3 Oktober 2011

Catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-12

Apa tak cukup usaha kami ya?


Beberapa kali tak berhasil masuk masjid, tak menyurutkan langkah kami untuk terus berusaha walau dihadang beberapa kendala, kendalanya adalah.... karena kami berangkat mepet waktunya. Hadoh, itu sih bukan kendala yah. Hehehhe.... maklum sih kalau berangkatnya selalu bawa pasukan, ya jadinya selalu tunggu-tungguan. Eh enggak juga ding, kami sudah berusaha berangkat lebih awal kok. Dan kali ini kami juga berangkat lebih awal, persis setelah buka puasa di ruang makan hotel. Masih banyak waktu, karena adzan Isya’nya masih lama. Kami masih cukup waktu untuk mencapai masjid. Lagian kami harus mengisi perut supaya ada tenaga untuk mengikuti sholat tarawih. Kata orang biro juga begitu, kami harus ada tenaga kalau mau ikut sholat tarawih masjidil haram, kalau nggak makan nanti nggak kuat. Sengaja kami pulang selepas sholat maghrib ke hotel karena orang biro sudah menyiapkan menu buka puasa untuk jamaah, sayang kalau tak dinikmati apalagi kami berangkat kan juga sudah termasuk konsumsi sahur dan buka puasa. Namanya pemborosan kalau kami masih cari-cari lagi diluar. Masalah buka puasa selesai, saatnya bercerita bagaimana kami berangkat ke masjid, berjuang mencari tempat untuk sholat Isya’ dan tarawih.

Ceritanya... Usai buka puasa kami langsung berangkat, kami susuri jalan disamping hotel lurus ke arah masjid. Kondisi masih saja seperti waktu kami berangkat di siang dan sore hari tadi. Tetap padat manusia, eh.. lebih padat dari sore tadi. Wah, alamat tak akan bisa masuk lagi. Tapi tetep semangat empat lima dong untuk bisa masuk.

Petugas keamanan masjid yang biasa dipanggil Askar sudah berjaga-jaga didepan halaman masjid, di depan halaman masjid lho... bukan di depan pintu masjid. Mereka memantau situasi, siap dengan tiang-tiang pembatas, siap membentangkan rantai agar tak ada yang bisa masuk lagi. Kalau rantai sudah terbentang berarti jamaah yang sudah berdiri didepan halaman masjid harus membelokkan langkah kekanan atau kekiri atau ya berhenti di jalan dan membentuk shaf disitu karena masjid maupun halaman sudah tak bisa menampung lagi.

Alhamdulillah, saat kami sampai di depan halaman kami masih bisa masuk, masih ada kemungkinan kami mendapatkan tempat di dalam masjid. Kini langkah kami sudah berbaur di jalur menuju masjid bersama ratusan.. ribuan.. jutaan.. jamaah yang juga sedang berusaha masuk masjid. Tadinya lancar-lancar saja kami melangkah, tapi semakin lebih kedalam semakin susah bergerak. Terdorong..., terhimpit..., terjebak macet langkah manusia..., itulah kondisinya. Belum lagi kami harus menyelamatkan tas yang kami cangklongkan di bahu. Isi tasnya? Gak banyak tapi cukup penting, ada Alas sholat, Qur’an, kaca mata, dompet, bekal minum, dan tas untuk menyimpan sandal. Saat kami masih dalam barisan yang berdesak-desakan, adzan Isya’ berkumandang. Waduh, gimana ini, lanjutkah? Kami terus berusaha maju diantara himpitan manusia yang besar-besar badannya. Orang mana toh ini kok besar-besar banget badannya, kuat-kuat lagi. Hayuk maju terus... maju terus... Sementara itu udara disekitar semakin panas oleh sesaknya manusia yang semakin ingin cepat sampai ke dalam masjid tapi tak juga sampai. Terdorong dari belakang, tapi tak bisa maju. Benar-benar terjebak di barisan. Maju selangkah susahnya minta ampun, mundur apalagi. Ingin rasanya keluar barisan ke samping terus ikutan duduk bergabung dengan jamaah yang sudah duduk... Ah, boro-boro, shafnya sudah padat, mereka juga sudah berhimpit-himpitan. Tak ada celah keluar barisan, bener-bener terjebak deh.

Keringat kami semakin deras bercucuran. Lalu... Iqomah terdengar, seketika barisan yang padatnya tak ukuran langsung membentuk shaf. Wah, kami juga dong, buru-buru menggelar sajadah. Alhamdulillah, kok ya bisa juga ya walau saat sujud kami harus mencari tempat disela-sela kaki. Ajaib!

Selepas salam kami harus langsung berdiri kalau nggak mau ketabrak sebegitu banyaknya manusia. Secara ini jalan menuju pintu masjid yang dipaksa menjadi shaf sholat. Meneruskan masuk ke masjid sepertinya tak mungkin lagi, kalah otot sama yang besar-besar. Maju selangkah susahnya bukan main apalagi ngelewatin. Di dalam pasti sudah penuh sesak. Meski penasaran ingin tahu suasana tarawih di dalam masjid, tapi ya bagaimana lagi, keadaan tak memungkinkan.

Untung kami bisa keluar dari jalur, tinggal sekarang mencari beberapa tempat kosong untuk menggelar sajadah. Berjalan melompati orang-orang yang duduk, memutar lagi, mencari tempat lagi, tak ada yang kosong. Akhirnya kami sampai di Grand zam zam. Ha! Grand zam zam lagi! Sepertinya hari pertama kami di mekah memang jatahnya di Grand zam zam, paling banter di halaman masjid. Memang untuk masuk ke masjid benar-benar butuh perjuangan ekstra, yang kami lakukan selama ini sepertinya masih jauh dari cukup membantu. Ya... besok berusaha lebih keras lagi dan datang lebih awal lagi. Semoga kami cepat bisa merasakan sholat di dalam masjid, iya semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar