9 Oktober 2011

catatan perjalanan umroh Ramadhan kami-15

Hmmm, segarnya...


Matahari sekali lagi menunjukkan keperkasaannya, sinarnya menyengat tanpa ampun siang hari ini. Sementara itu kami masih berdiri di pelataran masjid di daerah sa’i dalam keputusan akan kembali ke hotel antara lewat dalam masjid apa memaksakan diri berjalan dibawah kekuatan sinar matahari yang panasnya pasti membakar kulit kami, duer! Sebaiknya masuk masjid lagi saja. Lalu kami melangkah menuju salah satu pintu terdekat. Sudah terbayang hawa dingin AC akan memberikan kesejukannya. Kami tolah-toleh harus lewat mana kok didepan kami buntu “lhoh!” ternyata kami salah jalan, ini jalan mau ke lantai dua. Waiyah! Terpaksa balik keluar lagi. Kami lalu mencari pintu masuk yang lain yang terdekat. Alhamdulillah... akhirnya nemu juga. Kami masuk, oh kami masuk di jalur sa’i arah Sofa ke Marwa. Terpaksa kami memotong arah dan berjalan berlawanan dengan jamaah yang saat ini sedang sa’i, harus bagaimana lagi, masak keluar lagi :(

Kami berjalan lagi di dalam masjid, melintasi jamaah yang ada, melintasi petak-petak lantai masjid, menikmati pemandangan yang indah. Beberapa orang terlihat sedang khusuk mengerjakan sholat sunah, beberapa lagi terlihat sedang berdoa, ada juga yang sedang mengaji tapi banyak juga yang sedang baring-baring. Ingin rasanya bergabung dengan mereka, menikmati ketenangan hati di dalam masjid agung ini. Apalagi masih banyak tempat kosong yang bisa kami duduki. Tapi aku nggak boleh egois, bungsuku ingin balik ke hotel, tepaksa kupendam keinginan ini dan berharap lain waktu bisa masuk masjid lagi. Amin.

Akhirnya kami sampai di Bayti Bakkah, hotel tempat kami menginap. Kami langsung menuju kamar yang ternyata tak dikunci. Weh, kok kaya dirumah sendiri aja nggak dikunci. Kubuka pintunya lalu masuk, Ada Ibu dan Atik yang sudah duluan datang. Katanya tadi pagi aku ditunggu suami di lampu hijau lama sekali. “Iya, tadi ketemu Uul di bawah, katanya juga begitu, habisnya Alma tidur usai sholat Subuh. Dibangun-bangunin nggak juga bangun, jadi ya nungguin sampai dianya bangun baru ke lampu hijau”. Aku lalu menempati tempat tidurku begitu juga bungsuku. Sambil bercerita apa yang kami kerjakan seharian ini... kupijat-pijat kakiku yang ternyata pegal juga setelah berjalan mengitari masjid. Ibu, maafkan aku tak menemanimu berangkat sholat dhuhur... eh, tapi ada Atik kok yah? Lalu selimut kutarik sampai menutupi kepala biar cepet tidur. Bener saja... dalam sekejab aku sudah klipuk. Hayo... siapa yang klipuk selanjutnya?

Mungkin karena kami terlalu kelelahan, sampai waktu ashar kami belum siap berangkat ke masjid. Alhasil waktu keluar kamar dengan buru-buru kami bawa perlengkapan sholat sekenanya, semoga saja yang kami butuhkan sudah kami bawa. Nah kan... nggak bawa kaca mata kan, nggak bawa sebotol air yang sengaja disimpan di kulkas untuk menyegarkan muka. Dari pengalaman sebelumnya, meskipun sudah sore tapi udara masih panas dan masih silau. Air di kulkas pasti akan menyegarkan untuk dibasuhkan ke muka sekali-sekali. Tapi nggak mungkin kembali ke kamar lagi, waktunya sudah mepet, adzan asharnya sudah berkumandang. Hallah... kami masih harus nunggu liftnya terbuka. Duh.. kalau sudah begini rasanya mau lewat tangga saja, tapi kok ya kami di lantai lima... Haiyah!

Alhamdulillah... akhirnya kami sampai juga di jalan menuju masjid. Kami beru-buru melangkah diantara orang-orang yang juga buru-buru melangkah. Semua mau cepat sampai ke masjid. Ya iya wong bentar lagi iqomad. Nah... bener kan, belum juga nyampai separo jalan ke masjid tiba-tiba suara iqomah membahana dengan lantangnya. Spontan orang-orang yang berada di depan kami berhenti membentuk shaf. Ha! Sholat dijalan? Apa boleh buat, mau tak mau kami juga ikutan membentuk shaf. Sejurus mata memandang kedepan sudah tak ada sela untuk melangkah lagi. Kalaupun bisa kedepan juga mau kemana... takbirotul ihromnya sudah terdengar. Apes lagi waktu buka tas, ternyata aku nggak bawa alas sholat. Terpaksa alas sholat Ibu digelar selebar-lebarnya. Untung saja Ibu bawa alas sholatnya phasmina, jadi bisa dipakai kami bertiga. Eh.. berempat apa bertiga yah? Atik kemana ya?

Setelah salam kami langsung berdiri, begitupun orang-orang yang ada disini. Lalu kami mau kemana? Balik ke hotel apa melanjutkan perjalanan menuju masjid? Wah, masak balik lagi ke hotel, nggak lucu ah. Hayuk jalan-jalan aja yuk sambil cari-cari bekal tuk buka puasa nanti. Secara waktu buka puasanya masih lama, ya hayuuukkk.... Kami terus menyusuri jalan, kali ini jalan pelan-pelan saja sambil melihat-lihat kanan kiri jalan, milih-milih menu apa yang mau kami beli. Akhirnya kami berhenti di sebuah kios yang menjual nasi. Ada macam-macam nasi dan lauknya ayam goreng. Tapi karena kami sudah dijamin makan oleh Biro, kami hanya beli satu bungkus saja, inipun karena nurutin keinginan. Kami juga beli soft drink, orange juice dan air mineral, semuanya dingin. Hmmm... pasti seger banget nih buka puasanya. Eh iya karena kami bawa makanan kami nggak boleh masuk masjid. Kami nyari tempat dimana ya? Kalau mau ya di halaman luar masjid. Tapi jam segini masih panas kalau mau di halaman masjid. Jadinya kami masuk ke Grand zam zam.

Berhubung jam buka puasa masih lama, pasti akan diusir kalau duduk di dalam gedung Grand zam zam. Jadinya kami memilih duduk diluar. Sementara kami masih mencari-cari tempat, bungsuku bilang katanya nggak mau makan yang barusan kami beli. Ha! Emang mau makan apa? “ya apalah, ayo muter-muter dulu, nyari apa gitu”, Haiyah dik... kok nggak tadi-tadi, lha sekarang lak keluar lagi. Nggak mungkin ngajak Ibu muter-muter lagi, kasihan Ibu donk. Akhirnya kami putuskan Ibu tetap menunggu di Grand zam zam sedang aku dan bungsuku nyari yang dia mau. Apa sih yang dicari?

Ternyata setelah muter-muter nggak juga ada yang sesuai selera. Jadi mau beli apa nih? Lalu langkah kami terhenti di satu stand yang menjual aneka roti. Yah beli roti saja. Kami lalu balik ke Grand zam zam menemui Ibu. Ternyata sudah banyak yang duduk di dalam gedung. Ternyata Ibu juga sudah duduk diantara mereka di dalam Grand zam zam. Kami lalu bergabung menunggu bedug maghrib.

Satu- satu bekal kami keluarkan, wow ternyata banyak juga yang kami bawa. Ada soft drink, orange juice, air mineral, roti dan nasi ayam, weh belum lagi kurma dari pembagian orang-orang yang berderma. Tak kan habis nih perbekalan,bagi-bagi juga ah sama jamaah disekitar. Lalu adzan maghrib berkumandang, doa buka puasa kami segera lantunkan dan seteguk soft drink dingin mengawali buka puasa membasahi kerongkongan. Segarnya! Lanjut kurma beberapa butir lalu beberapa suap nasi yang kami beli. Tak berapa lama terdengar iqomah untuk memulai sholat Maghrib, Kami harus menyudahi menikmati buka puasa, segera membentuk shaf dan menunaikan sholat berjamaah.

Sholat maghrib telah kami tunaikan. Masih ada waktu sebelum disuruh meninggalkan tempat ini. Maka setelah dzikir dan berdoa, kami berdiri untuk mengerjakan dua rakaat sunah ba’diyah lalu mengikuti imam sholat jenazah. Barulah sekarang kami berdiri dan meninggalkan Grand zam zam menuju hotel. Disana telah menunggu menu buka puasa yang telah disediakan biro.

Jalanan yang kami lalui telah padat oleh jamaah yang sepertinya juga punya keinginan pulang ke penginapan masing-masing. Maksud hati melangkah secepat-cepatnya agar segera sampai, namun tetap saja langkah harus terhenti karena terhalang yang ada didepan. Kini kami ada di dekat kios yang jual ice cream dan minuman. Enak ya kalau mampir dan beli barang satu cup saja. Iya. Lalu kami mengantri. Ice cream ada ditangan, “satu lagi, Ibu mau” Ibu mengiyakan. Ice chrem berpindah tangan “satu lagi” kini kami satu-satu memegang ice cream tiga rasa, coklat, strawberry, vanila” Hmmm... segarnya! Nikmatnya buka puasa hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar