18 Desember 2010

Awas ya...!!!!

“Diiik.. tidur.. dah malam” teriakku dari kamar karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 11.45 wita.

“Ya....” sahutnya dari ruang keluarga.

Samar-samar suara telivisi masih terdengar dan tak segera dimatikan. Kutunggu beberapa saat, tak juga dimatikan.

“Diiik... ayo... tidur, dah malem sekali ini, besok susah bangun paginya”

“Ya...” sahutnya lagi masih dari ruang keluarga.

Lalu kuperhatikan dari kaca lemari yang mengarah ke ruang keluarga, sekelebat terlihat jalannya menjauh dan “klek”, ow.. mengunci pintu dapur, “pintar”, lalu langkahnya kembali mendekat dan menuju kekamar dimana tubuhku kubaringkan di tempat tidur.

“Hiiii..., ada mickey tadi masuk kesini”

Langsung saja mata yang tadi sudah terpejam bangun dan sudah saatnya terpejam lagi, kini terbuka, lebiih lebar lagi.

“Mana?”

“Nggak tahu, tadi kesini, kesini, kesini, kesana” sambil jarinya menunjuk-nunjuk arah.

Wah, gawat! Harus dikeluarkan nih si Mickey, jangan sampai tidur digerayangi. “Hiii... “ sambil gedeg-gedeg geli.

Mata terus mengamati sekeliling ruangan, setiap sudut tak terlewatkan. Tapi aku tak beranjak dari tempat tidur. Ngeri juga kalau sampai tiba-tiba Mickey nongol, bisa main lompat-lompatan tengah malam ini. Dimana kau Mickey? Jangan nakut-nakutin aku ya...

“Sudah sholat?”

“Belum, takut Ma”

“Mickey kan nggak masuk kamar mandi, nggak papa, udah sana wudhu, jam segini kok ya nggak tidur”

“Ini jamnya mati ma”

“lha sekarang jam berapa?”

“Setengah satu”

“Lha udah setengah satu, kok ya nggak tidur, Hayuk sholat terus tidur”

Kakinya melangkah cepat ke kamar mandi sambil gedeg-gedeg “hiii...”. Sesaat terdengar sebentar gemericik air wudhu dari kamar mandi, kemudian langkahnya kembali kekamar, segera mengenakan mukena dan menjalankan sholat isya’. Setelah salam langsung melompat ke tempat tidur, masih saja sambil gedeg-gedeg “hiii...”

Tak berapa lama, akhirnya pulas juga. Tinggal aku terjaga sendirian, menikmati sisa malam, oh tidak! menikmati malam yang masih panjang, sendirian. Kupertajam pendengaranku, barangkali saja Mickey akan melewati kertas-kertas yang kebetulan terserak dilantai, kertas-kertas yang baru kupisah, mana yang masih terpakai, mana yang harus dibuang. Bantal kususun lebih tinggi, kali ini aku duduk agak rebahan, tapi tetap bisa mengamati sekeliling.

“srek”, nah, itu mungkin langkah mickey, aku diam, tak bergerak, tak membuat suara, sepi sekali. Kupertajam pendengaranku, tak ada suara lagi. Kemana langkah si Mickey ya...? aku tak bisa melihat. Lalu cicak menyuarakan “ck ck ck” dari luar kamar, kemudian sepi lagi. Sebentar kemudian berganti suara mesin AC, nyala sebentar..”weeeeng” kemudian mati lagi. Begitu terus. Tapi si Mickey tak jua kelihatan batang hidungnya. Mickey, Mickey... kemana kamu? Bikin mataku nggak bisa terpejam lagi, padahal malam telah semakin larut.

“kletek, kletek”, ada suara lagi, kali ini arah suara dari pintu. Mataku langsung tertuju, kuamati daerah pintu dan sekitarnya, pasti disitu si Mickey! Aku masih tak bergerak, hanya mataku melirik keatas pintu, kebawah, kesamping kiri, kanan. Ah, malam-malam senam mata. Mataku terus memelototi, mulutku terkatup rapat, masih kututup selimut dari kaki sampai dada, tangankupun masuk dalam selimut.Kalau saja bisa kulihat dicermin, pasti lucu sekali ekspresiku. Cuma terlihat kepala, tolah... toleh.... melotot sambil melirik kesegala arah.

“Eit” Mickey nongol di rantai yang kubentangkan dipintu, mataku terus tertuju. Gegek-gedeg geli, tapi harus kuawasi terus. Kulihat tingkahnya, mau kemana dia. Kepalanya tolah-toleh dan sepertinya manggut-manggut, ciri khas Mickey. Dia menyeberangi rantai yang kupasang membentang selebar pintu, sampai keujung, mau naik ke jendela. Kaki depannya sudah berusaha, tapi tak bisa. Tolah-toleh dan manggut-manggut lagi, berusaha naik lagi, tetap tak bisa. Kemudian balik, menyeberangi rantai lagi. Berusaha naik dari tempat yang berbeda, tetap tak bisa. Kuharap tak turun ke lantai lagi. Kalau sampai turun lagi, tambah susah pengawasannya.

Aku tetap tak bergerak, tak ingin mengejutkan Mickey. Tapi apa yang akan kulakukan? Sebentar-sebentar kuamati sekeliling sambil terus berusaha tak melepaskan Mickey. Jangan sampai kehilangan Mickey. Apa yang bisa kulakukan untuk melemahkan Mickey? Yang ada didekatku hanya HP, wareless telephone, charger, penggaris, CD. Tak mungkin kulemparkan ke Mickey. Diseberang ada sapu penebah tempat tidur, tapi tak mungkin kuambil karena harus turun dari tempat tidur. Ini akan mengagetkan Mickey. Mickey akan terjun dan langsung sembunyi kalau melihat ulahku. Terpaksa aku hanya diam, mengawasi gerakannya, dan tak bisa berbuat apa-apa. Apa ini akan semalaman? Apa ini akan sampai pagi?

Mickey terus berusaha naik ke jendela, entah apa yang diinginkannya di jendela atas yang tertutup gorden. Kaki depannya terus berusaha, ekornya bergerak-gerak, geli melihatnya. Tapi ya bagaimana lagi, dari pada kehilangan jejak.

Akhirnya Mickey berhasil juga naik ke jendela tertutup gorden. Tak bisa kulihat lagi bentuknya, apalagi melihat mukanya yang mengendus-endus seperti mencari sesuatu. Hanya kulihat bayangannya dibalik jendela yang terbias sinar lampu luar kamar. Dia bergerak ke kanak sampai habis, balik lagi kekiri sampai habis, kemudian naik keatas memanjat gorden. Sampai ujung gorden, kulihat lagi wajahnya mengendus-endus. Berusaha naik ke langit-langit. Mau apa? Tak ada lobang di langit-langit, Mickey tak bisa menjangkau langit-langit. Balik lagi ke jendela, kulihat lagi bayangannya.

Sepertinya ini saat yang tepat untuk beraksi, apa yang harus kulakukan ya? Ambil obat nyamuk baygon, ya.. ambil baygon dan menyemprotkan ke Mickey seperti yang dilakukan temanku. Moga-moga berhasil. Aku harus turun dari tempat tidur dan berjalan keruang lain untuk mengambil botol baygon, semoga Mickey tak beranjak dari tempatnya.

Dengan langkah seribu, cepat kuambil baygon dan mencobanya. Untung saja dua hari lalu aku membelinya, jadi masih utuh. Aku kembali ke kamar. Kulihat Mickey masih di balik gorden. Aku melangkah pelan mendekati jendela, aku harus naik meja yang dialasi kaca. Semoga tidak pecah dan memang biasanya tidak pecah. Disamping itu tak ada lagi yang bisa kupanjat. Kuarahkan baygon ke Mickey, tak langsung ke Mickey, tapi ke gorden dimana Mickey ada dibaliknya. Terlihat jelas bayangannya. Sebanyak-banyaknya kusemprotkan, Mickey berusaha menghindar, tapi tetap kukejar dengan semprotan. Aku tak berani menyibak gorden,takut si Mickey akan lompat kearahku.

Ada celah sedikit, moga saja mengenai sasaran dan membuatnya pusing. Kusemprot terus, sampai aku sendiri terbatuk2 tak kuat menahan baunya. Mickey pasti mabok! Pikirku. Dan sebentar lagi aku bisa mnyemprot langsung ke arahnya. Tunggu saatnya.

Kaleng baygon berukuran besar tinggal kurang dari separo, saatnya menyemprotkan langsung ke Mickey. Kusibak gorden pelan-pelan sambil baygon siap menyemprot. “Yes!” berhasil kusemprot. Badan Mickey basah kuyup, tapi masih bisa bergerak. Segera kututup lagi gorden, disamping geli melihatnya, juga takut dia melompat ke mukaku. “Hiii, ngerinya”

Saat yang bersamaan, terdengar bunyi “thek”, yah..! pecah deh kaca meja. Tapi aku tak beranjak dari tempat kuberdiri. Aku masih penasaran dengan Mickey, sehebat apa sih dia? Beberapa kali gorden bisa kusibak dan kusemprotkan langsung ke Mickey. Badannya semakin basah kuyup, dia berusaha menghindar. Kututup lagi gorden, dan Mickey berusaha keluar dari balik gorden. Waduh, gawat! kalau sampai keluar, gawat!

Benar saja, Mickey melongokkan kepalanya. Secepat kilat aku lompat dari meja, menjauhi jendela. Kupandangi tingkahnya dari jauh, kali ini aku tak berani berhadapan langsung. Tubuh Mickey yang basah berhasil keluar dari balik gorden, turun ke lantai. Aku gedek-gedek geli. Apa yang harus kuperbuat sekarang? Mickey masuk dibawah meja, waduh! tambah sulit keadaan sekarang. Kuambil sapu penebah dan kupukul-pukulkan ke bawah meja, berharap akan mengenai Mickey. Benar saja.. Mickey lari ke bawah tempat tidur.

Keadaan semakin sulit, kugetok-getok pinggiran tempat tidur. Tak ada gerakan, kuintip ke kolong, tak kelihatan. Dimaka kau Mickey? Kuayun-ayunkan sapu penebah kebawah tempat tidur. Mickey keluar dari bari kolong tempat tidur, tapi diseberang, lalu melintasi pintu kamar. Mickey berhasil keluar dari kamar, kukejar sambil membawa sapu penebah. Mickey lari secepat-cepatnya dan berhasil masuk ke kamar satunya.

Apa yang bisa kulakukan sekarang? Tambah susah ini, tak tahu dimana posisinya sekarang, dibawah kolong tempat tidurkah? Dibalik gordenkah? Diatas jendelakah? Satu-satunya jalan kututup pintu kamar.

Mickey... kau ada didalam, tubuhmu basah kuyub terkena baygon. Apa yang akan terjadi padamu Mickey? Aku tak tahu. Aku bisa tidur pulas setelah begadang denganmu. Tapi, ow, ow!. Diatas pintu ini ada kisi-kisi kaca terpasang miring, ada celah yang lebar. Bisa saja Mickey melewatinya dan kabur. Terpaksa begadang sampai pagi. Mickey, Mickey! kau menyiksaku malam ini, awas kau Mickey!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar