18 Oktober 2010

"simple" tapi menarik kata temanmu

"Mbak nanti gek njemput sampeyan?" kata temen yang kutebengin saat melihat mobil suami melintas berpapasan.

"Ah enggak, tadi nggak janjian, biasanya kalau mau jemput juga nelpon dulu"

"Siapa tahu lho mbak"

Hehehe... iya juga sih, siapa tahu memang menjemput. Nggak ada salahnya menelponnya ya, dari pada penasaran.

"Pa, kok aku lihat mobilnya, jemput aku ya?"

"Enggak, ini mau nyari kendi, apa mau dijemput sekarang?"

"Ow, nggak usah, aku udah pulang kok nebeng temen"

Beberapa saat setelah sampai rumah, suami dan bungsukupun datang membawa barang belanjaannya. Dikeluarkannya satu-satu dari tas kresek.

"Lhoh, ini bukan kendi, ini kendil namanya"

"Kendi yang mana ya?" tanya bungsuku

"Yang seperti teko, tempat air minum. Lha disuruhnya kendi apa kendil?"

"Dengernya kendi sih, cuma temen-temenku juga belinya seperti ini"

"Ya udah besok tanyakan lagi aja ke pak guru, mana yang dimaksudnya"

"Berarti bener yang tadi dik, tadi kan ada disana" kata suami

"Ini mau diapakan?" tanyaku

"Di cat" sahut bungsuku

"Kalau mama dulu ditempelin kain perca dik, biasanya batik terus nanti diplitur, bagus juga"

"Ini suruhnya di cat kok"

"Di cat juga bagus, seperti guci dong nanti, nyari gambar-gambar aja, kan banyak contoh"

Akhirnya contoh gambar didapat, selain itu suami juga mencoba menggambar diatas kertas untuk mencontohkan.

"Dicat dasar aja dulu dik besok siang kalau udah kering baru dicat gambarnya"

***

Persiapan untuk membuat prakarya ternyata belum lengkap, cat, kuas memang sudah terbeli tapi tinner untuk bersihin kuasnya belum ada karena saat belanja keperluan ini kemarin, toko catnya kehabisan tinner.

"Nanti dik ngerjainnya ya kalau tinnernya sudah ada supaya bisa untuk nyuci kuasnya"

Tapi ternyata bungsuku sudah tak sabar mengerjakan, diambilnya cat hitam untuk memberi dasar pada kendilnya.Selesai juga kendilnya tapi saat mau menyimpan kuasnya dia kebingungan.

"Pa, ini diapain kuasnya?"

"Lhoh, lha kok sudah kamu kerjain? kan belum ada tinnernya. Lha kalau gini kan kuasnya nggak bisa dibersihin dik" kata suami melihat aksinya

" Dibungkus plastik aja biar nggak kering, nanti kalau sudah ada tinnernya dicuci" kataku

"Dimana kendilnya"

"Tuh diluar" sambil kepala dan tangannya menunjuk keluar, depan rumah arah jalan masuk kerumah.

Kamipun melihat hasilnya, tergeletak di jalan masuk. tak dialasi dan jalanan terkena cat hitamnya.

"Dik kalau ngerjain gini harus di alasin, supaya nggak ngotori mana-mana. Kalau gini kan jalannya ikut di cat"

"Terus?"

"Ya udah, nanti kalau ngerjain lagi dialasin plastik"

Kamipun kembali masuk rumah, tapi tak berapa lama...

Nasib.. nasib.. Kok ya hujan, aku dan suami buru-buru mau melihat kendil yang tadi dijemur, sedang bungsuku tenang-tenang.

"Dik, kendilmu !"

"Nggak papa kok, nggak kena hujan, sudah kupinggirin"

"Pinter !"

Kamipun bertiga keluar rumah melihat apa yang terjadi

"Ini emang nggak kena hujan dik, tapi masih kena cipratan air yang jatuh. Nggak mulus lagi nih catnya, lihat tuh blentang-blentong"

"Yaaaaahhhhh.... gimana dong?"

"ya nanti nunggu kering dulu baru diulang lagi ngecatnya"

***

Hujanpun reda, tinner juga sudah didapat. Ada lagi, ternyata tak hanya tinner yang dibeli, ada kendil lagi dan kendi. Mulailah mengerjakan mengecat dasar warna hitam baik kendil maupun kendinya. Entah nanti mana yang akan dikumpulkannya. Setelah benar-benar rata, penjemuranpun dilakukan. Kali ini diteras saja biar jika hujan sewaktu-waktu datang tidak kalang kabut menyelamatkan. Karena cuaca akhir-akhir ini tak bisa diprediksi. Panas menyengat, e.. mendadak langsung hujan deras.

Selamatlah membuat cat dasar, giliran memberi pola-pola bergambar. Mau dibuat apa? Suami memberi contoh bunga yang dilanjutkan bungsuku. Kalau melihat cara mengerjakannya... wuuuiiiihhh... bener-bener perjuangan. Membolak-balik kendil berusaha mencari posisi yang mudah membuat gambarnya. Tinggal satu bunga, dikerjakan dengan hati-hati.Tiap kuntumnya terdiri dari empat kelopak dan sudah dikerjakan 5 kuntum. Hampir selesai kumtumnya, satu kelopak terakhir dibuatnya.

"Yaaahhhh, belepotan !"

"Nggak papa dik, nanti diperbaiki. Keringkan dulu aja"

"Nggak mau !"

"Terus?"

"Ganti aja"

"Yeehh kelamaan nanti kalau ganti lagi"

Akhirnya terserah saja apa yang dimaui. Ternyata bunga yang sudah dibuatnya 6 kuntum dan hanya satu kuntum yang gagal dihapus semua. Di cat hitam lagi...

"weee... gimana ini??"

"Gini aja tow, bikin pola yang mudah saja. bulat-bulat, kotak, atau garis-garis.. " kataku

Perjuangan lagi, mengukur lagi mana yang harus di cat dengan pola bulat, mana yang harus di cat pola garis. Butuh waktu lagi mengerjakannya. Tapi jempol buatmu dik, meski lama.. akhirnya kau selesaikan juga prakaryamu. Kau kerjakan sendiri. "HEBAT NAK"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar