23 Oktober 2011

catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-21

“Masjidil Haram... Full”


“Umrah di bulan Ramadhan memang beda rasanya dengan umrah dibulan lainnya”, ini kesan dari beberapa jamaah yang pernah melakukan umrah di luar Ramadhan saat aku berbincang dengan mereka. Ya jelas saja beda, karena siang harinya puasa jadi kegiatan jalan-jalannya akan lebih sedikit, lebih baik waktunya dipakai istirahat dan ibadah. Katanya lagi, kalau ada rizki pengen datang lagi ke kesini saat Ramadhan. Iya, aku juga pengen berangkat lagi kalau ada rizki dan ada kesempatan. Tiap kali berdoa, yang terluncur juga salah satunya semoga diberi kesempatan secepatnya bisa datang kesini bersama keluargaku. Kalau bisa sesering mungkin, tak hanya dibulan Ramadhan. Sampai terbayang-bayang betapa nikmatnya menjalani kebersamaan beribadah bersama, berangkat dari penginapan menuju masjid bersama, tawaf bersama, sa’i bersama, i’tikaf bersama, tadarus bersama, ziarah bersama dan tentunya masih banyak lagi yang bisa kami lakukan bersama-sama. Ya Allah, meski saat ini kami masih berada di dalam masjid-Mu, tapi kerinduan untuk bisa beribadah bersama keluargaku disini sungguh sangat jelas terpatri di benakku. Semoga Engkau berkenan memperjalankan kami secepatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Semua kegiatan begitu nikmat kami kerjakan walau sebenarnya yang kami kerjakan dari hari ke harinya itu-itu saja, hampir sama. Bangun pagi-pagi sekali untuk sahur bersama keluarga dan jamaah travel di ruang makan hotel dilanjutkan berangkat ke masjid untuk sholat subuh sampai waktu dhuha. Biasanya menunggu waktu dhuha ini kugunakan untuk mengkatamkan qur’an yang sebenarnya halamannya masih banyak sekali yang belum kubaca, pesimis juga sih apakah bisa menyelesaikannya sampai akhir Ramadhan nanti tapi tetap saja kuusahakan membaca ayat demi ayatnya, makanya aku suka berlama-lama di dalam masjid usai subuh. Bila rasa kantuk menyerang akan kubasuh mukaku dengan air zam zam yang selalu siap dibotol dan kusimpan didalam tas, kalau memang benar-benar tak tertahankan kantuknya atau kecapekan sekali aku akan istirahat dan tiduran sebentar diatas sajadahku, mengantri mengambil zam-zam dari keran-keran yang ada di dalam masjid untuk bekal buka puasa. Setelah sholat dhuha kira-kira jam sembilan kami kembali ke hotel dan istirahat. Mandi pagi biasanya nanti saja waktu mau ke masjid untuk sholat dhuhur. Jadi berangkatnya masih segar apalagi kalau diguyur dari kepala, akan mengurangi panasnya matahari saat berangkat. Untuk menghemat tenaga sengaja habis dhuhur kami tak balik hotel tapi nanti saja setelah ashar dan berangkat lagi menjelang buka puasa dan sholat magrib, biasanya ini ke Grand zam zam. Usai maghrib kembali ke hotel untuk menyempurnakan buka puasa dengan nasi, rasanya kalau hanya makan kurma, roti, air zam zam dan kopi arab kok ya nggak afdol. Setelah kenyang kami akan kembali lagi untuk sholat isya berjamaah serta sholat tarawih, ini juga biasanya ke Grand zam zam juga. Begitulah yang kami kerjakan setiap harinya, tapi kok ya nikmat-nikmat saja menjalaninya.

Nah kali ini kami mau berangkat ke masjid, niatnya sih mau sholat jum’at berjamaah di masjid. Ini hari ke enam kami di Mekah, Jum’at 26 Agustus 2011. Kami hanya akan menjumpai sholat Jum’at di Mekah sekali saja karena untuk minggu depan kami sudah balik ke tanah air, makanya kami niat banget berangkat ke masjid. Suami, Bapak dan Uul sudah berangkat lebih dulu mungkin sebelum jam sepuluh. Kupikir karena waktunya masih panjang dan penginapan kami kan dekat saja dengan masjidil haram, kami memutuskan untuk berangkat ya setengah jam lagi, paling lama ya sejam lagi dari mereka berangkat. Lagian aku dan bungsuku juga baru saja masuk kamar, baru saja balik dari masjid. Namanya juga perempuan, mau berangkat ke masjid saja ribet, tapi ini memang penting mengingat diluar panas sekali. Pakai sunblock itu pasti, masker juga, kacamata hitam ndak boleh ketinggalan, sebotol air untuk mengusap muka kalau kepanasan dan untuk jaga-jaga kalau batal wudhu, handuk kecil supaya kalau wudhu tidak mengotori masjid, qur’an, sajadah, juga dompet dengan isinya tentunya. Setelah kami berempat siap kami langsung turun ke lobby hotel dan menyerahkan kunci kamar ke penjaga resepsionis hotel.

Lobby hotel ini tidak luas, di depan pintu masuknya terdapat sofa panjang yang berhadapan yang ditengah-tengahnya ada sela untuk lalu lalang orang keluar masuk hotel, lebarnya kurang lebih 1,5 meter langsung menuju meja resepsionis. Disamping resepsionis ada dua lift dan di depan lift ada ruang seluas kurang lebih tiga meter persegi. Beberapa ibu dan bapak kami lihat masih duduk di sofa mungkin sedang menunggu teman atau familinya untuk berangkat ke masjid bareng-bareng. Kami lalui saja mereka. Beberapa orang duduk di tandakan pas di depan pintu keluar hotel sehingga untuk melewatinya rada-rada susah. Setelah kami berhasil keluar dan berada di jalan gang depan hotel, ternyata sepanjang lorong gang ini telah banyak orang duduk mepet ke dinding padahal kalau diamati sih tempatnya tak layak untuk duduk-duduk. Kenapa juga mereka nggak berangkat-berangkat ke masjid, kan laki-laki itu wajib sholat Jum’at tapi kok malah nggak cepat-cepat mencari tempat di masjid. Kami lalui saja mereka dan terus menuju jalan raya. Wah lalu lintasnya padat banget, semua berjalan menuju masjidil haram. Begitu keluar gang kami langsung berbaur dengan mereka. Jangan dikira gampang melewati jamaah didepan kami, lha untuk melangkah normal saja susahnya bukan main. Kalau orang jawa bilangnya mlaku thimik-thimik, saking melangkahnya kecil-kecil. Kapan sampainya kalau jalannya pelan banget. Ada beberapa meter kami berjalan, makin lama semakin susah malah macet. Sepertinya untuk sampai ke masjid tak bisa lagi karena memang sepertinya kami tak banyak bergerak. Apalagi kemudian kami lihat orang-orang yang badannya besar-besar pada balik arah sambil ngomong entah apa, sepertinya mereka tak bisa maju lagi makanya balik. Kami pikir lha yang orang yang gede-gede saja nggak sanggup nerusin ke masjid apalagi kami yang imut-imut semua. Bisa nggak sampai-sampai dan ketabrak-tabrak mereka yang pada balik arah. Maka kami putuskan kembali ke hotel saja toh sholat di hotel juga masih nyambung shafnya dengan asjidil haram. Kalau melihat ke jam, sebenarnya masih lama masuk waktu sholat Jum’atnya.

Kami masuk lagi ke hotel, ternyata sudah bertambah lagi yang duduk di lobby. Wah buru-buru ngambil tempat duduk sebelum kehabisan tempat. Tak berapa lama beberapa bapak-bapak entah dari negara mana mereka keluar dari lift, dengan pedenya langsung keluar hotel. Aku yakin mereka akan ke masjid, semoga saja mereka bisa berjuang mendapatkan tempat. Amin. Tambah lama tambah banyak juga yang ada di lobby. Daripada nggak kebagian tempat, kami lalu menyusun sajadah membentuk shaf di lobby. Baru saja kami menggelar sajadah, bapak-bapak yang dari negara mana tadi yang barusan keluar hotel dengan pedenya kembali masuk. Tanpa ba bi bu, tanpa permisi, tanpa ngomong apa-apa langsung saja menerobos shaf yang sudah terbentuk dan menginjak sajadah yang baru saja kami gelar. Weit! Nggak sopan. Kemudian entah ngomong apa mereka, intinya kami yang perempuan disuruh mundur, mereka lebih berhak menggunakan shafnya karena bagi laki-laki sholat jum’at itu wajib. “Hajjah! Hajjah!” sambil tangannya menyuruh kami berdiri dan meninggalkan tempat. Terpaksa kami mundur mengambil tempat di belakang padahal lobby ini ukurannya juga tak luas. Kami nyempil-nyempillah menggelar sajadah.

Banyak jamaah yang bukan penghuni hotel ini berusaha masuk mau ikutan sholat disini, tapi karena ruangan sempit dan tak muat lagi petugas hotel segera menyuruh mereka keluar. Ada televisi yang terpajang di dinding lobby, menyiarkan live dari masjidil haram. Kami bisa mengetahui seperti apa kondisi masjidil haram saat ini. Memang benar-benar penuh, baik di dalam sampai di halaman luar. Full! Pantas saja kalau banyak yang tak kebagian tempat dan sholat di aspal padahal matahari pas terik-teriknya. Adzan berkumandang dilanjutkan kotbah sholat jum’at. Kami mendengarkan dari televisi, walau tak mengerti artinya tapi kami tetap mendengarkan, begitu iqomah kami segera berdiri dan mengikuti sholat dengan imam masjidil haram. Yah, sholat jum’at kami di lobby hotel Baity Bakkah. Masjidil haramnya full ! sampai sepanjang jalan beraspal di dekat hotelpun full.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar