28 Maret 2010

Aku liburan di Bontang Ya...?

Rabu 8 April 2009. ”Sofi” putriku yang sedang menuntut ilmu di SMU Taruna Nusantara Magelang menelepon sekitar jam 9 malam. Saat yang hampir sama setiap kali meneleponku. Dan seperti biasa aku dan suami mendengarkan suaranya yang di loud speaker. Setelah mengucap salam dan berkabar-ria, tiba-tiba minta pulang untuk liburan UAN. Hah...! Libur UAN kan cuma lima hari, pikirku. Ditambah Sabtu-Minggu.
“Apa nggak capek di jalan Sof...?”
”Please Ma..., bilang Papa deh, nanti pasti boleh. Banyak yang mau kuceritain nih. Ayo-ayo-ayo...”
Akhirnya HP berpindah ke suami dan liburan disetujui. Libur satu minggu dengan perjalanan “Magelang-Solo-Jogja-Balikpapan-Bontang”. Tidak apalah, anggap saja refreshing. Kupikir-pikir memang selama tinggal di asrama dengan peraturan ketat yang bahkan hari Minggupun kadang masih ada kegiatan extra yang diikutinya, seperti latihan marching band, paduan suara, juga kerja bakti di masyarakat maupun membersihkan asrama dan masih banyak lagi, pasti membuatnya jenuh.

Secepatnya kutelepon adik yang di Solo untuk memesankan tiket Jogja–Balikpapan tanggal 19 dan Balikpapan–Jogja tanggal 24 dengan catatan pesan secepatnya supaya tidak kehabisan. Dan akhirnya terbeli juga. Sewaktu ada kesempatan menelepon lagi kutawarkan memanggil guru les fisika untuk menambah materi persiapan olympiadenya. Syukurlah tawaranku disetuju dan ini juga supaya hari liburnya tidak terbuang sia-sia.

Hari yang ditunggu tiba, Minggu 19 April 2009, putriku “Sofi” sudah sampai di airport Bontang. Aku dan bungsuku menjemputnya. Kulihat langkahnya yang tegap menuruni anak tangga pesawat menuju ruang kedatangan dengan seragam pesiarnya. Celana panjang biru, hem lengan panjang biru muda dan jas biru lebih tua dari celana dan hemnya dilengkapi baret dipundaknya. Tapi ada yang lain dengan seragamnya kali ini. Ada hiasan besar terpasang didadanya, tali koor warna merah putih. Setelah mencium tanganku sembari mengucap salam yang kemudian kujawab salamnya sambil kucium pipinya, dia membisikkan.
”Ini tali koor Marching Band, keren kan...” senyumnya mengembang, aku juga. Bangganya... akhirnya dapet juga yang diincarnya.
Kutanya keadaannya, walau jelas kulihat baik-baik saja. Wajah capeknya masih tetap terlihat meski senyum menghiasi bibirnya. Mungkin karena perjalanan yang melelahkan, seperti yang diceritakan di telepon saat diperjalanan tadi. Jum’at larut malam masih mengerjakan tugas sedang paginya masih masuk sekolah seperti biasa. Sepulang sekolah harus packing kopor dan merapikan kamar. Belum lagi sewaktu menunggu jemputan Omnya yang belum datang-datang, gurunya memintanya bolak balik ke kamar teman-temannya yang lupa menutup jendela, memiringkan kasur dan lain-lain. Jam Lima sore akhirnya Omnya datang juga, mulailah perjalanan ke Solo yang ternyata butuh waktu 4 jam untuk sampai rumah. Sedang paginya harus segera bersiap-siap ke Jogja, mengejar pesawat yang jam delapan. Ternyata sampai di Balikpapan masih harus menunggu tujuh jam lagi karena memang pesawat adanya hanya sore jam tiga untuk melanjutkan perjalanan ke Bontang. Belum lagi harus membawa tentengan tas pesiar dan lap topnya.

Diantara barang-barang yang berjejer dan menunggu sampai habis bagasi yang masuk, ternyata tak ditemukan juga kopornya. kemudian terdengar pengumuman bahwa beberapa bagasi tidak bisa terangkut dan masih tertinggal di Balikpapan, baru akan dibawa pesawat keesokan harinya dengan waktu yang sama saat ini.
”Wah, Ma. Koporku tidak keangkut, waduh...!! gimana ini. Tugasku di kopor semua. Banyak lagi. Nggak bisa ngerjain dong malam ini”.
Kutenangkan kepanikannya, mungkin ada yang bisa dikerjakan lebih dulu selain tugas-tugas yang di kopornya.
”Iya sih, ngambil dari internet. Iya deh nyelesaiin itu dulu”.
Kami bertiga menuju rumah. Papanya sudah menunggu di teras. Setelah mengucap salam kami masuk. Obrolan dilanjutkan di ruang tamu diselingi SMS dan telepon dari teman-temannya.
Malam, sekitar jam delapan, beberapa teman SMPnya datang. Teman-temannya yang sudah tak asing lagi bagiku. Setelah mengobrol sebentar, bersama teman-temannya minta ijin untuk pergi kerumah teman yang ternyata sudah ada teman-teman yang lain yang sudah menunggu. Ku bolehkan saja karena aku tahu siapa teman-temannya. Mereka anak-anak yang bertanggung jawab.

Hari-hari berlalu, Setiap pagi jam delapan sampai jam sebelas diisi dengan les fisika untuk tambahan materi olimpiadenya. Setelah istirahat, dilanjutkannya dengan menyelesaikan tugas sambil sesekali Chatting. Hampir tiap malam dia tidur larut, malah menjelang subuh baru tidur. Kasihan melihatnya. Tapi apa boleh buat. Tugas harus diselesaikan.
Ternyata ada untungnya juga liburan ke Bontang ini. Kalau melihat PR-nya yang banyak dan harus mengerjakan sampai larut, browsing di internet yang memakan waktu lama, mungkin tugas-tugasnya tidak selesai kalau jadi liburan di Solo. Selain fasilitas internet tidak ada yang berarti harus ke warnet, tidak ada yang bisa membantu karena semua sibuk kerja.

Usai sudah hari liburnya. Jum’at 24 April 2010. Putriku harus kembali ke asrama paling lambat masuk asrama jam lima sore. Ini sudah menjadi peraturan sekolah. Jam 08.30 kami sudah sampai di airport mengantar keberangkatannya, ini setengah jam lebih awal dari jadwal kebarangkatan pesawat. Setelah menunggu dan sampai jam yang ditunggu-tunggu, ternyata keberangkatan ditunda sampai jam sepuluh. Jadi kami harus menungu satu jam lagi. Dari pada bolak balik, kami putuskan saja menunggu di Airport. Jadi kutemani sampai pesawat benar-benar berangkat.
Satu jam dari keberangkatan telah berlalu, kuyakin pesawat telah mendarat di Balikpapan dan tinggal menunggu keberangkatan ke Jogja yang rencananya berangkat jam tiga sore. Perjalanan yang melelahkan lagi. Beberapa kali telponku tersambung untuk menemaninya. Kasihan menunggu sendiri di bandara. Jam setengah tiga, telponku bunyi.
“Ma..., pesawatnya dilayed sampai jam tujuh malam”
Langsung kubayangkan betapa capeknya perjalanannya hari ini. Sudah tidurnya kurang, tenaga dan pikiran terforsir. Sekarang harus menunggu lagi. Benar-benar melelahkan. Kucoba terus menenangkan. Lalu kusuruh menelpon wali grahanya untuk memberitahu bahwa pesawatnya tertunda dan terpaksa masuk asrama terlambat.
“Ya Allah, berikan keselamatan pada putriku, berikan kekuatan dan kesabaran padanya”
Sementara menunggu keberangkatannya yang jam tujuh malam, teleponku terus saja tersambung untuk menemaninya, menguatkan dan menenangkannya. Sampai akhirnya pesawatpun benar-benar berangkat tepat jam tujuh malam dengan tujuan Jogja.
Secepatnya kuhubungi adikku yang akan menjemput di bandara Jogja dan yang akan mengantar ke Magelang untuk memberitahunya bahwa pesawat sudah berangkat. Alhamdulillah, ternyata adikku sudah berangkat menuju Airport Jogja dan siap mengantar sampai Magelang. Beberapa barang yang dipesan anakku juga sudah dibawakan, seperti perlengkapan acara lomba kartinian. Aku juga minta tolong, sebelum ke Magelang untuk mampir makan malam dulu karena jam makan malam bersama di asrama sudah lewat. Syukurlah semua akhirnya terselesaikan.
Masih sempat kutelpon tadi, sewaktu mendarat di jogja. Kuingatkan sekali lagi apa yang harus ditinggal di Solo dan yang akan dibawa ke Magelang. Jangan sampai ada yang terlupakan mengingat kondisi tubuhnya benar-benar kelelahan hari ini. Lalu komunikasiku terhenti. Aku yakin di dalam mobil jemputan adikku, putriku pasti tidur pulas sampai asrama. Aku yakin itu. Besok akan ku telpon adikku untuk mendapatkan ceritanya dan mengucapkan terima kasih. Yah besok saja kutelpon Adikku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar