27 September 2011

catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-9

Setiap langkah, sayang untuk tak mengabadikannya


Masih dihari yang sama, Sabtu 20 Agustus 2011. Saat ini jamaah sudah berada di bus. Kembali orang biro mencacah jiwa, menghitung kelengkapan jumlah jamaah yang akan dibawanya ke Mekah. Jangan sampai ada yang ketinggalan di Bir Ali ya... Kemudian dengan dipandu Pak Helmy, kami kembali mengikrarkan niat umroh. Selanjutnya gema talbiyah serempak meluncur dari bibir-bibir kami “Labbaik Allaahumma Labbaik, Labbaika Laa syariikalaka Labbaik, Innal Hamda, Wannikmata, Lakawalmulk, Laa Syariikalah”. Kami berharap sepanjang perjalanan dapat melantunkan talbiyah dengan suara yang mampu kami dengar meski pelan sekali, namun apa daya... Karena puasa, lama-lama kami tak bersuara lagi, hanya bibir yang tetap bergerak. Lala-lama bibirpun tak mampu lagi digerakkan, capek... tapi Alhamdulillah dalam hati kami masih diberikan kekuatan untuk melantunkannya. Iya... kami melantunkannya dalam hati. Tidak apa-apa, Pak Helmy juga bilang begitu kok,

“Tidak apa-apa kalau capek menyuarakannya, dibatin juga tidak apa-apa... yang penting masih terus bertalbiyah hingga jika kita sampai ketiduranpun masih terhitung ibadah, sebaiknya hindari ngobrol ngalor ngidul yang tak bermanfaat dan tak bernilai ibadah. Yang lebih menggembirakan lagi, umroh dibulan Ramadhan ini pahalanya sama dengan haji bersama Rosulullah, pastinya kita semua tak akan menyia-nyiakan waktu yang ada ”.

Massya Allah.... Terbayang bagaimana Rasulullah bersama kami, lalu mendampingi perjalanan thawaf dan sa’i kami. Subhanallah... betapa nikmatnya.

Saat mesin bus dinyalakan, aku mulai berpikir, masih sama seperti tadi tidak ya mengemudikannya. Lalu bus bergerak, ah... masih sama. Tapi setelah keluar dari tempat parkir dan meninggalkannya, nah... sudah mulai enak nih nyetirnya. Eh, baru tersadar kalau aku ternyata baru sekali ini ke Bir Ali. Dulu sewaktu kami berhaji (aku dan suami) sudah berihrom di pesawat, kemudian waktu melakukan umroh sunah kami melakukan ihram dari Taneem. Tapi kenapa tak terpikir untuk mengabadikan suasana Bir Ali ya. Mungkin karena kami sudah berihram jadi sudah disibukkan dengan urusan umroh, atau mungkin karena kami sibuk mencari Atik yang terpisah dari rombongan kecil kami. Ah, padahal sebenarnya setiap kaki ini langkah sayang kalau tak diabadikan. Tapi perjalanan tak bisa diulang, karena semua jamaah sudah berada di bus dan bus siap menuju Mekah. Semoga lain waktu kami bisa mengunjunginya lagi. Amin Allahumma Almin.

Kulihat jam yang melingkar di tanganku, waktu menunjukkan pukul 18.30 saat bus berangkat. Ini masih belum saatnya buka puasa, masih setengah jam lagi kami menunggu. Air mineral kemasan botol dan nasi kotak telah dibagikan satu-satu, mau tahu isi kotakannya... Nasi putih yang lumayan mengenyangkan kalau dimakan sendiri, ayam goreng sepotong , cumi bumbu merah yang dipotong kecil-kecil, krupuk dan lalapan timun plus selada. Sedap ya? Hmm... kalau puasa, mbok apapun yang dihidangkan pasti menggugah selera. Apalagi bungsuku punya sebotol minuman bersoda, dingin lagi. Pasti tambah menyegarkan yah buka puasa kali ini, haiyah... nggak takut batuk apa. Hehehe... berat kerongkongan nih sepertinya dari pada mikirin batuknya.

Lebih dari dua jam kami meninggalkan Bir Ali, bus melaju dengan kecepatan tinggi. Sepertinya ini karena kondisi jalan yang lebar, mulus dan lurus-lurus saja. Meski banyak pemakai jalan, dari sedan sampai kendaraan besar seperti truk tapi semua laju saja sehingga sopir bisa mengendalikan bus dengan baik, tak seperti saat berangkat dari hotel ke Bir Ali yang penuh dengan perjuangan menahan mabuk. Entah sudah berapa ratus kilo meter ya yang kami tempuh dan ini masih berapa ratus kilo meter lagi ya sisanya. Buta posisi, benar-benar tak tahu ada dimana saat ini tapi yang jelas kami masih harus berjam-jam lagi dalam kendaraan. Huff... capeknya...

Disaat rasa kantuk yang mulai menyerang, Pak Helmy dengan pengeras suara menyampaikan bahwa baru saja Dinas Pemadam Kebakaran di Mekah menghubunginya via handphone. Katanya untuk saat ini kendaraan yang menuju Mekah tidak bisa masuk. Jalan ditutup untuk semua kendaraan karena jalan saat ini sudah penuh dengan jamaah yang sedang melaksanakan sholat tarawih. Wow! Amazing! Tak terbayang seberapa banyak jamaah yang ada. Tapi yang dimaksud ini jalan mana ya? Jalan di depan hotel? Weh, hotelnya sebelah mananya masjid ya kok sampai nggak bisa mendekati hotel. Dikatakan lagi bahwa bus baru bisa masuk setelah tarawih selesai jadi sebaiknya jamaah sholat Magrib dan Isya’ diperjalanan saja karena diperkirakan sholat tarawih baru selesai sekitar jam sebelas, jadi bus baru bisa bergerak maju menuju penginapan setelah jam sebelas. Wow! Akan sampai jam berapa ya kami nanti.

Akhirnya kami sampai ditempat yang sangat luas, sejurus mata memandang sepertinya padang pasir, tapi ini tidak jelas karena suasanya gelap, tak ada lampu yang menerangi walau sedikit. Bulan juga sedang tak purnama. Apa ya nama daerahnya? Haduh kok yo lupa namanya, lupa nggak kucatat lagi. Bus lalu masuk ke area ini terus maju kedepan. Ada sebuah masjid yang cukup besar, ternyata bus kami masuk di area parkir. halaman parkir ini luas sekali, tak ada tanda dimana harus memarkir mobil karena semua pasir. Jadi bebas saja memposisikan bus. Akhirnya sampai dibatas terdekat dengan masjid, bus berhenti. Menitik keadaannya, sepertinya tempat ini sebagai salah satu alternatif untuk persinggahan jamaah sebelum sampai Mekah. Sayang tempatnya gelap dan sepi, sepertinya juga kurang terawat (eh kurang terawat apa sedang renovasi yah?) hehehe... tak bisa membedakan karena gelap. Dan lagi tak ada penjaganya, jadi agak-agak takut untuk turun sendiri. Cari teman ah.... ya.. ya.. cari teman, siapa lagi kalau bukan bungsuku, hehehhe.... Kami masuk ke area masjid dengan hati-hati karena masih kondisi berpasir. Takutnya ada genangan atau ada kotoran, moga-moga kami tidak terperosok. Apa memang sedang ada pemugaran ya?

Kami lihat fasilitas kamar mandi khusus perempuan ini kurang diperhatikan. Maaf, ini kesimpulan sesaat waktu melihat kondisi kamar mandi dan tempat berwudhu perempuan. Tak terlihat ada petugas kebersihan. Harus hati-hati sekali nih memanfaatkan fasilitas yang ada, jangan sampai malah terkena najis. Ingat kondisi kami sedang berihrom jadi tidak mudah untuk berganti pakaian dengan keadaan seperti ini. Tapi yang penting akhirnya kami bisa besuci, wudhu dan mengerjakan sholat Magrib dan Isya’ dengan dijamak Takhir. Semoga Allah memaklumi kekurangan kami dalam bersuci tadi dan semoga Allah tetap menerima sholat kami. Amin. Setelah itu kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan ke Mekah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar