12 Oktober 2010

wis wayahe panen (jambu air)

"Wow ! banyak sekali bunganya"

Setiap mata ini mengalihkan pandangan ke ranting pohon, takjub sekali melihat bunganya yang begitu banyak. Kalau saja ini nanti bakalan menjadi buah semua, berubah warna dah pohon jambu ini, menjadi merah saking banyaknya buahnya.

Mulailah menghitung-hitung kapan kira-kira bisa dipetik ya? Butuh waktu 3 bulan dari mulai bunga sampai bisa dipanen, ini berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu. Berarti buah baru bisa dinikmati setelah pulang cuti lebaran tahun ini, hmmm tak sabar menunggunya. Tapi.. pas dong, saat buah siap dipetik.. daku pas ada dirumah... hehehe nggak pas lagi keluar kota maksudnya.

Hampir 3 bulan dari mulai bunga bermunculanpun berlalu. Jambu yang tadinya hijau sudah mulai besar dan menyemburatkan warna merahnya. Sesekali bungsuku memetik 2-3 biji sepulang sekolah.

"Emang udah enak?"

"Enak"

"Tunggu merah dikit lagi kan lebih enak dik"

"Ini juga udah enak"

Yeee... sama aja nih kelakuannya dengan sulungku waktu kecil. Hampir setiap hari ngiterin pohon jambu mencari ke setiap ranting, nggak pagi.. nggak siang.. nggak sore. Herannya, adaaaa saja yang bisa dipetik, kok ya nemu-nemunya.

Kucicipi yang dipetk bungsuku, wah memang sudah saatnya dipetik nih. Kuamati dari jendela kamar bungsuku, benar-benar lebat buahnya kali ini. Buahnya membentuk gerombolan-gerombolan, jadi memudahkan untuk memetiknya. Siap-siap dipanen beberapa hari lagi. Nunggu pak kebun datang hari Minggu nanti.

Buahnya yang banyak, warnanya yang merah dan mudah dijangkau menarik setiap pengguna jalan. Ada saja yang berhenti untuk memetik beberapa buah, hehehe tak minta ijin lhoh. Tapi ya cuek saja saat kepergok sedang mengambil, malah diriku yang nggak enak untuk menegur dan memballikkan badan pura-pura nggak tahu.

Ada lagi beberapa pekerja rumput setelah minta ijin, segera mengambil jambu-jambu yang mudah dijangkau, tanpa harus memanjatnya. Beberapa orang yang lewat sepertinya heran kok pada ngambilin jambu. Kemudian turun dari kendaraannya dan ikutan bergabung.

"Nggak apa-apa kok, sudah diijinkan sama yang punya" samar-samar terdengan berisiknya percakapan mereka.

Hehehehe... lucu ya, dan entah berapa orang yang memanen jambu di pekaranganku. Tapi memang pohon ini benar-benar lebat buahnya. Meski sudah diambil berkresek-kresek, seperti tak berkurang saja buahnya.

Yang ikut beruntung adalah sekawanan monyet yang tinggal di hutan buatan dekat rumah. Sekali datang bisa 7 sampai 15 ekor. Saat yang menyenangkan melihat pemandangan seperti ini. Ada yang besar, ada yang kecil dan ada juga yang menggendong anaknya. Pemandangan yang langka untuk yang tinggal di perkotaan. Bersyukurnya aku masih diberikan hiburan alam. Benar-benar alam. Tak mau kehilangan peristiwa menarik ini, kuambillah camera untuk mengabadikannya.

Saat buah tinggal beberapa gerombol, dan ini sudah benar-benar merah warnanya... datang seorang pemuda, membunyikan bel pintu rumahku. Setelah kubuka,

"Ada apa Pak?"

"Boleh minta tembeknya Bu?" Karuan aja aku melongo karena nggak mudeng yang dimaksud.

"Tembek apa Pak"

"Itu lho Bu, buah-buahan yang ada disamping rumah, apa namanya Bu?"

"Ow.. jambu?"

"Iya Bu, jambu"

Hehehehe... nambah perbendaharaan kataku, jambu = tembek (baca "E" seperti kata benteng)

Kupikir setelah ini habis sudah jambu air dipohon , karena memang tinggal sedikit. Berarti takkan ada lagi monyet yang datang mencari makan dan monyet yang jadi hiburanku beberapa hari ini. Berapa bulan lagi ya akan ada hiburan seperti ini? sepertinya 3 bulan lagi bakalan ada hiburan karena kulihat ada beberapa kuntum bunga jambu yang muali mekar, meski tak sebanyak hari-hari kemarin. Sepertinya ini bunga jambu yang telat keluarnya atau ingin memberikan hiburan lagi buatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar