23 September 2011

catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-6

Perbanyak doa di sujud terakhirnya ya


Sabtu 20 Agustus 2011, hari kedua kami di Madinah. Berempat kami berangkat ke masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah (aku, Ibu, Atik, dan bungsuku). Seperti hari kemarin, jamaah sudah memenuhi halaman masjid walau belum masuk waktu subuh. Di halaman agak keluar terlihat banyak jamaah yang menikmati santap sahurnya. Perbekalan roti, kurma, susu, yogurt, dan entah apa lagi digelar untuk dimakan rame-rame. Senang melihatnya, pengen ngerasain juga kurma dicolekkan ke yogurt tapi masak mau minta dan lagi kami kan sudah sikat gigi. Kami terus melangkah melewati mereka, tapi tak sampai masuk masjid. Kali ini kami sengaja mengambil tempat diluar masjid atau di halaman masjid. Bukannya kami tak mau berusaha masuk ke dalam masjid. Tapi melihat begitu banyaknya manusia yang sedang berjubel di pintu masuk dan beberapa petugas juga sedang berusaha menghalangi jamaah memasuki masjid karena di dalam masjid sudah penuh. Kemungkinan tak akan ada tempat lagi, maka kamipun tak memaksakan diri bisa masuk. Bahkan dihalaman masjid paling dekat dengan masjidpun sudah dijaga supaya jamaah tidak memaksa masuk. Selain itu, usai sholat subuh kami berencana untuk segera kembali ke hotel. Rencananya pagi ini kami akan ziarah ke dalam masjid, mengunjungi makam Rasulullah atau ke Raudah. Seperti pengumuman yang disampaikan saat makan sahur tadi pagi di hotel, kami diminta sudah berkumpul di lobby jam 07.00. Makanya supaya cepat persiapannya dan tidak saling menunggu kami mengambil tempat di halaman masjid yang shaf-shafnya telah terbentuk sampai kebelakang. Kami tetap mencoba agak kedepan walau dihalaman masjid, barangkali saja masih ada tempat untuk kami berempat. Berulang kali mencoba minta tempat pada jamaah yang duduk. Jangankan untuk empat orang, untuk satu orang saja susahnya bukan main. Jamaah yang telah duduk tak mau bergeser, tak mau memberikan sedikit tempat walau sebenarnya kalau nanti berdiri masih bisa ditempati. Yah, berjuang lagi mencari tempat sampai dapat.

Usai sholat subuh kami sempatkan berdoa sebelum sholat jenazah dimulai. Selalu saja ada yang meninggal sehingga setiap sehabis sholat wajib selalu diumumkan kalau imam akan memimpin sholat jenazah. Kami juga selalu berusaha ikut menyolatkan untuk memberi penghormatan dan mendoakan jenazah yang meninggal. Semoga Allah mengampuni semua dosanya dan keluarga yang ditinggalkan diberi keikhlasan dan sabar menerimanya. Untung saja masih ingat bacaan sholat jenazah yang diajarkan waktu sekolah dulu. Hal yang tak direncanakan sama sekali, tiba-tiba bungsuku ingin jalan-jalan mengelilingi masjid Nabawi. Wuih, yang bener saja! Sekarang? Sebenarnya saatnya kurang tepat karena melihat begitu berdesak-desaknya manusia di halaman masjid. Semua sedang berusaha mencari celah supaya bisa bergerak keluar, baik yang dari dalam masjid maupun yang dihalaman. Lha kami malah mau ke arah masjid, menembus lautan manusia. Wah, arahnya malah berlawanan. Tapi setelah dipikir-pikir kalau tak dilakukan sekarang, kapan lagi? Karena kami akan ziarah ke Raudah, jam 07.00 kami harus kumpul di lobby terus berangkat ziarah, belum tahu butuh berapa lama nanti mencapai Raudah dan sholat disana mengingat Raudah pasti akan penuh sesak. Lalu jam 09.00 kami harus sudah menyiapkan kopor didepan pintu kamar karena kopor akan diambil Biro. Padahal kami belum mulai packing, sedikitpun belum. Kalau ditunda kelilingnya setelah jam 09.00 gimana ya? Ah, nggak mungkin... pasti udaranya panas sekali, nggak mungkin mengelilingi masjid dibawah terik matahari. Bisa-bisa batal puasa pulang dari keliling masjid. Lebih-lebih lagi jam 13.00 kami sudah harus siap di lobby dengan pakaian ihrom. Kami akan berangkat ke Mekah dan tak kembali lagi ke Madinah. Berarti kami harus segera membereskan barang-barang yang tersisa selain yang di kopor. Satu-satunya kesempatan keliling masjid ya sekarang.

Okelah kalau begitu, secepatnya kami beranjak dari duduk dan melangkah mengitari masjid Nabawi, saatnya membelah lautan manusia. Langkah kami kadang tertahan karena arus yang melintas dihadapan kami, langkah kami juga kadang harus berbelok mengikuti arus keluar halaman, padahal kami harus masuk, lebih mendekati masjid. Tapi kalau kami melawan arus akan lebih menguras tenaga.

Alhamdulillah, seperempat bagian masjid telah kami lalui. Tak terhitung berapa jamaah yang kami lewati. Kami terus melangkah lebih dekat ke masjid supaya tak terlalu jauh memutarinya dan cepat menyelesaikan keliling masjid. Sampailah kami dibagian depan masjid Nabawi, ke arah pintu ke makam Rasul. Kami terus melangkah mendekat, barangkali saja kami bisa memandang lebih dekat lagi dan bisa mengamati makam Rasul dari luar pintu. Sampailah kami didepan pintu menuju makam Rasul, bukan didepan persis sih.. Mungkin sepuluh meter didepan pintu dan kami tak bisa lebih mendekat lagi karena pintu ini jalan keluar jamaah laki-laki. Kalau kita mendekat, pasti akan diusir, haram… haram.., itu yang biasa kami dengar. Artinya kami disuruh pergi atau tak boleh melintasi.

Diantara bahu-bahu yang tinggi, diantara tubuh-tubuh yang kekar, disela-selanya… kami berusaha melihat ke dalam. Walau tak bisa memandang utuh sampai bawah, tapi lumayanlah… kami bisa melihat pintu-pintu makam Rasul beserta sahabat Umar dan Abu Bakar, dan papan hijau diatas pintu. Meski tulisannya tak mampu kami baca, karena kami hanya bisa melihat dari samping dan dari kejauhan, yah… kira-kira 10 meter dari pintu masjid.

Setelah puas memandang dan sempat tertegun serta sempat bertanya-tanya... Apakah masih dibolehkan bagi kami jamaah perempuan mendekati makam Rosul seperti yang kualami empat belas tahun yang silam ya? Kalau saja diperbolehkan, seberapa sulitnya pasti akan kuusahakan mendekatinya. Lalu kamipun melanjutkan perjalanan. Masih separo putaran lagi nih, mau balik atau meneruskan mengelilingi masjid? Sepertinya sama saja, karena posisi kami memang pas di tengah-tengah untuk jalan pulang ke hotel. Sebaiknya lanjut mengelilingi saja, supaya bisa melihat utuh situasi di sekeliling masjid. Subhanallah, disemua penjuru sisi masjid yang kami lalui… tak terhitung berapa yang datang ke masjid hari ini, halaman begitu penuh... padat dengan jamaah.

Selesai sudah kami berkeliling, saatnya kembali ke hotel untuk bersiap-siap ziarah ke Raudah yang rencananya akan diantar dan dipandu... bu Maunah apa bu Masamah ya namanya, hehehe lupa.

Tepat jam 07.00 kami sudah di lobby, kali ini kami hanya bertiga (aku, Ibu dan bungsuku), sedang Atik belum diijinkan masuk ke masjid. Tamunya masih setia mengunjungi. Kami tunggu siapa saja yang akan ikut ziarah ke Raudah. Bu maunah sudah ada bersama kami. Sebenarnya berangkat sendiri juga nggak apa-apa karena aku dan Ibu sudah pernah mengunjungi Raudah, tapi kalau ada pemandunya juga tak masalah malah lebih bagus karena sehari-harinya beliau kan berada di masjid. Tentunya hafal betul liku-likunya masjid. Beberapa saat kami menunggu tak juga ada yang datang. Bu Maunah beberapa kali juga melihat jam tangannya dan bilang kalau berangkatnya jangan siang-siang. Waktu buka Raudah juga cuma sebentar. Sebaiknya kami segera berangkat ke masjid, bukannya kami tak mau menunggu tapi karena terbatasnya waktu terpaksa kami tinggal.

