24 September 2011

catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-7

Saatnya berangkat, Bismillahirrohmanirrohim


Sabtu 20 Agustus 2011, saat ini hampir mendekati jam satu siang, kami sudah berada di Lobby seperti yang diharapkan. Menurut rencana jam 13.00 kami akan berangkat ke Bir Ali untuk mengambil miqot dan selanjutnya akan berangkat ke Mekah. Kami sudah siap dengan pakaian ihrom, menutup seluruh aurat kecuali muka dan tangan untuk perempuan dan bapak-bapak mengenakan 2 lembar kain. Insya Allah barang-barang sudah kami bawa turun semua,tak ada yang tertinggal karena kami sudah meneliti setiap sudut kamar kecuali kalau sampai terlewat pandangan. Keadaan lobby masih sepi, Jamaah belum selengkapnya kumpul, hanya beberapa yang sudah terlihat berpakaian ihrom seperti kami baik dari rombongan kami maupun dari rombongan lainnya. Barangkali mereka masih membereskan barang bawaan dan meneliti ulang seluruh penjuru kamar supaya tak ada yang tertinggal karena kami tak ada rencana balik lagi ke Madinah.

Tak berapa lama... Satu persatu jamaah mulai berdatangan, lobby akhirnya jadi penuh. Belum lagi deretan kopor yang tertumpuk dipinggir, di depan pintu keluar dan di depan hotel. Eh, ternyata kopor-kopor kami yang diambil jam 09.00 juga masih tertumpuk disini. Sepertinya bus atau kendaraan apalah yang akan membawa kami ke Bir Ali dan ke Mekah belum datang. Kami lalu menempati sofa-sofa di lobby yang jumlahnya tak sebanding dengan Jamaah yang ada sehingga kami bergantian menempati sofa yang ditinggalkan penghuninya. Dulu-duluan ceritanya.

Menit demi menit menggeser waktu, Jamaah yang tadinya ngobrol santai kini mulai terlihat gelisah. Tuh kan... ada yang berkali-kali melongok jam tangan dan sesekali melirik keluar, memastikan apa kendaraan sudah datang. Tak sedikit juga yang memainkan jari-jari mengetuk-ngetuk pinggiran kursi, mengoyang-goyangkan kaki, dan sesekali mendesah, jelas sekali keresahannya. Seorang dua orang kulihat menghubungi biro, menanyakan kapan jadi berangkat. Selenting info yang terdengar kemudian, bus yang akan mengantar kami masih dalam perjalanan. Mekah macet total, katanya untuk bergerak satu meter saja susah. Dalam bayanganku... sepenuh apa ya Mekah saat ini, apa seperti waktu perjalanan hajiku 14 tahun yang lalu? Atau malah lebih banyak lagi? Menunggu yang tak pasti, itu mungkin yang terbersit dipikiran kami-kami. Iya, karena menunggu tak pasti kapan kendaraan akan sampai di hotel dan mungkin juga karena sudah tidak sabar lagi, maka beberapa jamaah lalu memutuskan untuk naik taxi ke Bir Ali. Toh tempatnya dekat saja, hanya butuh satu jam perjalanan dari hotel, itu paling lama dan setiap sopir taxi pasti tahu tempatnya. Sedangkami kami memilih tetap menunggu bus yang sudah disediakan biro. Sabar... sabar...

Hampir tiga jam kami menunggu, kejenuhan melanda... itu pasti, ngantuk menghampiri... ah, nggak perlu ditanyakan lagi. Rasanya duduk di Sofa terus capek, berdiri terus juga capek. Akhirnya silih berganti sofa ini diduduki. Tiba-tiba Pak Galih dari biro yang sedari tadi dihubungi suami lewat hand phone dan tak tersambung-sambung muncul dihadapan kami lalu mengatakan kalau busnya sudah datang tapi tidak bisa masuk sampai depan hotel. Lalu? Lagi-lagi kami harus jalan untuk menjumpai kendaraan sambil membawa barang tentengan yang lumayan berat, tepatnya lebih berat dari tentengan sebelumnya sewaktu kami baru datang. Nah loo... ya lumrah saja toh kalau kami belanja di Madinah. Hehehe... Tapi jangan dibayangkan kami belanja yang macam-macam ya, bukan emas, bukan permata, juga bukan souvenir untuk oleh-oleh. Ini belanjaan kami waktu ziarah ke kebun kurma. Isinya kurma, manisan apricot, kacang dan coklat serta kurma matang segar yang dibeli diseputar hotel. Meski di tanah air juga ada yang menjual kurma dan sejenisnya, tapi kalau nggak bawa dari tempatnya kok ya kurang afdhol ya. Alhasil kami terhuyung-huyung jalan menuju bus yang terparkir dan lumayan agak jauh. Owalah bus... bus... kok yo jauhmen toh parkirnya, apalagi Pak Galih sempat lupa dimana letak busnya dan kami harus memutar... haiyah Pak Galih... Pak Galik.... bawaanku berat banget lho....

Akhirnya kami sampai di dalam bus yang sudah penuh Jamaah. Lhoh ini jamaah dari mana aja ya, kok jumlahnya dua kali lipat atau mungkin lebih dari jumlah kami datang ke Madinah lalu? Ow ternyata kami masih dari satu biro yang sama, cuma mereka sudah datang ke Madinah lebih dulu dan tinggal ditempat yang beda dengan kami. Kamipun duduk mengambil tempat yang masih ada. Aku dan bungsuku duduk sebelahan di deretan tengan, suami duduk di seberangku, Bapak dan Ibu di belakang dekat pintu, adikku Atik diseberangnya Ibu, sedang Uul iparku duduk di depan (dapat prioritas karena khawatir kalau sepanjang perjalanan akan mabuk berat). Setelah dicek-cek ternyata masih ada beberapa tempat duduk yang belum terisi, siapa ya yang belum masuk bus? Sudah lengkap Pak karena yang lainnya sudah berangkat duluan naik taxi. Oh iya, sudah cocok berarti, buspun berangkat maju. Pak Helmy kemudian menghubungi jamaah yang tadi berangkat ke Bir Ali duluan untuk menunggu di masjid, nanti akan berangkat sama-sama ke Mekahnya. Ngeeettt! Sopir bus ngerem mendadak. Haduh baru maju sudah bikin pusing nih sopir. Ngeeettt! Bus ngerem mendadak lagi. Haduh, bener-bener bikin pusing. Dan kejadian ngerem-mengerem terjadi berulang-ulang. Ada nggak yah yang bisa gantiin nyetirnya? Kalau ada hayuk diganti saja sopirnya, pasti yang lain setuju. Kalau begini cara nyetirnya... dijamin ada yang mabuk nanti. Benar saja, baru saja bus bergerak sekitar seperempat jam, penumpang bagian belakang sudah ada yang hoek-hoek. Woh, ternyata adikku. Ah, kalau dia sih hantunya mabuk. Moga-moga gak akan ada yang nyusul.

Satu jam kemudian kami sampai di Bir Ali atau masjid al Miqat atau biasa juga orang menyebutnya masjid al Ihram, tempat miqot umroh kami. Sebelum turun Pak Helmy mengingatkan apa saja yang harus kami kerjakan di dalam masjid, yaitu sholat sunah umroh dua rakaat dan berniat. Tuntunan niat dapat dibaca di buku panduan yang sudah dibagikan. Bu Zaenal sebagai salah satu pembimbing juga mengingatkan kami kalau sesudah niat harus dijaga bener ihromnya. Jangan sampai melanggar larangan ihrom dan diminta sesama jamaah saling mengingatkan. Lalu kami turun dan masuk kedalam masjid.

Sejurus mata memandang ke depan ada halaman yang luas dengan taman yang tertata apik. Jika mata memandang ke kiri, terdapat koridor atau selasar yang panjang dengan artistik. Kembali menghadap kedepan, setelah melewati tamannya, berdiri megah sebuah masjid yang sebentar lagi akan kami masuki. Tapi kami harus tahan dulu, kami belok kanan memasuki bangunan yang cukup besar khusus untuk jamaah perempuan. Disini kami akan memperbaharui wudhu. Keran-keran banyak disediakan, namun begitu tetap saja kami mengatri memakainya. Tersedia juga kamar mandi, jumlahnya juga sangat banyak tapi tetap saja kami harus mengantri bila ingin menggunakannya.

Selesai mengambil wudhu kami langsung masuk ke masjid yang terbagi dua bagian didalamnya. Kami (jamaah perempuan) masuk dari pintu belakang masjid sedang jamaah pria masuk dari pintu samping. Didalam masjid ada pembatas ukiran kayu yang memisahkan jamaah perempuan dan jamaah laki-laki. Kami melakukan sholat sunah umroh dua rakaat dan berniat seperti di buku panduan yang kami bawa. Mulai saat ini berlakulah larangan ihrom bagi kami. Tak boleh memotong rambut dan kuku, tak boleh berkata kotor, bergunjing maupun bertengkat, tak boleh memakai wangi-wangian, tak boleh membunuh binatang kecuali yang membahayakan dan masih banyak lagi larangan yang harus kami hindari. Kami harus berhati-hati. Bila larangan ini dilanggar, kami harus membayar Dam atau denda. Mau tahu Dan atau dendanya? Boleh pilih salah satu. Menyembelih satu ekor kambing atau memberi makan 60 fakir miskin berdasarkan ukuran makan normal sehari-hari atau berpuasa sepuluh hari (3 hari ditanah suci dan 7 hari ditanah air). Semoga kami bisa menjaga ihrom kami, ya Allah... bantulah kami.

Setelah itu kami kembali ke bus. Setelah jamaah benar-benar lengkap, buspun mulai bergerak meninggalkan Bir Ali menuju Mekah. Suara talbiyah menggema dari bibir jamaah. Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika laa syariikalah, Innal hamda wannikmata, Lakawalmulk. Laa syarikalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar