk dimeja waktu itu, gambar tokoh seperti “Gordon, Gundala, Batman, Robin dan entah apa lagi namanya”. Sepertinya bapak membuat komik waktu itu, tapi entahlah gambar-gambar itu dikemanakan. Bapak juga menggambar di kanvas. Aku pernah jadi modelnya, duduk tak bergerak dengan menopangkan tangan di paha, memakai baju warna putih . Hmm... sekarang lukisan itu ada dimana ya? Apa masih tersimpan? Ingin melihatnya lagi kalau masih ada. Saat ini telah terkoleksi beberapa gambar cucunya yang terpajang didinding kamar dan beberapa lukisan pemandangan. Terakhir saat cuti lebaran kulihat kanvas kosong telah siap, ada foto bungsuku tertempel disebelah kanvas. Sepertinya giliran bungsuku yang akan dilukisnya. Tangan yang cekatan dan luwes, pantas saja kalau cucunya punya bakat menggambar juga, menurun rupanya.

Mengenang masa lalu, hanya bisa dikenang. Ingat-ingat waktu bapak ngajarin setir mobil, waktu itu masih memakai mobil sedan warna kuning keemasan, namanya torana. Pertama-tama belajar di alun-alun (alun-alun kidul), ini demi keamanan. Mau belok, mau ngegas, mau ngerem mendadak.. aman saja, wong namanya juga alun-alun, luas tak ada halangan. Lalu setelah agak lancar barulah dibawa ke jalan raya. Pertama terjun ke jalan raya yang banyak pengendara lalu lalang, yang tadinya agak lancar jadi grogi juga. Mana mau ngerem, mana mau ngegas. Setiap kali bapak berucap “Rem, Gas, Kiri-kiri, Kanan-kanan, pelan-pelan”. Sepanjang perjalanan kata-kata ini yang diulang-ulang. Hehehe... namanya juga lagi belajar, ya maklum saja. Yang tak terlupakan saat belajar di jalan raya. Tiba-tiba ada ayam yang nyelonong nyebrang, bingung antara mau ngerem, nginjak kopling, ngegas... Gubrak !yah.. sang ayam jadi korbanku. Maaf ayam.. maaf ayam..

"Masa kesenangan seorang laki-laki adalah saat membuat rumah dan mengawinkan anaknya", ini yang disampaikan ibu saat lebaran kemarin. Bapak.. di depan penghulu telah terucap ijab-qobul, sejak itu tanggung jawab atasku telah terlimpah, bukan lagi bapak sebagai pelindungku, tempat berkeluh kesahku, tempat aku mengadu jika ada yang mengganggu, tempat aku minta dibelikan baju baru, sepatu baru. Isak tangis mewarnai acara sungkem setelah akad nikah. Seperti mimpi waktu itu, aku benar-benar harus berpisah dengan bapak yang telah 21 tahun bersamaku.

Tahun-tahun berlalu, saat liburan tiba.. kebersamaanpun datang kembali. Setahun sekali.. itu yang pasti, namun ada terbatas waktu, saat libur sekolah usai atau masa cuti telah habis.. kembali perpisahan terulang. Tahun mendatang, saat liburan datang lagi.. kebersamaan terulang lagi. Semoga Allah memberikan kesehatan, kekuatan, keselamatan sehingga kita bisa dipertemukan lagi.

Bapak, hari ini usiamu genap 65 tahun. "Selamat ulang tahun" Hanya doa sebagai hadiahku untukmu,

Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa robbayaani soghiiroo, ya Allah aku mohon dengan setulus hati untuk bapakku yang saat ini sedang berulang tahun yang ke 65. Berikanlah kekuatan iman dan selalu dalam keadaan iman dan taqwa kepada-Mu sampai akhir hayat, berikanlah kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan dunia-akherat, kesabaran dan ketabahan. Mudahkan dan lancarkan semua urusannya. Jadikan sebagai panutan dalam kebaikan, dihormati dan disayangi keluarga dan handai taulan. Berikanlah rizqi yang agung, yang halal, yang penuh rahmat dan barokah-Mu. Bimbinglah selalu dalam petunjuk-Mu, jauhkan dari sifat iri, dengki, takabur, hindarkanlah dari segala bahaya dan kemungkaran. Dan semoga selalu dalam lindungan dan kasih sayang-Mu. Amin YRA”

Bapak, masih banyak kenangan bersamamu,

Saat berkendara vespa ke jogja.. waktu itu bertiga dengan ibu.. lalu mampir ke prambanan, ada fotonya aku duduk bersila di candi memakai baju hijau muda, ibu pasti masih menyimpan fotonya.

Saat bapak menarikku cepat-cepat dari air ketika pintu air cokro tulung ditutup dan air tiba-tiba meninggi hingga aku hampir tenggelam. Saat kita berdua duduk dimobil.. pulang dari mengantar calon suamiku waktu itu.

Saat menenangkanku ketika kutunjukkan tanda-tanda kelahiran anak pertamaku.

Saat membawa sulungku keliling kota membantu proses penyapihan ASI, dan masih banyak lagi

Terimakasih bapak, aku menyeyangimu.

18 Oktober 2010

"simple" tapi menarik kata temanmu

"Mbak nanti gek njemput sampeyan?" kata temen yang kutebengin saat melihat mobil suami melintas berpapasan.

"Ah enggak, tadi nggak janjian, biasanya kalau mau jemput juga nelpon dulu"

"Siapa tahu lho mbak"

Hehehe... iya juga sih, siapa tahu memang menjemput. Nggak ada salahnya menelponnya ya, dari pada penasaran.

"Pa, kok aku lihat mobilnya, jemput aku ya?"

"Enggak, ini mau nyari kendi, apa mau dijemput sekarang?"

"Ow, nggak usah, aku udah pulang kok nebeng temen"

Beberapa saat setelah sampai rumah, suami dan bungsukupun datang membawa barang belanjaannya. Dikeluarkannya satu-satu dari tas kresek.

"Lhoh, ini bukan kendi, ini kendil namanya"

"Kendi yang mana ya?" tanya bungsuku

"Yang seperti teko, tempat air minum. Lha disuruhnya kendi apa kendil?"

"Dengernya kendi sih, cuma temen-temenku juga belinya seperti ini"

"Ya udah besok tanyakan lagi aja ke pak guru, mana yang dimaksudnya"

"Berarti bener yang tadi dik, tadi kan ada disana" kata suami

"Ini mau diapakan?" tanyaku

"Di cat" sahut bungsuku

"Kalau mama dulu ditempelin kain perca dik, biasanya batik terus nanti diplitur, bagus juga"

"Ini suruhnya di cat kok"

"Di cat juga bagus, seperti guci dong nanti, nyari gambar-gambar aja, kan banyak contoh"

Akhirnya contoh gambar didapat, selain itu suami juga mencoba menggambar diatas kertas untuk mencontohkan.

"Dicat dasar aja dulu dik besok siang kalau udah kering baru dicat gambarnya"

***

Persiapan untuk membuat prakarya ternyata belum lengkap, cat, kuas memang sudah terbeli tapi tinner untuk bersihin kuasnya belum ada karena saat belanja keperluan ini kemarin, toko catnya kehabisan tinner.

"Nanti dik ngerjainnya ya kalau tinnernya sudah ada supaya bisa untuk nyuci kuasnya"

Tapi ternyata bungsuku sudah tak sabar mengerjakan, diambilnya cat hitam untuk memberi dasar pada kendilnya.Selesai juga kendilnya tapi saat mau menyimpan kuasnya dia kebingungan.

"Pa, ini diapain kuasnya?"

"Lhoh, lha kok sudah kamu kerjain? kan belum ada tinnernya. Lha kalau gini kan kuasnya nggak bisa dibersihin dik" kata suami melihat aksinya

" Dibungkus plastik aja biar nggak kering, nanti kalau sudah ada tinnernya dicuci" kataku

"Dimana kendilnya"

"Tuh diluar" sambil kepala dan tangannya menunjuk keluar, depan rumah arah jalan masuk kerumah.

Kamipun melihat hasilnya, tergeletak di jalan masuk. tak dialasi dan jalanan terkena cat hitamnya.

"Dik kalau ngerjain gini harus di alasin, supaya nggak ngotori mana-mana. Kalau gini kan jalannya ikut di cat"

"Terus?"

"Ya udah, nanti kalau ngerjain lagi dialasin plastik"

Kamipun kembali masuk rumah, tapi tak berapa lama...

Nasib.. nasib.. Kok ya hujan, aku dan suami buru-buru mau melihat kendil yang tadi dijemur, sedang bungsuku tenang-tenang.

"Dik, kendilmu !"

"Nggak papa kok, nggak kena hujan, sudah kupinggirin"

"Pinter !"

Kamipun bertiga keluar rumah melihat apa yang terjadi

"Ini emang nggak kena hujan dik, tapi masih kena cipratan air yang jatuh. Nggak mulus lagi nih catnya, lihat tuh blentang-blentong"

"Yaaaaahhhhh.... gimana dong?"

"ya nanti nunggu kering dulu baru diulang lagi ngecatnya"

***

Hujanpun reda, tinner juga sudah didapat. Ada lagi, ternyata tak hanya tinner yang dibeli, ada kendil lagi dan kendi. Mulailah mengerjakan mengecat dasar warna hitam baik kendil maupun kendinya. Entah nanti mana yang akan dikumpulkannya. Setelah benar-benar rata, penjemuranpun dilakukan. Kali ini diteras saja biar jika hujan sewaktu-waktu datang tidak kalang kabut menyelamatkan. Karena cuaca akhir-akhir ini tak bisa diprediksi. Panas menyengat, e.. mendadak langsung hujan deras.

Selamatlah membuat cat dasar, giliran memberi pola-pola bergambar. Mau dibuat apa? Suami memberi contoh bunga yang dilanjutkan bungsuku. Kalau melihat cara mengerjakannya... wuuuiiiihhh... bener-bener perjuangan. Membolak-balik kendil berusaha mencari posisi yang mudah membuat gambarnya. Tinggal satu bunga, dikerjakan dengan hati-hati.Tiap kuntumnya terdiri dari empat kelopak dan sudah dikerjakan 5 kuntum. Hampir selesai kumtumnya, satu kelopak terakhir dibuatnya.

"Yaaahhhh, belepotan !"

"Nggak papa dik, nanti diperbaiki. Keringkan dulu aja"

"Nggak mau !"

"Terus?"

"Ganti aja"

"Yeehh kelamaan nanti kalau ganti lagi"

Akhirnya terserah saja apa yang dimaui. Ternyata bunga yang sudah dibuatnya 6 kuntum dan hanya satu kuntum yang gagal dihapus semua. Di cat hitam lagi...

"weee... gimana ini??"

"Gini aja tow, bikin pola yang mudah saja. bulat-bulat, kotak, atau garis-garis.. " kataku

Perjuangan lagi, mengukur lagi mana yang harus di cat dengan pola bulat, mana yang harus di cat pola garis. Butuh waktu lagi mengerjakannya. Tapi jempol buatmu dik, meski lama.. akhirnya kau selesaikan juga prakaryamu. Kau kerjakan sendiri. "HEBAT NAK"



12 Oktober 2010

wis wayahe panen (jambu air)

"Wow ! banyak sekali bunganya"

Setiap mata ini mengalihkan pandangan ke ranting pohon, takjub sekali melihat bunganya yang begitu banyak. Kalau saja ini nanti bakalan menjadi buah semua, berubah warna dah pohon jambu ini, menjadi merah saking banyaknya buahnya.

Mulailah menghitung-hitung kapan kira-kira bisa dipetik ya? Butuh waktu 3 bulan dari mulai bunga sampai bisa dipanen, ini berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu. Berarti buah baru bisa dinikmati setelah pulang cuti lebaran tahun ini, hmmm tak sabar menunggunya. Tapi.. pas dong, saat buah siap dipetik.. daku pas ada dirumah... hehehe nggak pas lagi keluar kota maksudnya.

Hampir 3 bulan dari mulai bunga bermunculanpun berlalu. Jambu yang tadinya hijau sudah mulai besar dan menyemburatkan warna merahnya. Sesekali bungsuku memetik 2-3 biji sepulang sekolah.

"Emang udah enak?"

"Enak"

"Tunggu merah dikit lagi kan lebih enak dik"

"Ini juga udah enak"

Yeee... sama aja nih kelakuannya dengan sulungku waktu kecil. Hampir setiap hari ngiterin pohon jambu mencari ke setiap ranting, nggak pagi.. nggak siang.. nggak sore. Herannya, adaaaa saja yang bisa dipetik, kok ya nemu-nemunya.

Kucicipi yang dipetk bungsuku, wah memang sudah saatnya dipetik nih. Kuamati dari jendela kamar bungsuku, benar-benar lebat buahnya kali ini. Buahnya membentuk gerombolan-gerombolan, jadi memudahkan untuk memetiknya. Siap-siap dipanen beberapa hari lagi. Nunggu pak kebun datang hari Minggu nanti.

Buahnya yang banyak, warnanya yang merah dan mudah dijangkau menarik setiap pengguna jalan. Ada saja yang berhenti untuk memetik beberapa buah, hehehe tak minta ijin lhoh. Tapi ya cuek saja saat kepergok sedang mengambil, malah diriku yang nggak enak untuk menegur dan memballikkan badan pura-pura nggak tahu.

Ada lagi beberapa pekerja rumput setelah minta ijin, segera mengambil jambu-jambu yang mudah dijangkau, tanpa harus memanjatnya. Beberapa orang yang lewat sepertinya heran kok pada ngambilin jambu. Kemudian turun dari kendaraannya dan ikutan bergabung.

"Nggak apa-apa kok, sudah diijinkan sama yang punya" samar-samar terdengan berisiknya percakapan mereka.

Hehehehe... lucu ya, dan entah berapa orang yang memanen jambu di pekaranganku. Tapi memang pohon ini benar-benar lebat buahnya. Meski sudah diambil berkresek-kresek, seperti tak berkurang saja buahnya.

Yang ikut beruntung adalah sekawanan monyet yang tinggal di hutan buatan dekat rumah. Sekali datang bisa 7 sampai 15 ekor. Saat yang menyenangkan melihat pemandangan seperti ini. Ada yang besar, ada yang kecil dan ada juga yang menggendong anaknya. Pemandangan yang langka untuk yang tinggal di perkotaan. Bersyukurnya aku masih diberikan hiburan alam. Benar-benar alam. Tak mau kehilangan peristiwa menarik ini, kuambillah camera untuk mengabadikannya.

Saat buah tinggal beberapa gerombol, dan ini sudah benar-benar merah warnanya... datang seorang pemuda, membunyikan bel pintu rumahku. Setelah kubuka,

"Ada apa Pak?"

"Boleh minta tembeknya Bu?" Karuan aja aku melongo karena nggak mudeng yang dimaksud.

"Tembek apa Pak"

"Itu lho Bu, buah-buahan yang ada disamping rumah, apa namanya Bu?"

"Ow.. jambu?"

"Iya Bu, jambu"

Hehehehe... nambah perbendaharaan kataku, jambu = tembek (baca "E" seperti kata benteng)

Kupikir setelah ini habis sudah jambu air dipohon , karena memang tinggal sedikit. Berarti takkan ada lagi monyet yang datang mencari makan dan monyet yang jadi hiburanku beberapa hari ini. Berapa bulan lagi ya akan ada hiburan seperti ini? sepertinya 3 bulan lagi bakalan ada hiburan karena kulihat ada beberapa kuntum bunga jambu yang muali mekar, meski tak sebanyak hari-hari kemarin. Sepertinya ini bunga jambu yang telat keluarnya atau ingin memberikan hiburan lagi buatku.

1 Oktober 2010

Menggenggam rindu

Yaa Rosul kekasih Ilahi

Rasanya belum cukup lidah ini menyapamu

Padahal... begitu nyata kecintaanmu padaku, umatmu

Terpancar dari setiap air mata yang menyiratkan doa

Tergores dari setiap langkahmu yang memberi arti kehidupan hakiki

Hingga sering membawamu dalam duka... mengkhawatirkanku, umatmu


Terhanyut aku dalam pelukan rinduku padamu... yaa kekasih Robbi

Kuurai cinta yang kau ajarkan dengan kata dan perilaku

Hingga menganak sungai pada mukaku... menahan sesaknya dada

Dan kugenggam erat cintaku ini

Menyematkan dalam kalbu... hingga tak terlepas


Rinduku padamu... yaa kekasih Allah

Membawaku ingin mengunjungimu... dalam setiap nafas dan waktuku

Memperbanyak salawat dan doa yang kau ajarkan

Melantunkan puji-pujian suci mengagungkan asma Ilahi yang kau contohkan

Rinduku memuncak dan anganku mengembara sampai ke padang pasir

Hingga rongga dada ini seperti dialiri hawa panas

Aku ingin kesana, aku harus kesana

Menyusuri jejak perjuangan panutanku

Mengunjungi rumah Rosulku


Yaaa Robbi ... yang menguasai hidup dan matiku

Selagi raga ini masih kuat

Selagi duniaku dan keluargaku masih tercukupkan

Dan selagi masih ada kesempatan

Perjalankanlah raga ini untuk memenuhi panggilan-Mu

Beribadah dan bersimpuh di rumah-Mu “Baitullah” dalam hajiku


Kusadari

Raga ini akan ada masanya

Harta yang terkumpul juga akan fana

Dan ketika sang waktu memanggil

Ruhkupun kembali pada-Mu Sang Khalik

Untuk mempertanggung-jawabkan seluruh perilaku dan amal ibadahku


Tak kan kupungkiri nikmat yang telah kau cukupkan padaku

Maka tuntunlah langkahku dalam kebenaran

Sehingga akan menyelamatkanku, keluargaku

Dari jilatan api nerakamu

Dan kamipun kekal disisi-Mu Yang Maha Agung