Sampai di halaman masjid, posisi kami saat ini hampir mendekati pintu masuk masjid. Bu Maunah memimpin doa, sedang kami mengaminkannya. Lalu kata beliau saat mau masuk masjid kami disuruh membaca basmalah dan membaca doa “Ya allah, bukalah pintu rahmat-Mu untukku” baru melangkah dengan mendahulukan kaki kanan saat masuk.

Sekarang kami berempat sudah di dalam masjid. Kami menyimpan alas kaki di rak yang telah disediakan di dalam masjid, berjalan lebih masuk kedalam masjid melewati orang-orang yang sedang duduk maupun baring. Tidak tahu kenapa mereka tak segera berdiri mencari tempat terdekat pintu masuk ke Raudah. Apa memang mereka tak ingin ke Raudah ya? “Lewat sini bu, cepat, sebentar lagi pintu dibuka” Itu yang kami dengar disela-sela mendahului jamaah yang sepertinya juga punya tujuan yang sama, ke Raudah. Hampir setengah berlari kami menuju ke arah yang ditunjukkan Bu Maunah. Benar saja, tak lama kemudian kami melihat pintu pembatas dibuka, kami berjalan lebih cepat dari sebelumnya menuju pintu dan berjalan lebih cepat lagi supaya segera sampai ke Raudah dan mendapat tempat di depan seperti yang dipesan Bu Maunah “Ambil tempat terdepan ya, mepet pembatasnya”.

Susul-menyusul diantara jamaah yang sedang berjalan cepat juga. Kaki ini melangkah cepat, hampir berlari… dalam jarak pandang yang mampu terlihat… pemandangan di depan kami mulai memperlihatkan bangunan makam Rasul dari arah belakang dan samping. Tiba-tiba mata ini menjadi sembab, panas, dada berdegup lebih kencang, bukan karena kami terengah-engah. Ada perasaan yang tak bisa diungkap dengan berjuta kata. Air mata tak berhenti mengalir membasahi pipi, walau berkali-kali diusap... tetap saja basah.

Semakin mendekati tempat yang dituju, semakin berkecamuk perasaan. Benar-benar aku akan berada ditempat ini lagi setelah 14 tahun yang lalu. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar. Hanya Engkau yang mampu memperjalankan kami hingga kami sampai ditempat ini. Kalaupun kami berkecukupan bekal, kalaupun kami mampu mengadakan perjalanan, kalaupun kami dalam kondisi sehat, namun jika Engkau tak berkehendak… tak kan mungkin kami berada ditempat ini lagi. Segala puji-pujian hanya untuk-Mu ya Allah yang telah memberiku kesempatan lagi mengunjungi rumah Rosulku.

Lalu, apa yang akan kami lakukan di Raudah ini? Kami melakukan sholat tahiyatul masjid, sholat dhuha, sholat hajad dan sholat taubat. Pesan dari Bu Maunah, berdoalah sebanyak-banyaknya pada sujud terakhir dari setiap sholat dan jangan beranjak sampai semua sholat dilakukan. Abaikan saja orang yang menyuruh kita cepat beranjak. Alhamdulillah, kami dapat mengerjakannya dengan tenang, dengan bacaan yang tak tergesa-gesa. Kamipun dapat berdoa sepuas-puasnya dalam sujud terakhir dalam setiap sholat yang kami kerjakan. Segala pinta dan harap dengan linangan air mata, doapun terluncur. Begitu indahnya doa yang kami panjatkan. Ya Allah, berikan kesempatan padaku untuk kembali mengunjunginya lagi, secepatnya bersama keluargaku. Amin Allahumma Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar