16 Oktober 2011

catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-19

Sahur Zam Zam


Ini sudah hari ketiga kami di Mekah untuk mengerjakan sholat tarawih, kami sudah lumayan tahulah tempat-tempat mana diseputar masjid yang penuh dan berdesak-desakan saat berlangsungnya sholat tarawih karena kami melewatinya setiap waktu sholat datang. Mulai trotoar dan dipinggir jalan menuju masjid, di Grand Zam Zam baik di selasar lantai bawah, di halaman depannya, dan di dalamnya, lalu di hotel Hilton dan masih banyak lagil. Kalau berangkatnya sendiri-sendiri sih mungkin masih gampang cari tampat, tapi kalau datangnya rombongan ya lain cerita... kecuali kalau mau terpisah-pisah. Kalau untuk di dalam dan di halaman luar masjidil haram ya jangan ditanya lagi, itu pasti fullnya. Apalagi kalau berangkatnya sesudah buka puasa di hotel ya nggak bakal kebagian tempat, kemungkinan dapetnya kecil. Memang ada sebagian yang pulang setelah sholat maghrib seperti kami tapi lebih banyak yang tidak pulang karena sayang meninggalkan tempat yang sudah didapat . Belum lagi jamaah yang membentuk shaf dadakan di lalu lintas jalannya jamaah, pasti akan segera bangkit dan meneruskan menuju masjid dan ini juga tidak sedikit jumlahnya. Di dalam masjid sendiri tempat untuk jamaah perempuan tidak begitu luas ada pembatas pagar besinya, memang ada beberapa lokasi tapi lokasi satu dengan lainnya terpisah jauh. Sholat pasti juga dalam keadaan bertumpuk-tumpuk shafnya, untuk sujud susah untuk duduk susah apalagi duduk tahiyat akhirnya dan ini berlangsungnya hingga jam sebelas malam. Hedeuw! Maka untuk hari ketiga ini kami langsung saja menuju Grand Zam Zam tak coba-coba lagi menuju masjid, inipun kami harus lewat jalan lain karena jalan yang biasa kami lewati sudah ditutup dari kemarin.

Saat kami sudah sampai di dalam gedung Grand Zam Zam ternyata kami harus nyari eskalator lain karena eskalator yang biasa kami pakai tak bisa digunakan, semua terkondisikan gerak menurun sedang kami harus naik. Haiyah! kami lari-lari nyari eskalator terdekat lainnya dan parahnya lagi kami belum tahu eskalator terdekat ada dimana, ada banyak orang yang searah dengan kami. Kalau sampai nggak ketemu ya lewatlah sholat berjamaahnya. Tapi untungnya kami cepat menemukan dan segera bergabung dengan jamaah yang shafnya sudah panjang ke belakang, yeee... saatnya berburu tempat disela-sela jamaah dan ngos-ngosan mengatur nafas setelah berlari-lari. Yaah.... idep-idep olahraga malam. Heheheh...

Walau kami sholat di Grand zam zam tetap ada kenikmatannya kok, karena shafnya masih terhubung langsung dengan jamaah di masjidil haram, suara imam syeikh Sudais dan imam penggantinya ketika membaca surat terdengar sangat jelas. Sound systemnya oke punya deh. Kenikmatan lain kenapa kami sholat tarawih di Grand zam zam, selain terhubung langsung dengan masjidil haram, tempatnya juga bersih, luas, dingin karena ada ACnya, serta tak berdesak-desakan jadi gerakan rukuk dan sujudnya bisa sempurna, ada satu lagi... bebas bawa makanan dan mudah cari pengganjal mata. Apa itu pengganjal matanya? Sesuatu yang bikin nggak ngantuk tentunya. Banyak yang menjual makanan dan minuman disini. Memang saat sholat isya’ mereka tak melayani pembeli tapi untuk tarawih mereka tetap buka, padahal mereka jualannya disamping jamaah yang sedang sholat. Yang mengantri juga banyak. Jadi hanya untuk mendapatkan segelas capucino atau espreso bisa sampai terlewat satu salam sholat tarawihnya. Hehehhe...

Tentunya tidak hanya ini saja pengganjal matanya. Ada yang bisa dilakukan selain minum kopi atau yang lainnya. Tapi sebenarnya memang wajar saja kok kalau ngantuk saat mengikuti sholat tarawih di masjidil haram, selain surat yang dibaca panjang-panjang, kitanya juga tidak tahu yang dibacanya sehingga nggak bisa ngikuti membaca dan lebih-lebih artinya. Target sampai akhir tarawih adalah khatam qur’an, jadi paling tidak tiap kali tarawih menyelesaikan satu juz. Bisa dibayangkan berapa lamanya kan, selain ngantuk kaki juga pegal. Biasa sholat tarawih dengan bacaan surat pendek saja kadang juga ngantuk, lha ini ya kudu berusaha keras supaya bisa mengikuti sampai selesai. “kalau nggak nyimak ya ngantuk, makanya bawa qur’an supaya bisa ngikuti yang dibaca imam” kata Ibu. Sejak itu setiap tarawih pasti bawa qur’an untuk menyimak bacaan imam. Dengan begitu jadi bisa menikmati ayat-ayat Allah yang dilantunkan dengan indah sampai akhir tarawih, rasa kantukpun lewat.

Selesai sudah tarawih yang kami kerjakan hari ini, kami segera balik ke hotel untuk istirahat karena besok masih harus bangun pagi-pagi untuk makan sahur. Dan seperti biasanya begitu pintu kamar terbuka kami segera melompat ke tempat tidur masing-masing sambil mendesahkan nafas kelegaan “huuh...” dan beberapa saat kemudian kami sudah terlelap, entah siapa yang duluan terbang ke alam mimpi.

“jam piro?”, jam berapa tanya Ibu saat melihatku membuka selimut yang menutupi kepalaku. Kulihat jam tangan yang selalu kupakai walau sedang tidur.

“Empat kurang seperempat”

“Lhoh kok Hpku wes setengah limo punjul...”, Hpku kok sudah setengah lima lebih kata Ibu mengoreksiku. Aku kembali melihat jam tanganku, meyakinkan apa yang kulihat tadi.

“Enggak Bu, Jam empat kurang seperempat kok”

Entah apa yang dikerjakan Ibu selanjutnya, yang jelas aku kembali memperbaiki posisi tidur. Baru saja selesai memperbaiki posisi tidur, pintu kamar diketuk. Ah, ini pasti salah satu dari penghuni kamar sebelah. Kalau nggak suamiku ya Bapak atau Uul. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. Kulihat suamiku sudah membawa tas seperti siap mau ke masjid.

“Berangkat ke masjid dulu ya” katanya kemudian

“Lhoh sudah sahur?”

“Sudah, semua sudah mau ke masjid, sudah mau subuh ini”

“Ha! Waduh!”

Aku langsung gedandapan (panik), segera kubangunkan semua untuk cepat-cepat sahur sebelum adzan subuh berkumandang dari masjidil haram. Semua panik mencari-cari apa yang bisa dikonsumsi. Kucari di kulkas apa yang bisa dimakan bungsuku. Lumayan ada biskuit isi selai strowberry dan air zam-zam lalu kuberikan padanya supaya cepat dimakan, walau ngantuk-ngantuk akhirnya makan juga dia. Lalu kucari obat penunda haidku, ini harus diminum setiap hari, tak boleh terlewatkan sekali saja. Alhamdulillah dapat obatnya, segera kuminum dengan zam zam. Tiba-tiba adzan subuh berkumandang, kami harus menghentikan aktivitas memasukkan apapun ke mulut. Kami saling berpandangan, geli. Jadi sahurnya apa?

“zam zam plus obat batuk, antibiotik dan vitamin” untuk Ibu

“zam zam plus biskuit” untuk bungsuku

“zam zam plus obat penunda haid dan vitamin” untukku

“zam zam” untuk Atik

Ini artinya semua sahur zam zam, semoga Allah memberi kekuatan puasa kami sehari ini walau hanya zam zam yang kami konsumsi. Eh, tapi benar lhoh zam zam itu tergantung niat atau maksud peminumnya. Akan mengenyangkan untuk yang meniatkannya sebagai makanan, akan menyembuhkan untuk yang meniatkannya sebagai obat.

Seperti yang diriwayatkan Bukhari-Muslim, disebutkan bahwa setelah Rasulullah SAW meminum air dari sumur zam-zam, beliau bersabda :"Ia (air zam-zam) penuh berkah, ia (air zam-zam) adalah makanan yang mengenyangkan dan obat bagi penyakit".

Jadi nggak perlu takut menghadapi sepanjang hari kedepan hanya dengan mengkonsumsi zam zam, walau cuaca di tanah haram ini luar biasa panasnya. Enjoy aja lagi.

Posisi jarum pendek yang seperti ini nih yang suka bikin bingung antara jam empat kuraang seperempat dengan jam lima kurang seperempat, ini jam berapa hayo? Ah... untung masih inget tanggalnya walau tak tercantum di jamnya, 24 Agustus 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar